Jumat 21 Oct 2022 15:00 WIB

Ekonomi Tahun 2023 Diramal Gelap, Yuk Cari Tahu Cara Tepat Lawan Inflasi!

Agar keuangan selamat dan tetap bertahan menghadapi perkiraan gelapnya kondisi ekonomi di waktu mendatang, simak cara tepat lawan inflasi berikut ini.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Belum lama lalu masyarakat di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia, dibuat resah dengan adanya wacana kondisi ekonomi yang bakal gelap di tahun 2023. Resesi dan inflasi yang diperkirakan bakal terjadi besar-besaran di hampir semua belahan dunia mengharuskan masyarakat untuk bisa menopang kondisi keuangannya dengan segala cara. 

Untuk di Indonesia sendiri, perkiraan inflasi sepanjang tahun 2022 mencapai angka 6,8%, lebih tinggi ketimbang proyeksi sebelumnya yang hanya 4,5% sampai 4,8%. Dalam kondisi tersebut, setiap orang harus lebih bijak dalam mengelola keuangannya, termasuk dalam hal menabung dan tepat dalam memilih instrumen saat berinvestasi. 

Di samping itu, mengetahui cara terbaik dan paling optimal dalam mengelola finansial juga bisa menjadi trik jitu agar mampu lawan inflasi. Nah, agar keuangan selamat, tetap bertahan, dan berhasil bangkit menghadapi perkiraan gelapnya kondisi ekonomi di waktu mendatang, simak cara tepat lawan inflasi berikut ini. 

Rekomendasi Wadah Menyimpan Uang Sesuai Kebutuhan dan Tujuan

wadah menyimpan uang sesuai kebutuhan

Kebanyakan orang pasti masih gemar menyimpan uang via rekening perbankan biasa. Alasannya karena produk keuangan tersebut telah luas dikenal masyarakat dan mampu diakses dengan praktis.

Namun, belakangan ini, tidak sedikit media ramai membahas tentang bunga tabungan bank konvensional yang mencapai nol persen pada simpanan dengan jumlah tertentu. Mengetahui hal tersebut, apakah perbankan masih tetap bisa dijadikan pilihan untuk menyimpan uang?

Alih-alih menyimpan uang di rekening bank tanpa ada potensi perkembangan nilai, tentu jauh lebih bijak jika kamu memanfaatkan investasi dan memilih instrumen yang tepat. Melalui investasi, nilai dana yang disimpan di dalamnya bisa terus berkembang dengan tingkat rasio tertentu seiring berjalannya waktu. 

Tentunya, pilih instrumen investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuangan. Sebagai contoh, jika rencana investasi berlangsung selama kurang dari 1 tahun, maka pilih instrumen investasi berisiko rendah, seperti, deposito, reksa dana pendapatan tetap atau pasar uang. Sementara untuk investasi jangka panjang, misalnya di atas 3 tahun, investasi saham mungkin menjadi pilihan yang lebih ideal. 

 

Walaupun begitu, jika ternyata keuangan saat ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Seperti belanja harian dan transportasi, menyimpan uang di rekening atau dalam bentuk tunai menjadi pilihan yang lebih tepat. Alasannya karena kamu membutuhkan wadah menyimpan uang yang mudah untuk diakses kapanpun dan dimanapun, sebagai contoh, melalui layanan ATM atau internet banking. 

Namun, pahami jika menyimpan uang di rekening bank memiliki beberapa kekurangan. Selain bunga rekening bank yang menyentuh angka kurang dari 1 persen, nasabah juga kerap dibebani dengan biaya administrasi dan membuat pengeluaran semakin tinggi. Selain itu, ada beban pajak pada tabungan dengan nominal tertentu sebesar 20 persen. 

Karena hal tersebut, menyimpan uang untuk jangka panjang dalam rekening bank tidak dianjurkan. Pasalnya, nilainya akan terus tergerus oleh suku bunga, biaya admin, dan tingkat inflasi setiap tahunnya.  

Baca Juga: Inflasi: Pengertian, Penyebab, Rumus Menghitung, dan Dampaknya ke Ekonomi RI

Lawan Inflasi dan Pertahankan Keuangan dengan Investasi di Reksa Dana

Salah satu rekomendasi instrumen investasi untuk menyimpan uang selama inflasi adalah reksa dana. Reksa dana kerap dijadikan sebagai wadah untuk menanam modal dan mencapai tujuan finansial di masa mendatang karena mampu memberi peluang imbal hasil yang menjanjikan. 

Selain itu, instrumen investasi ini juga memiliki cara kerja yang simpel dan mudah dijangkau. Bayangkan saja, investasi reksa dana bisa dimulai dengan modal mulai dari 10 ribuan saja. Selain itu, pengelolaan modal investasi juga dilakukan oleh manajer investasi atau MI sehingga cocok untuk dipilih oleh investor pemula sekalipun. 

Peluang imbal hasil dan tingkat risikonya pun bisa lebih fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, untuk investasi jangka pendek berisiko rendah, kamu bisa memilih jenis reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap. Sementara untuk investasi jangka pendek, reksa dana saham atau campuran bisa menjadi pilihan karena mampu memberi peluang imbal hasil yang tinggi.  

Sebagai gambaran, berikut adalah perbandingan perkembangan modal saat menabung 500 ribu per bulan selama 5 tahun di rekening bank biasa dan reksa dana pasar uang.

Jangka Waktu

Menabung di Rekening Bank dengan Asumsi Return 0%

Menabung di Reksa Dana Pasar Uang dengan Asumsi Return 6%

1 Tahun

6 Juta

6.1 Juta

2 Tahun

12 Juta

12.6 Juta

3 Tahun

18 Juta

19.3 Juta

4 Tahun

24 Juta

26.5 Juta

5 Tahun

30 Juta

34 Juta

Berdasarkan gambaran tersebut, bisa dilihat jika menyimpan uang di reksa dana pasar uang mampu mengembangkan nilainya dengan cukup signifikan seiring berjalannya waktu. Belum lagi investasi di reksa dana tak dikenai pajak sehingga nilainya akan menjadi lebih konsisten. 

Hal tersebut tentu bisa membantu masyarakat dalam melawan inflasi yang terus bergulir setiap tahun. Dengan pengelolaan dana investasi dilakukan oleh manajer investasi, kamu pun tak perlu khawatir untuk mulai menanam modal walaupun belum memiliki kemampuan atau waktu untuk menganalisis pasar.  

Baca Juga: Sering Jadi Perhatian Utama Ekonom dan Masyarakat, Ini Pengertian Inflasi, Penyebab, Jenis, Hingga Dampaknya

Tips Mengelola Keuangan untuk Lawan Inflasi

mengatur keuangan untuk lawan inflasi

Ketika inflasi kian tinggi dan banyak harga produk melambung tinggi, artinya kamu harus mulai membiasakan diri untuk berhemat. Apalagi jika penghasilan tetap stagnan atau tak sebanding dengan laju inflasi, mulai batasi pengeluaran yang kurang penting agar arus keuangan tetap stabil dan masih mampu menabung ataupun investasi. Selain itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar pengelolaan finansial mampu lawan inflasi, antara lain:

1. Atur Ulang Perencanaan Keuangan

Di tengah harga barang kebutuhan yang mengalami kenaikan dan berisiko membengkakkan pengeluaran, kamu harus menyesuaikan dan mengatur ulang perencanaan keuangan. Catat segala pengeluaran belanja, termasuk saat membayar tagihan bulanan dan cicilan. 

Selain itu, pisahkan pula segala pengeluaran, seperti, kebutuhan pokok, menabung, investasi, hiburan, sampai konsumtif, di pos keuangan berbeda. Tujuannya agar pengeluaran untuk kebutuhan pokok dan hal lainnya tidak tercampur hingga berisiko membuat keuangan berantakan. 

Sebagai contoh, alokasikan dana untuk setiap pos keuangan tersebut dengan rasio yang tetap, seperti, 40 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk simpanan, 20 persen untuk investasi, dan 10 persen sisanya untuk hiburan. Intinya, pastikan pengeluaran tetap terjaga dan masih bisa menabung ataupun investasi agar keuangan tetap stabil walaupun dihadang inflasi. 

2. Siapkan Juga Dana Darurat

Jika belum memiliki dana darurat, prioritaskan keuanganmu untuk menyiapkannya terlebih dulu sebelum mulai berinvestasi. Terlebih di tengah ancaman inflasi, dana darurat menjadi hal yang penting untuk dimiliki agar keuangan tak rentan berantakan saat terkena masalah. 

Idealnya, nominal dana darurat yang harus terkumpul adalah 3 sampai 12 kali pengeluaran bulanan, tergantung dari jumlah tanggungan dan status keluarga. Semakin besar tanggungan dan pengeluaran, semakin tinggi pula dana darurat yang harus terkumpul. 

3. Tetap Disiplin Menabung dan Investasi

Ketika mampu mengatur keuangan dengan optimal dan terdapat sisa uang dingin, jangan ragu untuk menabung atau menginvestasikannya. Sisihkan kelebihan uang tersebut di rekening yang terpisah sebagai dana darurat atau berjaga-jaga untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak. 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menyimpan uang via investasi lebih menguntungkan karena nilai dananya berpeluang terus bertambah seiring berjalannya waktu. Bahkan, jika tepat memilih instrumen investasi, imbal hasil yang didapatkan mampu melebihi laju inflasi. 

4. Mulai Cari Penghasilan Sampingan

Laju inflasi yang begitu tinggi mengharuskan setiap orang untuk mampu meningkatkan pendapatan. Salah satu caranya dengan mulai mencari penghasilan sampingan, seperti, kerja freelance atau membuka bisnis kecil-kecilan. 

Adanya penambahan cash flow pasti mampu memperkuat kondisi keuangan dan tak gentar walaupun diterpa inflasi sekalipun. Meski begitu, jangan sampai gaya hidup dan pengeluaran ikut bertambah seiring dengan peningkatan penghasilan agar dana yang bisa dialokasikan untuk tabungan atau investasi guna mencapai tujuan finansial tidak semakin tergerus.  

Persiapkan Keuangan Semaksimal Mungkin untuk Melewati Inflasi dan Masa Kelam Ekonomi Dunia

Kabar akan adanya inflasi di perekonomian hampir semua negara beberapa waktu mendatang memang perlu diantisipasi dan dipersiapkan dengan semaksimal mungkin agar keuangan pribadi atau keluarga tetap kondusif. Cobalah untuk lebih disiplin dalam mengelola finansial, menekan pengeluaran, dan menambah penghasilan, termasuk menabung dan investasi.

Barulah dengan begitu kondisi keuangan menjadi lebih prima dan tak akan rentan terganggu meski diterpa inflasi maupun kenaikan harga barang kebutuhan sekalipun. 

Baca Juga: 4 Tips Memulai Bisnis Kecil-kecilan di Masa Resesi

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement