Selasa 06 Dec 2022 14:00 WIB

PDB Harga Berlaku: Pengertian, Faktor yang Mempengaruhi, dan Cara Menghitung

PDB atau GDP merupakan istilah yang paling sering didengar dalam dunia bisnis hingga politik. Berikut penjelasan mengenai PDB secara lengkap:

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Perkembangan suatu bisnis sangat bergantung pada besar kecilnya modal yang dimiliki oleh seorang pebisnis. Jika modal tidak cukup, pebisnis biasanya mencari suntikan modal dari pihak luar untuk mendanai bisnis, sehingga bisnis dapat berjalan dan berkembang sesuai yang diharapkan. Namun sebelum mencari modal, pebisnis perlu mengetahui jumlah pendapatannya agar pembuatan proposal pencarian dana lebih mudah. 

Tidak hanya pebisnis, ternyata urusan pendapatan juga berlaku bagi sebuah negara. Negara dianggap maju jika memiliki PDB yang tinggi. Namun, PDB yang tinggi tidak selalu mengindikasikan bahwa kesejahteraan merata di seluruh lapisan masyarakat. Mengapa demikian? Berikut penjelasan mengenai PDB untuk menjawab pertanyaan ini. 

Pengertian PDB

Produk Domestik Bruto (PDB) disebut juga Gross Domestic Product (GDP). Berdasarkan pengertian secara umum, PDB adalah nilai tambah yang diperoleh suatu unit usaha atau nilai akhir dari barang dan jasa dalam suatu unit ekonomi. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDB adalah salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi di suatu negara dalam periode tertentu, didasarkan atas PDB harga berlaku dan harga konstan.

Apa yang Dimaksud PDB atas Harga Berlaku? 

Nah, PDB ini berarti perhitungan nilai tambah atas barang dan jasa didasarkan atas harga yang berlaku setiap tahun. PDB atas harga berlaku sering digunakan untuk melihat ada tidaknya pergeseran dalam struktur ekonomi. Berdasarkan laman Satudata Kemendag RI, data PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2021 sebesar Rp16.979.789,20 Milyar. 

Apa yang Dimaksud PDB atas Harga Konstan?

PDB ini menunjukkan adanya nilai tambah atas barang dan jasa dalam tahun tertentu, yang dihitung menggunakan harga berlaku. PDB ini digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Berdasarkan laman Satudata Kemendag RI, data PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2021 menggunakan tahun dasar 2010 sebesar Rp11.118.868 Miliar.

Perbedaan PDB dan PNB

Ada istilah PDB, ada juga PNB. Keduanya memiliki perbedaan. Jika PDB adalah nilai tambah dari unit usaha di suatu negara, maka PNB adalah PDB yang ditambahkan dengan pendapatan neto dari luar negeri.

Pendapatan neto ini diperoleh dengan mengurangkan antara faktor produksi (tenaga kerja dan modal) miliki masyarakat Indonesia dari luar negeri dan pendapatan warga negara asing yang diperoleh di Indonesia. Singkatnya, perbedaan PDB dan PNB terdapat pada komponen penghitung nilainya. 

Baca Juga: Cara untuk Bandingkan Statistik Perusahaan, Ini Pengertian YOY atau Year Over Year

Faktor yang Mempengaruhi PDB

faktor yang mempengaruhi pdb

Sama seperti bisnis, perolehan pendapatan di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ketika pendapatan naik turun, besar kemungkinan faktor-faktor inilah yang menjadi penyebabnya. Apa saja faktor tersebut?

1. Konsumsi Pribadi

Digunakan untuk menghitung besaran konsumsi pribadi atau rumah tangga untuk beberapa jenis barang, di antaranya:

  • Durable goods, yaitu barang yang tidak mudah rusak. Umumnya dapat digunakan dalam jangka waktu panjang, seperti lebih dari 3 tahun. Contohnya, alat-alat elektronik, mesin, kendaraan, kecuali rumah baru
  • Non durable goods, yaitu barang yang nilainya habis setelah dikonsumsi. Contohnya, makanan dan minuman
  • Service, yaitu konsumsi jasa yang dimanfaatkan. Contohnya, penggunaan jasa dokter, guru, mekanis, pilot, dan jasa pelayanan publik lainnya

2. Pengeluaran Pemerintah

Disebut juga government spending, yaitu komponen biaya untuk menghitung pengeluaran pemerintah secara keseluruhan. Contohnya, pembangunan sarana dan prasarana umum, pembayaran gaji PNS atau ASN, membeli alat-alat militer, dan lain sebagainya.

3. Kegiatan Investasi

Faktor selanjutnya adalah kegiatan investasi, berupa pengeluaran untuk belanja barang modal. Contohnya, membeli rumah, pembuatan program baru, pembangunan pabrik, gedung baru, dan lain sebagainya.

4. Ekspor Bersih

Ekspor bersih menjadi faktor terakhir yang mempengaruhi PDB di suatu negara. NIlai ekspor bersih diperoleh dari selisih antara nilai ekspor yang diperoleh dikurangi total impor. 

Manfaat PDB

manfaat pdb

PDB memberikan sejumlah manfaat dalam mengetahui kondisi perekonomian di suatu negara. Berikut ini 4 manfaat PDB secara umum, di antaranya.

1. Sebagai Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Negara mampu memperoleh informasi sebenarnya tentang kondisi negara melalui perhitungan PDB. Dari sinilah, negara dapat menyimpulkan tingkat pertumbuhan negara. Di sisi lain, negara menjadi mampu menganalisis faktor apa saja yang dapat ditingkatkan untuk mendobrak pertumbuhan ekonomi negara.

2. Alat untuk Membandingkan Kemajuan Ekonomi Antar Negara

Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya alat ukur perekonomian seperti PDB, maka negara mampu memaksimalkan kelebihan dan mengatasi kekurangan tersebut. Perhitungan PDB dapat dijadikan indikator untuk menentukan negara mana yang unggul dan kurang unggul. 

3. Alat untuk Membuat Kebijakan

Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah di suatu negara tak lepas dari hasil perhitungan PDB-nya. Melalui data-data yang diperoleh, pemerintah dimudahkan untuk membuat kebijakan baru atau memperbaharui kebijakan yang sudah ada sebelumnya. Alhasil, kondisi perekonomian negara menjadi lebih baik di waktu mendatang.\

4. Mengetahui Struktur Ekonomi di Suatu Negara

Upaya meningkatkan pertumbuhan di suatu negara tidak selalu berjalan mulus. Namun dengan PDB, negara mampu mengukur dan menganalisa faktor apa saja yang perlu diperbaiki maupun ditingkatkan. Dengan demikian, struktur ekonomi pun akan mengalami perusahaan dalam rangka mewujudkan perbaikan dan peningkatan tersebut.

Baca Juga: PPJK: Pengertian, Peraturan dan Proses Pengurusannya

Cara Menghitung PDB

cara hitung pdb

Menghitung PDB bisa dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Penjelasannya sebagai berikut.

1. Menghitung PDB dengan Pendekatan Produksi

Dengan pendekatan ini, perhitungan PDB akan mewakili nilai dari semua barang maupun jasa akhir dalam periode tertentu. Dengan pengecualian, yaitu tidak memasukkan nilai akhir dari barang perantara. Sebab, nilai tambah dari proses produksi sudah terkandung dalam harga akhir barang jadi.

Unit yang terkandung dalam pendekatan ini, di antaranya:

  • Pertanian, peternakan, perikanan
  • Kehutanan
  • Pertambangan
  • Listrik, gas, dan produksi air bersih
  • Perdagangan, hotel, maupun restoran
  • Keuangan, real estate, perusahaan jasa
  • Jasa pelayanan pemerintah

2. Menghitung PDB dengan Pendekatan Pengeluaran

Dengan pendekatan ini, PDB merupakan jumlah uang yang digunakan untuk barang dan jasa akhir. Unit yang terkandung dalam pendekatan ini, di antaranya:

  • Pengeluaran rumah tangga
  • Pengeluaran atas konsumsi pemerintah
  • Pengeluaran perusahaan nirlaba
  • Pembentukan modal domestik bruto
  • Ekspor neto (total ekspor – total impor)
  • Perubahan inventori

3. Menghitung PDB dengan Pendekatan Pendapatan

Perhitungan PDB dengan pendekatan pendapatan dilakukan dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi. Sebut saja modal, tanah, tenaga kerja, dan kewirausahaan. Masing-masing faktor produksi akan menerima keuntungannya sendiri. Pemilik modal memperoleh bunga, pemilik tanah menerima uang sewa, dan tenaga kerja memperoleh upah.

Rumus menghitung PDB = C + I + G + (X-M)

Keterangan;

  • C: komsumsi rumah tangga
  • I: investasi
  • G: konsumsi pemerintah
  • M: impor
  • X: ekspor

Contoh Perhitungan PDB

Untuk memudahkan pemahaman tentang PDB, berikut contoh perhitungan sederhananya.

Indonesia memiliki sumber ekonomi dari hasil produksi, penjualan, dan konsumsi buah mangga. Tahun 2020, ada sekitar 10.000 ton jeruk yang terjual di Indonesia. Per kilogram jeruk dihargai Rp10.000. Dari contoh ini, maka PDB Indonesia pada tahun 2020 sebesar Rp100.000.000.000. 

Pada tahun 2021, Indonesia memproduksi 15.000 ton jeruk, dimana 12.000 tonnya dikonsumsi oleh masyarakat. Maka, sisa 3.000 ton jeruk akan diekspor ke negara tetangga. Semua jeruk yang terjual pada tahun ini dihargai Rp12.000 per kilogram. Maka, hasil yang diperoleh dari penjualan jeruk sebesar Rp 144.000.000.000.

Dari contoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PDB Indonesia telah bertumbuh sebesar 44% dari tahun 2020 ke 2021. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan dari penjualan jeruk. Awalnya Rp100.000.000.000 tahun 2020, kemudian meningkat menjadi Rp 144.000.000.000 di tahun 2021.

PDB Menjadi Pedoman untuk Mengukur Perekonomian Negara

Suatu alat atau metode diharapkan memiliki akurasi perhitungan yang tinggi guna menghindari kesalahan fatal. PDB menjadi satu-satunya alat yang dinilai memiliki tingkat komprehensif yang tinggi dibandingkan perhitungan lain. Tak heran jika PDB digunakan pula untuk perhitungan pertumbuhan ekonomi, baik di Indonesia maupun di kancah internasional. Demikian informasi mengenai PDB, semoga bermanfaat!

Baca Juga:  Kenali Apa Itu Shareholder, Jenis, dan Bedanya dengan Stakeholder

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement