Belanja atau pengeluaran Teknologi Informasi (TI) di Indonesia diperkirakan mengalami pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Pasifik dalam beberapa tahun ke depan. Pendapatan di pasar layanan TI diproyeksikan mencapai US$3,60 miliar pada tahun 2022 dan diharapkan menunjukkan pertumbuhan tahunan (CAGR 2022-2027) sebesar 11,86%, menghasilkan volume pasar sebesar US$6,31 miliar pada tahun 20271.
Didorong juga oleh permintaan pasar, Allied Telesis melanjutkan ekspansi globalnya ke pasar Asia dengan membangun pabrik di Indonesia, Singapura dan Cina sebagai bukti komitmen bisnis. Allied Telesis berada di posisi dua teratas sebagai perusahaan penyedia switch di Jepang dan berfokus pada industri kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan manufaktur.
Terkait hal itu, PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI), salah satu entitas anak PT Metrodata Electronics Tbk yang fokus di bidang bisnis distribusi digital mengumumkan kemitraannya dengan Allied Telesis sebagai distributor premium untuk pasar Indonesia.
Allied Telesis adalah perusahaan global dalam solusi konektivitas dan alat jaringan cerdas yang telah melayani kebutuhan industri komunikasi jaringan selama lebih dari 35 tahun. Saat ini, Allied Telesis menawarkan solusi strategis yang berfokus pada jaringan dan keamanan. Perusahaan ini menyediakan sakelar pertahanan dan titik akses nirkabel dengan Kerangka Manajemen Otonom/AMF-Security untuk cepat merespons berbagai bentuk ancaman.
“Solusi Allied Telesis mampu berintegrasi dengan lebih dari 30 vendor keamanan seperti Barracuda, Fortinet, Nozomi dan Sophos. Selain itu, SMI telah menjadi pakar distribusi untuk vendor keamanan tersebut yang akan menciptakan aliansi terbaik dalam solusi keamanan siber untuk pasar Indonesia. Selain keamanan siber, Allied Telesis juga menyediakan solusi Wi-Fi yang stabil dan mulus berbasis Artificial Intelligence (AI),” jelas Benjamin Teh, Asean South Regional Director Allied Telesis di Jakarta (14/7/2022).
Lie Heng, Direktur PT Synnex Metrodata Indonesia mengungkapkan, kemitraan ini akan semakin mempertegas strategi SMI untuk mendukung transformasi digital di Indonesia. Kemitraan ini akan menjembatani solusi dan teknologi Allied Telesis ke pasar.” Bersama-sama kami akan membantu klien memecahkan masalah bisnis kritis di berbagai bidang seperti jaringan, keamanan, dan kelangsungan bisnis," tuturnya.
Kemitraan antara SMI dan Allied Telesis akan memperkenalkan teknologi Allied Telesis seperti Ethernet Switch (Core/Distribution/Access), Industrial Switch, Wireless Access Points, SDN Controller, Unified Network Monitoring dan Operating Platform. Selanjutnya, teknologi – teknologi tersebut akan didukung oleh Manajer Pengembangan Bisnis dan dua Engineering bersertifikat untuk memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan dan tepat waktu.
Produk Allied Telesis menawarkan keuntungan sebagai antara lain: alat otomatisasi unik untuk keamanan siber, Wi-Fi, SD-WAN, dan LAN. Lalu, memiliki pabrik di Indonesia, Singapura, China, yang akan menyediakan stok yang cukup untuk memenuhi pesanan dan waktu tunggu yang singkat. Dari sisi produk dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Sementara dari sisi teknologi baru, Allied Telesis memberikan solusi yang berfokus pada jaringan dan keamanan. Khususnya, AMF-Security dapat menjadi sakelar pertahanan diri dan titik akses nirkabel untuk respons yang lebih mudah dan lebih cepat terhadap ancaman.
Benjamin mengatakan, sejalan dengan visi dan strategi Allied Telesis, babak baru dalam kemitraan dengan SMI ini merupakan penegasan strategi SMI dalam menanggapi berbagai tantangan bisnis. Indonesia adalah pasar yang strategis dan pihaknya akan memfokuskan layanan untuk pasar manufaktur, pemerintah, pendidikan dan kesehatan. Dengan pembangunan infrastruktur TI sebagai prioritas utama untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mereka optimistis bahwa solusi ini akan memberdayakan industri TI terutama dalam industri komunikasi jaringan di Indonesia.
Allied Telesis juga akan mengedepankan pentingnya menjaga lingkungan secara global dan mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati. Kami secara kreatif memanfaatkan teknologi untuk kemajuan sosial yang berkelanjutan dan untuk melindungi lingkungan. Allied Telesis berkomitmen untuk mewariskan lingkungan global yang sehat kepada generasi berikutnya.
Swa.co.id
Transisi menuju masa depan rendah karbon dapat diwujudkan melalui percepatan penggunaan energi bersih di berbagai sektor. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI mencatat dari 587 GW kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT), lebih dari 60% berasal dari energi surya yang akan berperan sangat penting dalam penyediaan listrik nasional.
Pada Kuartal II/2022, PLN mencatat terdapat lebih dari 5.000 konsumen PLN yang memanfaatkan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sebagai salah satu sumber energi alternatif masa depan, riset untuk mengembangkan teknologi energi surya terus dilakukan guna menyediakan biaya yang lebih rendah sehingga dapat semakin terjangkau oleh masyarakat luas. Melihat potensi energi surya dan penyerapannya yang semakin meningkat,
PT Surya Utama Nuansa (SUN) Energy berupaya secara konsisten menawarkan inovasi kepada para pelanggan. Sejak didirikan tahun 2016, hingga kini portofolio SUN Energy telah tersebar di lebih dari 25 kota di Indonesia dan mengantongi proyek sebesar 280 MWp di 3 negara.
Berkomitmen untuk menyediakan layanan terintegrasi berbasis teknologi, pada hari Kamis (14/07) SUN Energy memperkenalkan ruang pemantauan kinerja sistem energi surya yang terintegrasi berbasis Internet of Thing (IoT) yang dinamakan SUN Energy Tech Space.
“Di ruangan ini, tim ahli SUN Energy dapat memantau serta mengontrol kinerja sistem PLTS kami yang tersebar di seluruh Indonesia hingga Thailand. Sistem perangkat yang dipasang mampu mengidentifikasi, menginformasikan, serta mendiagnosis masalah sehingga kegiatan operasi dan pemeliharaan sistem energi surya di lokasi pelanggan dapat dimonitor secara real-time selama 24/7,” ungkap Philip Lee, Chief Executive Officer SUN Energy.
Didukung oleh Huawei, fitur perangkat di SUN Energy Tech Space mengedepankan aspek keselamatan yang proaktif, memberikan pengalaman perkembangan teknologi dengan konektivitas (IoT), layanan cloud, serta kecerdasan buatan (AI) sehingga sistem PLTS bisa dipantau di mana pun dan kapan pun.
SUN Energy optimistis ke depan sistem tenaga surya akan menjadi energi masa depan yang digunakan oleh pengguna dari sektor rumah tangga, sosial, komersial, hingga industri. Melalui perkembangan teknologi, sistem tenaga surya akan terasa sangat dekat dengan para penggunanya.
“Kami pun terbuka kepada masyarakat luas yang ingin mempelajari sistem PLTS untuk berkunjung ke SUN Energy Tech Space dan berdiskusi bagaimana SUN Energy dapat membantu mewujudkan masa depan rendah karbon melalui pemanfaatan PLTS,” kata Dion Jefferson,Chief Commercial Officer SUN Energy.
Kehadiran SUN Energy Tech Space diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi para pelanggan untuk menerapkan prinsip berkelanjutan dengan mudah agar mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Dengan visi untuk menjadikan sistem tenaga surya sebagai bagian dari energi masa depan, SUN Energy akan terus berinovasi memberikan standar layanan dan produk berkelas dunia.
Dion menjelaskan, sejak berdiri tahun 2016, SUN Energy merupakan perusahaan pengembang projek tenaga surya yang menyediakan layanan terintegrasi bagi para pelanggan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di wilayah Asia Pasifik. Bertujuan untuk mencapai 2 GWp di tahun 2025, perusahaan membawa visi untuk memberikan nilai tambah kepada para pelanggan dalam aksi nyata mengurangi dampak perubahan iklim. Hingga kini, SUN Group telah mempekerjakan lebih dari 100 karyawan dan memiliki lebih dari 200 MWp projek sistem tenaga surya di Indonesia, Thailand, Taiwan dan Australia.
Swa.co.id