Ahad 29 May 2022 22:34 WIB

Kutip Buya Hamka, Wamenag: Dakwah Membina Bukan Menghina

Dakwah merupakan jawaban umat Islam terhadap situasi kekinian.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
 Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi. Kutip Buya Hamka, Wamenag: Dakwah Membina Bukan Menghina
Foto: istimewa
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi. Kutip Buya Hamka, Wamenag: Dakwah Membina Bukan Menghina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid menutup Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke II Parmusi yang berlangsung di Jakarta pada Ahad (29/5/2022). Dalam sambutannya, Zainut mengutip petuah ulama besar Prof Buya Hamka tentang semangat dakwah. 

“Buya Hamka menuturkan dakwah itu membina bukan menghina, dakwah itu mendidik bukan membidik, dakwah itu mengobati bukan melukai, dakwah itu mengukuhkan bukan meruntuhkan, dakwah itu saling menguatkan bukan saling melemahkan, dakwah itu mengajak bukan mengejek, dakwah itu menyejukkan bukan memojokkan, dakwah itu mengajar bukan menghajar, dakwah itu saling belajar bukan bertengkar, dan dakwah itu menasihati bukan mencaci maki,” ujar Zainut dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (29/5/2022). 

Baca Juga

Dalam Mukernas ke-2 Parmusi itu, Zainut juga menyaksikan pelantikan Daiyah Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) seluruh Indonesia. Kegiatan ini juga dihadiri Ketua Umum DPP Parmusi, Ustadz Usamah Hisyam, Ketua Majelis Syariah Parmusi KH Raodl Bahar Bakry, Ketua Umum Daiyah Parmusi Ibu Fahira Idris, serta peserta Mukernas dan keluarga besar Parmusi.

Zainut menyambut baik terbentuknya Daiyah Parmusi sebagai organisasi sayap baru dari Parmusi. Wamenag berharap terbentuknya Daiyah Parmusi menjadikan tugas dakwah bisa berjalan lebih baik dan tepat pada sasarannya. 

“Dakwah merupakan jawaban umat Islam terhadap situasi kekinian dan antisipasi masa depan,” ucap dia.

Untuk mencapai tujuan dan hasil dakwah yang optimal, lanjut dia, peran organisasi dan tenaga dakwah (dai/daiyah) yang terdidik, terlatih, dan istiqamah sangat diperlukan, di samping pengembangan materi dakwah, sarana dan media yang kontekstual dengan perkembangan masyarakat. Dakwah islamiyah haruslah dilakukan secara sistematis, metodologis, persuasif, dan tidak secara sporadis.  

“Sekarang berada di era digital, para dai/daiyah harus terampil menggunakan media sosial dan memanfaatkannya untuk kemajuan dan keluasan jangkauan dakwah,” kata Zainut. 

Waketum MUI ini juga mengapresiasi peran yang selama ini dilakukan Parmusi dan ormas Islam lainnya yang bergerak di bidang sosial-ekonomi dan dakwah. Menurut dia, isu kemiskinan dan penguatan akidah umat perlu mendapat perhatian serius dari organisasi Islam melalui dakwah yang menyejukkan dan membebaskan umat dari kemiskinan, keterbelakangan, dan perpecahan.  

Dia berharap, ormas-ormas Islam di tanah air diharapkan terus bersinergi dan berkolaborasi dengan program-program Kementerian Agama, baik dalam pengarusutamaan moderasi beragama maupun pengembangan pendidikan Islam. "Kita harus semakin solid dan membangun masyarakat Islam secara lebih terarah dan terukur. Sinergi ini juga meniscayakan adanya komunikasi yang baik, saling mendekati dan sambung rasa,” kata Zainut.

“Saya kira bukan saatnya lagi kita berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah sangat terbuka terhadap kritik yang membangun, karena itu adalah bagian dari demokrasi dan pembangunan negara yang berkeadaban sejalan dengan nilai-nilai Islam yang washatiyah,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement