Rabu 05 Oct 2022 14:40 WIB

Waskita Beton Bukukan Kontrak Baru Rp 1,15 Triliun di Kuartal III 2022

Nilai kontrak baru WSBP masih ditopang oleh proyek-proyek dari Waskita Karya Holding.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Waskita Beton Precast
Foto: Facebook Humas Waskita Beton Precast
Waskita Beton Precast

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) membukukan kontrak baru senilai Rp 1,15 triliun hingga kuartal III 2022. Perolehan tersebut tumbuh 4 persen secara year-on-year (yoy) dari Rp 1,11 triliun di tahun lalu. 

"Nilai kontrak baru WSBP masih ditopang oleh proyek-proyek dari Waskita Karya Holding terutama proyek PMN dan juga penjaminan pemerintah," kata Director of Operations WSBP Sugiharto di Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Baca Juga

Berdasarkan segmennya, perolehan kontrak baru ini berasal dari proyek infrastruktur Grup Waskita Karya sebesar 76 persen, sedangkan sebesar 24 persen berasal dari pasar BUMN, Pemerintah, dan Swasta. 

Sementara berdasarkan lini bisnis Perseroan, perolehan kontrak baru didominasi dari lini bisnis precast sebesar 53 persen. Adapun lini bisnis readymix dan jasa konstruksi masing-masing 21 persen dan 26 persen. 

WSBP optimistis perolehan kontrak baru akan terus bertambah hingga akbir tahun. "Terkait kontrak baru kita rencanakan sekitar Rp 2,5 triliun sampai Rp 3 triliun," kata Direktur Keuangan WSBP Asep Mudzakir.

Sepanjang semester I tahun ini, WSBP pun berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 744 miliar atau tumbuh 81 persen dari capaian periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini ditopang oleh seluruh lini bisnis WSBP yang berhasil pulih pasca ditekan pandemi Covid-19.

Hingga akhir tahun 2022, Asep menyampaikan, WSBP menargetkan Pendapatan Usaha  pendapatan usahan Untuk pendapatan mencapai sekitar Rp 1,8 triliun sampai Rp 2,2 triliun. Sedangkan Laba Kotor ditargetkan sekitar Rp 300 miliar sampai Rp 400 miliar.

Asep menambahkan, tahun 2022 ini merupakan tahun restrukturisasi bagi WSBP. Perseroan pun tidak banyak menganggarkan dana untuk belanja modal atau capital expenditure (capex). Kalaupun ada, lanjut Asep, penggunaannya tidak terlalu signifikan.

"Capex sangat kecil dan hanya untuk maintainance alat-alat investasi. Sementara pendanaannya bersumber dari kas internal perusahaan," terang Asep.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement