Netiket atau tata krama dalam menggunakan internet diperlukan dalam bermedia digital. Setiap orang harus menjaga etika di ruang digital, sehingga perundungan digital (cyberlbullying) bisa disetop.
Idealnya etika di ruang nyata sama dengan etika di ruang digital. Misalnya bersikap sopan di ruang nyata, orang tersebut juga harus sopan ketika masuk ruang digital. Jangan hanya karena dibatasi gawai, membuatnya menjadi orang lain di ruang digital.
Baca Juga: Sambut Era Baru Digitalisasi, Mari Beradaptasi Kuasai Inovasi Media Digital
“Manusia bahkan sekalipun berada di ruang digital, ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” kata Relawan Mafindo, Dosen Praktisi, HR Professional, Rovien Aryunia, S.Pd., M.PPO., M.M saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (8/7).
Sebelumnya Microsoft menyebutkan netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Padahal sejak kecil diajarkan Indonesia adalah bangsa yang ramah dan baik.
Sekarang ini banyak orang seakan berkepribadian ganda ketika masuk ruang digital. Mereka bersifat sopan di dunia nyata, kemudian bersifat kasar dan bahkan berani melakukan perundungan di dunia digital. Tindakan jahat tersebut bisa memunculkan rasa takut si korban, sehingga merasa kesal, malu, bodoh, marah, hingga kehilangan minat pada hal-hal disukai.
Baca Juga: Tiga Tahun Tak Impor, Jokowi: Saya Yakin Swasembada Beras Segera Tercapai
“Dalam kasus ekstrem cyberbullying bahkan bisa menyebabkan seseorang mengakhiri nyawa sendiri,” ujar Rovien.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
Baca Juga: Decoder CCTV Dekat Rumah Irjen Ferdy Sambo Diganti, Berhubungan Sama Misteri Tewasnya Brigadir J?
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Relawan Mafindo, Dosen Praktisi, HR Professional, Rovien Aryunia, S.Pd., M.PPO., M.M. Kemudian Relawan Mafindo Mojokerto, Sena Luktridiansyah P., S.I.Kom, serta Pembina RTIK Komisariat Universitas PGRI Ronggolawe dan Dosen, Andik Adi Suryanto, M.Kom.
Baca Juga: Tewaskan Brigadir J, Insiden Rumah Irjen Ferdy Sambo Masih Tak Jelas, Simak 9 Kejanggalannya!
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.