Nama Luke Evans telah dikenal dunia sebagai selebritas multitalenta. Profesinya sebagai aktor sekaligus penyanyi membuat sosok pria asal Wales, Inggris, ini diidolakan banyak orang. Luke Evans mulai meniti karirnya sejak dua dekade pada tahun 2000.
Pria kelahiran Aberbargoed, Wales, 15 April 1979 tersebut telah membintangi beragam judul film box office yang meledak di pasaran. Ia hadir tak hanya dalam film Clash of the Titans (2010), tapi juga The Three Musketeers (2011), The Raven (2012), Dracula Untold (2014), hingga remake dari Beauty and the Beast (2017).
Dalam film biopic Professor Marston and the Wonder Women, Luke Evans juga berperan sebagai psikolog William Moulton Marston. Tahun 2020 ini, total kekayaannya telah menembus angka 6 juta Dollar As, atau setara dengan Rp84,7 miliar.
Cita-Cita Jadi Penyanyi
Walaupun saat ini sosok Luke Evans lebih dikenal sebagai bintang film, faktanya ia memulai karir sebagai penyanyi. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia belajar dari Louise Ryan—seorang pelatih andal dan populer.
Berbuah manis, Luke Evans kemudian berhasil mendapatkan beasiswa di London Studio Center (LSC). Seperti diketahui, LSC merupakan sekolah teater dan tari yang sangat terkenal dan memiliki prestige di Inggris.
Lulus dari sekolah bergengsi tersebut, mulai terbuka jalan bagi Luke Evans untuknya berkarir sebagai aktor profesional. Ia juga terlibat dalam sejumlah pementasan yang digarap oleh West End London. Di antaranya seperti Miss Saigon, Rent, Piaf, hingga Small Change.
Debut di Layar Lebar
Pada tahun 2010, Luke Evans memulai debutnya dengan membintangi film remake Clash of the Titans. Menyusul kemudian ia bermain dalam film Immortals (2011) yang bergenre thriller action dan remake The Three Musketeers. Makin bersinar, ia juga ikut bermain dalam The Raven di tahun 2012.
Memasuki 2013, Evans unjuk gigi dengan memerankan tokoh antagonis dalam Fast & Furious 6. Dalam film box office tersebut, Luke Evans berperan sebagai Owen Shaw. Ia juga berperan sebagai Bard the Bowman dalam trilogy film Peter Jackson yang diangkat dari novel J. R. R. Tolken—The Hobbit.
Kerap menjajal peran yang menantang dan tak biasa, Luke Evans berperan sebagai vampire pengispa darah dalam film Dracula Untold (2014). Semakin digilai para penggemarnya, penampilan Luke Evans sebagai Gaston dalam Beauty and the Beast jadi sorotan.
Dalam film yang diproduksi Disney tersebut, ia memerankan tokoh dengan orientasi seksual yang tertarik kepada sesama jenis. Penampilannya yang apik juga ditampilkannya dalam drama biografi berjudul Profesor Marston and the Wonder Women yang seru dan menarik untuk disimak, serta banyak lagi yang lainnya.
Penampilan di TV Series
Pada tahun 2013, Luke Evans dipercaya untuk berperan sebagai Bruce Reynolds dalam The Great Train Robbery. Miniseries yang diangkat dari kisah nyata ini menceritakan tentang tokoh utama yang antagonis—seorang kriminal asal Inggris yang merampok uang dalam jumlah sangat besar.
Kemudian, Luke Evans juga hadir dalam Robot Chicken di tahun 2016 dan 2018. Sedangkan di tahun 2017, ia muncul dalam The Grand Tour sebagai dirinya sendiri. Sejak tahun 2018, ia menjadi tokoh utama dalam The Alienist yang laris.
Di tahun 2020, ia membintangi Crossing Swords yang disusul dengan The Pembrokershire Murders di tahun 2021. Kabarnya, akting Luke Evans yang memukau juga dapat disaksikan dalam Nine Perfect Strangers yang akan tayang di masa mendatang.
Berkarya di Dunia Musik
Tak hanya berjaya di ranah akting, Luke Evans juga sukses berkiprah di industri musik. Dengan suara emasnya yang didukung kemampuan olah vokal berkualitas, Luke Evans telah memiliki sejumlah karya musik.
Pada tahun 2019 lalu, debut albumnya yang diberi judul At Last akhirnya berhasil rilis ke pasaran. Meledak di pasaran, At Last berhasil menduduki posisi ke-11 di chart musik Inggris, ke-30 Australia dan ke-84 di Irlandia.
Single andalan bertajuk Love Is a Battlefield dirilis sebulan sebelum album tersebut diluncurkan ke pasaran. Menyusul kemudian single kedua yang juga menjadi hits ialah lagu berjudul Changing. Nuansa Pop-Ballad dengan sentuhan Folk tampak mendominasi kedua lagu yang menampilkan vokal Evans yang prima.
Ambient yang cinematic, mendalam dan romantis dapat dinikmati pendengar di lagu Luke Evans yang berjudul Show Me Heaven. Dalam lagu berdurasi 3:45 menit tersebut, para fans dimanjakan dengan gaya vokal Luke Evans yang powerful dan terdengar seperti penyanyi senior Elton John. Harmonisasi nada yang memikat kian mengesankan di klimaks lagu favorit banyak orang tersebut.
Suara Emas Berpadu Olah Vokal Prima
Menariknya lagi, Luke Evans juga membawakan kembali lagu U2 yang berjudul With Or Without You menurut interpretasinya sendiri. Dengan balutan orchestra yang membahana, suara emas Luke Evans terdengar menyentuh dengan nada-nada improvisasi yang indah. Alhasil, lagu yang sempat hits di tahun 90-an tersebut kini booming lagi, karena dibawakan dengan penjiwaan yang menyayat hati.
Evans memiliki suara dengan range nada luas—jelas terlatih serta terasah matang. Pelatihan yang terstruktur telah menjadi kebiasaannya sejak lama, mengingat ia sedari dulu telah meniti karirnya di panggung teater yang sarat akan pementasan drama musikal.
Gaya bernyanyi Luke Evans yang khas terdengar dramatikal dan teatrikal untuk lagu berjudul Gaston. Lagu tersebut diambil dari soundtrack film Beauty and the Beast yang rilis sebelumnya di tahun 2017. Lagi-lagi, isu LGBT yang mewarnai lirik lagu tersebut ikut menjadi sorotan banyak pihak.
Luke Evans Mematahkan Hati Fans Wanita
Dalam film remake Disney yang berjudul Beauty and the Beast, Luke Evans memerankan tokoh Gaston. Diceritakan bahwa Gaston ialah seorang gay. Dalam kehidupan nyata, faktanya Luke Evans memang benar-benar memiliki preferensi seksual tersebut. Namun tak banyak yang mengetahui akan fakta ini.
Seiring dengan isu LGBT dan peran Gaston yang dimainkannya dengan apik dalam film Beauty and the Beast tersebut, publik luas semakin menyadari fakta bahwa Luke ialah seorang gay. Tak pelak, banyak penggemar wanita yang terkejut dan kecewa. Namun banyak juga dari fans setia Luke yang tetap mendukungnya, tak peduli apapun preferensi seksual sang aktor.
Fleksibel dalam Meraih Sukses
Kini, meski pernah mengalami sejumlah diskriminasi di Hollywood lantaran seorang gay, Evans telah sukses. Ia sukses berkarir, baik sebagai penyanyi maupun aktor. Padahal, sebelumnya Luke Evans mengaku tak pernah menjadikan akting sebagai tujuannya.
Sebaliknya, ia bercita-cita menjadi penyanyi yang sukses. Pada kenyataannya, beberapa situasi tak berjalan sesuai rencana. Maka, Luke Evans pun harus bersedia mengambil maneuver lain untuk mewujudkan impiannya.
Kendati harus lebih dulu berkarir di dunia akting dan akhirnya menelurkan At Last—seperti impiannya, Luke Evans telah mendulang sukses besar dalam prosesnya. Multitalenta, kini sosok Evans tak hanya dikagumi tapi juga dicintai para penggemarnya.
Rencana seringkali tak berjalan sesuai ekspektasi. Untuk menghadapinya, jadilah fleksibel dan proaktif mengambil maneuver yang diperlukan untuk survive.
"We cannot direct the wind, but we can adjust the sails", kata Aristoteles. Manusia memang tak dapat mengubah arah angin yang berembus. Meski begitu, kita bisa menyesuaikan diri dengan arah yang baru dan menemukan keberuntungan di sana.