Selasa 12 Jul 2022 20:54 WIB

Ratusan Juta Orang di Afrika dan Timteng Berisiko Hadapi Bencana Kelaparan

Krisis terasa menyusul guncangan dalam sistem pangan, energi, dan keuangan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, ratusan juta orang di Timur Tengah akan mengalami kelaparan parah dalam beberapa bulan mendatang akibat kemiskinan ekstrem, ketidaksetaraan, dan meningkatkan kerawanan pangan akibat konflik Rusia-Ukraina.
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, ratusan juta orang di Timur Tengah akan mengalami kelaparan parah dalam beberapa bulan mendatang akibat kemiskinan ekstrem, ketidaksetaraan, dan meningkatkan kerawanan pangan akibat konflik Rusia-Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, ratusan juta orang di Timur Tengah akan mengalami kelaparan parah dalam beberapa bulan mendatang akibat kemiskinan ekstrem, ketidaksetaraan, dan meningkatkan kerawanan pangan akibat konflik Rusia-Ukraina. Direktur Jenderal ICRC Robert Mardini mengungkapkan, krisis terutama akan terasa di beberapa bagian Afrika dan Timur Tengah menyusul guncangan dalam sistem pangan, energi, serta keuangan.

“Kita menghadapi situasi ketahanan pangan global yang mendesak dan memburuk dengan cepat, terutama di beberapa bagian Afrika serta Timur Tengah. Konflik bersenjata, ketidakstabilan politik, guncangan iklim, dan dampak sekunder dari pandemi Covid-19 telah melemahkan kapasitas untuk bertahan dan pulih dari guncangan,” ucapnya, Selasa (12/7/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan, konflik di Ukraina telah berkontribusi pada peningkatan tajam harga bahan bakar, pupuk, dan makanan. Hal itu memaksa banyak rumah tangga menekan anggaran dan membuat pilihan mustahil setiap harinya. “Dampak langsung dari konflik bersenjata di Ukraina telah membuat situasi yang sudah kritis menjadi lebih buruk,” ujarnya.

Mardini menggambarkan situasi itu sebagai “mendesak” dan waktu yang tersisa untuk bertindak semakin sempit. “Tanpa upaya bersama dan kolaboratif, ini berisiko menjadi krisis kemanusiaan yang tidak dapat diubah dengan biaya manusia yang tak terbayangkan,” katanya.

Mardini mengatakan anak-anak terkena dampak krisis pangan secara tidak proporsional. Di Somalia, misalnya, jumlah balita penderita malnutrisi akut parah dengan komplikasi medis meningkat hampir 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Mereka dirawat di fasilitas stabilisasi yang dikelola ICRC.

Naiknya harga pangan mendorong banyak keluarga untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah. Sebab mereka tidak mampu lagi membayar biayanya. Harga sereal di Afrika pun melonjak karena merosotnya ekspor dari Ukraina, mempertajam dampak konflik dan perubahan iklim.

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sekitar 85 persen pasokan gandum Afrika diimpor. Somalia, misalnya, mendapat lebih dari 90 persen gandumnya dari Rusia dan Ukraina.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement