Rabu 13 Jul 2022 16:40 WIB

Dinkes Lebak Rutin Distribusikan Makanan Pendamping ASI ke 42 Puskesmas

Jumlah balita di Kabupaten Lebak yang menerima makanan pendamping ASI ada 480 anak.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Petugas mengukur tinggi badan balita saat pelaksanan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) di Kedaton, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Senin (21/3/2022).
Foto: ANTARA/Ardiansyah
Petugas mengukur tinggi badan balita saat pelaksanan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) di Kedaton, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Senin (21/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengoptimalkan pembagian makanan pendamping air susu ibu (ASI) guna pemulihan pertumbuhan anak balita yang teridentifikasi gizi buruk.

"Kita rutin setiap bulan mendistribusikan makanan pendamping ASI ke 42 puskesmas," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Lebak dr Nurul Isneini di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Rabu (13/7/2022).

Makanan pendamping ASI itu berupa biskuit yang memiliki kandungan gizi dan nutrisi yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan balita. Jumlah balita yang menerima makanan pendamping ASI itu 480 anak, sesuai hasil penimbangan pada Juni 2022. Mereka teridentifikasi mengalami gizi buruk.

Penimbangan balita tersebut di posyandu setiap bulan di 145 desa dan kelurahan tersebar di 28 kecamatan di Kabupaten Lebak. Pembagian makanan tambahan pendamping ASI itu oleh puskesmas kepada sasaran melalui para kader posyandu. Nurul menyebutkan, tren cukup baik pembagian makanan tambahan pendamping ASI itu karena manfaatnyameningkatkan status gizi mereka.

Baca: Curhatan Seorang Ibu Bawa Anaknya yang Kecewa dengan KAI Viral di Twitter

Bidan desa setempat melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan terhadap mereka, sebab umumnya balita menderita gizi buruk memiliki penyakit penyerta, seperti sesak napas dan tuberkulosis. "Jika dua-duanya ditangani dengan pemberian makanan pendamping ASI juga untuk penyakitnya maka dipastikan penderita gizi buruk berkurang," kata Nurul.

Dia mengatakan, indikator anak mengalami gizi buruk itu ditemukan setelah pemantauan status gizi (PSG) oleh kader posyandu dan bidan puskesmas. Mereka dengan indikator kasus tersebut karenahasil pemantauan-berdasarkan panduan buku Kartu Menuju Sehat (KMS)-ada di bawah garis merah di manausia dan berat badantidak seimbang.

Dengan temuan kasus itu, kata dia, para kader posyandu dan bidan puskesmas melaporkan ke Dinkes Kabupaten Lebak. "Kami melakukan intervensi dengan memberikan makanan pendamping ASI juga pemeriksaan kesehatan dan pengobatan agar mereka kembali sembuh dan status gizi membaik," kata Nurul.

Ketua Posyandu Kananga RW 11 Kelurahan Rangkasbitung Barat, Yuyun menjelaskan, setiap bulan melakukan penimbangan balita dan menyajikan menu bubur kacang ijo dan sayuran dari iuran ibu peserta posyandu. Namun, jika ditemukan balita gizi buruk maka dilakukan pemberian makanan pendamping ASI.

"Kami bersama bidan melakukan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan sebanyak 250 balita dan jika tidak datang ke posyandu maka dilakukan ke rumah balita itu. Kita hingga kini tidak ditemukan balita yang mengalami gizi buruk," kata Yuyun.

Baca: Guru SD yang Dinonaktifkan Disdik Depok karena Kasus HRS Terima Donasi Rp 60 Juta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement