Ketika berinvestasi saham, sudah sepatutnya jika investor perlu mempertimbangkan berbagai macam hal seputar situasi perusahaan sebelum membeli sahamnya. Khususnya terkait kondisi keuangannya, investor wajib melakukan evaluasi agar bisa mengetahui secara garis besar terkait potensi perkembangannya di waktu mendatang.
Di antara beragam hal yang penting untuk diperhatikan, DSCR atau debt service coverage ratio menjadi yang tak boleh dilewatkan. Secara umum, rasio keuangan ini menilai kemampuan penghasilan operasional bisnis sebuah perusahaan untuk bisa melunasi kewajiban utangnya, alias total liabilitas.
Tujuannya agar investor memahami apakah perusahaan mampu memenuhi seluruh kewajiban pinjaman, baik utang jangka pendek maupun jangka panjang dengan lancar. Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut seputar pengertian dari istilah DSCR ini, termasuk, rumus DSCR, contoh perhitungan, cara membaca, hingga analisisnya, simak penjelasan berikut ini.
Baca Juga: Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan, Investor Wajib Tahu
Apa Itu DSCR atau Debt Service Coverage Ratio?
DSCR atau Debt Service Coverage Ratio
Seperti yang telah dijelaskan sedikit sebelumnya, DSCR atau debt service coverage ratio adalah rasio finansial yang menilai kemampuan penghasilan operasional bisnis sebuah perusahaan dalam melunasi segala kewajiban utang yang dimilikinya. Dalam kata lain, rasio tersebut mampu menguak tentang total liabilitas dari sebuah perusahaan.
Tujuan dari mengetahui DSCR tersebut adalah untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi tanggungan kredit atau utangnya secara menyeluruh. Kewajiban membayar utang tersebut mencakup kredit jangka pendek, misalnya, utang perbankan, ataupun kredit jangka panjang dari penerbitan obligasinya.
DSCR ini sendiri merupakan salah satu faktor penting yang perlu diketahui pada proses analisis transaksi yang memiliki opsi leverage di sebuah perusahaan. Selain itu, rasio DSCR ini juga umumnya digunakan secara simultan bersama jenis rasio leverage lain sesuai kebutuhan perusahaan atau investor.
Istilah DSCR juga bisa dipahami sebagai pengukuran atas arus kas sebuah perusahaan yang bisa digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban utangnya saat ini. Oleh investor, informasi seputar rasio keuangan tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan terkait kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya sesuai dengan tingkat pendapatannya.
Pengertian DSCR Berdasarkan Konteks Lainnya
Sementara itu, tergantung dari konteksnya, DSCR juga bisa mengacu pada hal atau kondisi keuangan yang berbeda. Misalnya, pada konteks finansial pemerintah, istilah ini mengacu pada jumlah pemasukan ekspor yang diperlukan sebuah negara dalam memenuhi pembayaran pokok atau bunga tahunan utang luar negeri yang dimilikinya. Hal tersebut mencakup pula pokok utang, dana pelunasan, bunga, serta pembayaran sewa.
Di sisi lain, pada konteks finansial pribadi, DSCR merupakan rasio yang berguna untuk diketahui oleh petugas kredit perbankan dalam menentukan penghasilan pinjaman properti. Selain itu, informasi terkait rasio keuangan ini juga berguna dalam aktivitas analisis perusahaan, proyek, ataupun peminjam individu.
Umumnya, pihak pemberi pinjaman akan memberlakukan nilai DSCR minimal yang bergantung dari kondisi makroekonomi. Apabila ekonomi tengah bertumbuh, pihak pemberi pinjaman barangkali akan lebih mampu menoleransi rasio DSCR yang lebih kecil. Pun sebaliknya, apabila kondisi ekonomi melemah, pemberi pinjaman akan lebih ketat dalam memerhatikan nilai rasio keuangan yang satu ini.
Rumus DSCR dan Cara Perhitungannya
Rumus DSCR atau rasio cakupan layanan utang memerlukan informasi terkait pendapatan operasional net atau bersih, serta jumlah pembayaran utang milik suatu entitas. Untuk pemasukan operasional bersih merupakan pendapatan perusahaan yang telah dikurangi dengan biaya operasionalnya.
Namun, perhitungan tersebut tak memasukkan pula pembayaran pajak serta bunga. Hal tersebut kerap dianggap setara dengan keuntungan atau laba sebelum pajak dan bunga, alias EBIT.
Pada dasarnya, terdapat 2 metode hitung atau rumus DSCR, antara lain:
DSCR = EBITDA/debt service
DSCR = (EBITDA – Capital Expenditure atau CapEx) / debt service
Yang dimaksud dengan EBITDA sendiri ialah laba atau keuntungan sebelum dikurangi beban bunga, beban penyusutan atau depresiasi, amortisasi, dan biaya pajak. Sementara untuk debt service ialah layanan utang yang mencakup jumlah dana yang dibutuhkan untuk melunasi pokok pinjaman dan bunganya. Sebagai contoh, pada kredit kendaraan, yang termasuk sebagai layanan utang atau debt service ini adalah jumlah pokok utang dan juga tingkat bunga yang dibebankan.
Contoh Perhitungan Rumus DSCR
Agar lebih mudah memahami rumus dan cara perhitungan DSCR, simak contohnya berikut ini.
Katakanlah kamu memerlukan modal tambahan untuk bisa mengembangkan produk dalam bisnis yang sudah dijalankan. Untuk mendapatkan modal tambahan tersebut, kamu memilih untuk mengajukan pendanaan utang alias debt financing.
Ambil saja contoh jumlah pinjaman yang diajukan tersebut adalah sebesar 100 juta dan memiliki tingkat bunga 5 persen tiap tahun. Lalu, mengenai nilai EBITDA sendiri adalah 150 juta.
Berdasarkan informasi tersebut, maka cara perhitungan DSCR tersebut adalah sebagai berikut.
DSCR = EBITDA/debt service
DSCR = 150 juta / (100 juta + 5 persen)
DSCR = 150 juta / 105 juta = 1.43
Sehingga, berdasarkan perhitungan tersebut, bisa diketahui jika nilai DSCR pada bisnis tersebut adalah 1,43.
Baca Juga: 7 Metode Penilaian Investasi, Investor Wajib Tahu!
Hal yang Dijelaskan pada Perhitungan DSCR
Lalu, informasi apa yang bisa didapatkan setelah mengetahui DSCR? Umumnya, rasio keuangan tersebut digunakan oleh pemberi pinjaman dan dihitung sebelum memberi pinjaman pada calon nasabahnya. Jika nilainya di bawah 1, artinya arus kasnya negatif dan keuangan pihak nasabah tak mampu menutupi ataupun melunasi seluruh kewajiban utangnya tanpa melakukan penarikan dana dari sumber luar atau mengajukan pinjaman lebih banyak.
Misalnya, dengan rasio 0,95, artinya hanya ada pendapatan operasional bersih untuk menutup sekitar 95 persen tanggungan utang tahunan. Pada konteks finansial pribadi, hal tersebut mengindikasikan peminjam perlu mengevaluasi kondisi dana pribadinya setiap bulan agar mampu menjaga proyek keuangannya tetap lancar.
Tentunya, saat menghadapi calon nasabah yang mempunyai nilai DSCR negatif atau kurang dari 1, pemberi pinjaman enggan untuk meloloskan pengajuan kreditnya. Walaupun begitu, tergantung dari beberapa faktor tertentu, seperti jumlah aset yang dimiliki dan kondisi keuangan secara umum, pemberi pinjaman tetap bersedia menerima pengajuan pinjaman meski nilai DSCR negatif.
Hal serupa juga berlaku jika nilai rasio keuangan ini masih berdekatan dengan nilai 1, sebagai contoh, 1,1. Pasalnya, hal tersebut menjadikan entitas lebih rentan untuk tak bisa melunasi tanggungan utangnya. Jadi, tak mengherankan jika kebanyakan kasus pengajuan pinjaman mengharuskan nasabah untuk mempunyai nilai DSCR minimal tertentu selama dalam masa pinjaman.
Cara Membaca Nilai DSCR
Berdasarkan contoh perhitungan di atas, diketahui jika nilai DSCR adalah 1,43. Lantas, apa maksud dari nilai rasio tersebut? Seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, rasio DSCR lebih dari 1 menunjukkan jika EBITDA mampu menutupi jumlah layanan utang, dan sebaliknya jika rasionya di bawah 1.
Sehingga, bisa dipahami jika saat perusahaan mempunyai nilai DSCR di atas 1, EBITDA perusahaan mampu memberi jaminan terkait pelunasan utang yang diajukannya. Walaupun begitu, idealnya, nilai rasio DSCR sebaiknya lebih dari 2 yang mengindikasikan EBITDA perusahaan dua kali lebih besar dari yang dibutuhkan guna menjamin tanggungan utangnya. Tentunya, semakin besar rasio DSCR, kian tinggi pula potensi utang bisa dilunasi dan secara tidak langsung membuka peluang mendapatkan pinjaman lebih banyak.
Cara Menganalisis Nilai DSCR
Selayaknya rasio finansial lainnya, terdapat beragam metode analisis DSCR yang bisa digunakan. Salah satunya adalah perbandingan DSCR antar perusahaan pada sektor industri setara. Cara ini bisa dilakukan untuk membandingkan rasio finansial perusahaan dengan rasio rerata industri.
Jika nilai DSCR suatu perusahaan lebih besar ketimbang rerata perusahaan lain pada industri yang sama, hal tersebut tentu bisa menjadi pertanda baik terkait kondisi keuangannya. Bagi investor, informasi tersebut mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih emiten terbaik dalam aktivitas investasi sahamnya. Meski begitu, tetap pahami jika ada banyak indikator lain yang harus dipahami selain nilai DSCR untuk bisa memprediksi potensi perkembangan sebuah perusahaan dan juga sahamnya.
DSCR Adalah Indikator Finansial untuk Ketahui Kemampuan Perusahaan Lunasi Utangnya
Intinya, DSCR atau debt service coverage ratio merupakan indikator yang mampu menilai kinerja pemasukan operasional alias EBITDA perusahaan guna menjamin pelunasan utangnya. Semakin besar nilai DSCR, kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya akan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, baik bagi petinggi perusahaan, pemberi pinjaman, ataupun investor, memahami tentang jenis rasio keuangan ini sangat penting untuk dilakukan.
Baca Juga: Tentang Parity Price, Konsep Investasi yang Bandingkan Harga Sekuritas dengan Komoditas