Kamis 14 Jul 2022 11:30 WIB

Netizen Harus Memahami Keamanan Digital

Perubahan gaya hidup serba digital membuat aktivitas lebih banyak dilakukan secara online, padahal sebenarnya memiliki risiko tinggi.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Digitalisasi (Unsplash/Surface)
Digitalisasi (Unsplash/Surface)

Penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat pesat, kini sudah ada 204,7 juta orang atau mencapai 77% masyarakat yang terkoneksi internet dari total penduduk Indonesia sekitar 272 juta jiwa. Perubahan gaya hidup serba digital, membuat aktivitas lebih banyak dilakukan secara online. Masyarakat bahkan semakin nyaman dengan transaksi digital meski sebenarnya memiliki risiko tinggi. 

"Bahkan menurut survei 78 persen sudah merasa nyaman berbelanja online," kata Manager Program DCG Indonesia, Anandito Birowo saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Senin (11/7/2022), dalam keterangan tertulis yang diterima.

Dia melanjutkan, di sisi lain, tingginya aktivitas digital membuka potensi buruk seperti penipuan dan pencurian akun. Karena itu setiap pengguna harus memahami betul konsep keamanan digital untuk memastikan penggunaan layanan digital secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman. 

Baca Juga: Makin Cakap Digital, Sigap Atasi Phising

"Bukan hanya untuk mengamankan data yang kita miliki, melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia," katanya lagi.

Masyarakat harus mampu memahami keamanan digital. Adapun, kompetensi keamanan digital meliputi mengamankan perangkat digital, mengamankan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, termasuk keamanan digital bagi anak dengan tidak sembarangan mengunggah foto dan identitas anak.

Dalam hal ini setiap unggahan akan menjadi jejak digital yang bisa digunakan orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan atau kejahatan digital. 

Bukan hanya itu, jejak digital pun bisa memengaruhi kehidupan di masa mendatang. Terutama unggahan bersifat negatif seperti ujaran kebencian, perundungan, hingga tindakan yang bersifat rasis dan akan mempermalukan di masa depan. Seperti komentar kasar dan perilaku yang bisa menimbulkan dampak besar. 

Baca Juga: Selalu Berhati-hati Berkomentar di Internet, Jaga Reputasi di Dunia Digital

Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. 

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Swiss German University, Loina Lalolo Krina. Dosen Teknik Informatika Universitas Yudharta, M. Imron Rosadi dan Manager Program DCG Indonesia, Anandito Birowo. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement