Kamis 18 May 2023 09:00 WIB

Merupakan Pengembalian Aktual Investasi, Ini Arti Realized Yield dan Jenisnya

Realized yield adalah istilah yang mengacu pada pengembalian aktual yang didapatkan investor selama suatu periode investasi. Berikut penjelasan lengkapnya.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Jika ditanya apa tujuan berinvestasi, semua orang pasti menjawab untuk mendapatkan keuntungan dari modal yang telah ditanamkan di instrumen investasi. Memang, tergantung dari jenis produk yang dipilih, modal investasi biasanya akan terus bertambah di waktu mendatang. Akan tetapi, keuntungan dari investasi tersebut akan seterusnya dianggap sebagai keuntungan semu hingga akhirnya dicairkan oleh investor. 

Nah, istilah yang mengacu pada realisasi dari imbal hasil investasi ini biasa disebut sebagai realized yield, atau imbal hasil terealisasi. Pada dasarnya, realized yield memiliki arti sebagai pengembalian aktual atau sebenarnya yang berhasil didapatkan oleh investor selama 1 periode investasi. Pengembalian aktual tersebut bisa dari berbagai sumber pada konteks investasi, seperti dividen, capital gain, pembayaran bunga, dan lain sebagainya. 

Di samping itu, realized yield ini juga memiliki beragam jenis tergantung dari instrumen investasi yang dipilih oleh investor. Lalu, seperti apa sih sebenarnya pengertian dari istilah ini? Nah, untuk memahaminya lebih lanjut, simak penjelasan lengkap tentang apa itu realized yield, jenis, dan juga perbedaannya dengan realized return berikut ini.

Baca Juga: Mengenal Yield to Maturity, Definisi dan Cara Hitung

Pengertian Realized Yield

Realized Yield

Realized Yield

Realized yield, atau bisa juga disebut sebagai imbal hasil terealisasi di bahasa Indonesia, merupakan istilah yang mengacu pada pengembalian aktual yang didapatkan investor selama suatu periode investasi. Pengembalian atau imbal hasil tersebut bisa berasal dari dividen, perubahan nilai investasi dari modal awal, sampai pemberian kupon atau bunga selama periode holding. 

Istilah realized yield ini biasa diaplikasikan pada aktivitas investasi di instrumen obligasi. Lebih tepatnya, istilah tersebut kerap digunakan oleh investor yang merujuk pada keuntungan atau imbal hasil dari penjualan obligasi sebelum tanggal jatuh temponya.

Di samping itu, investor juga kerap menggunakan istilah ini atas pembayaran dividen dari produk sekuritas. Oleh karena itu, umumnya perhitungan dari realized yield dilakukan investor dengan mengurangi atau menambahkan imbal hasil dari investasi yang telah didapatkan dengan modal awal investasinya. Perhitungan dari realized yield ini dilakukan secara rutin setiap tahun.

Memahami Penerapan Realized Yield

Imbal hasil terealisasi pada produk investasi yang memiliki tanggal jatuh tempo sering kali berbeda dengan yang dijelaskan pada YTM atau yield to maturity di hampir semua situasi. Suatu pengecualian terjadi saat obligasi dibeli atau dijual pada nilai pokok atau face value, yang juga merupakan harga redemption dari produk obligasi tersebut ketika jatuh tempo.

Penggunaan dari konsep ini juga bisa sangat berguna untuk mengevaluasi produk high yield bond atau junk bond. Perhitungan realized yield mampu memberi informasi pada investor terkait cara untuk menyiasati fakta juga sejumlah junk bond atau high yield bond hampir selalu bisa dipastikan default, alias bangkrut atau gagal. 

Di sisi lain, imbal hasil sebenarnya dari produk obligasi high yield juga cenderung lebih rendah dibanding dengan yield to maturity karena risiko default tersebut. Hal inilah yang penting untuk diketahui oleh investor yang ingin membeli produk obligasi sampah, alias junk bond atau high yield bond.

Contoh Perhitungan Realized Yield

Perlu dipahami jika terkadang nilai keuntungan atau imbal hasil terealisasi atas suatu produk obligasi yang sudah jatuh tempo tak sesuai dengan nilai yang telah dituliskan sebelumnya. Akan tetapi, hal tersebut tak berlaku apabila obligasi yang bersangkutan dibeli maupun dijual dengan nilai pokoknya atau face value. 

Contohnya, suatu produk obligasi mempunyai tingkat kupon sebesar 5 persen selama di masa investasi atau holding period. Rencananya, obligasi tersebut juga akan dijual atau dilepas dengan harga pokok. Sehingga, berdasarkan informasi tersebut, investor bisa mendapatkan realized yield sejumlah 5 persen. 

Akan tetapi, di kebanyakan kondisi, investor bisa mendapatkan imbal hasil terealisasi yang fluktuatif. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pada nilai dasar atas modal yang diinvestasikan pada produk obligasi tersebut. 

Sederhananya, realized yield adalah apa yang sebenarnya didapatkan oleh investor di pasar obligasi, yang nilainya tak selalu sesuai dengan yield saat jatuh tempo. Dengan kualitas setara kredit, obligasi jangka waktu 1 tahun dengan kupon 3 persen dan modal 1 juta yang dijual di angka 1,02 juta secara kasar sebanding dengan obligasi dengan kupon 1 persen yang terjual dengan nilai pokok. 

Kesetaraan ini berdasarkan dari yield jatuh tempo dari kedua jenis obligasi tersebut sekitar 1 persen. Tapi, dengan anggapan suku bunga pasar menurun setengah persen sebulan berikutnya, nilai dari obligasi 1 tahun akan meningkat sebesar 0,5 persen sebagai respons atas bunga yang lebih rendah. Jika investor menjual obligasi setelah durasi 1 bulan tersebut tanpa menerima kupon pembayaran apa pun, imbal hasilnya akan direalisasikan sedikit lebih tinggi 6 persen dari basis tahunan.

Baca Juga: Dividend Yield - Pengertian, Contoh, dan Cara Menghitungnya 

Jenis Realized Yield

Secara umum, istilah realized yield bisa dibedakan menjadi 3 jenis atau kategori tergantung dari instrumen investasi yang dimaksud. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pengertian realized yield sesuai dengan instrumen investasi yang mendasarinya. 

  1. Obligasi

    Pada kategori obligasi, imbal hasil terealisasikan mengacu pada pengembalian total ketika investor menjual obligasinya sebelum mencapai tanggal jatuh tempo. Sebagai contoh, sebuah produk obligasi memiliki masa jatuh tempo 3 tahun dengan tingkat kupon 3 persen yang dibeli senilai nominal 10 juta rupiah dan juga mempunyai imbal hasil 3 persen pada akhir masa jatuh temponya. 

    Apabila obligasi dijual 1 tahun pasca pembeliannya dengan harga 9.6 juta, kerugian pokoknya ialah 4 persen. Dengan pembayaran kupon sejumlah 3 persen, artinya imbal hasil realisasi yang didapatkan oleh investor obligasi tersebut adalah negatif 1 persen. 

    Di sisi lain, katakanlah produk obligasi tersebut dijual pasca 1 tahun dengan harga 10.2 juta dengan keuntungan pokok sejumlah 2 persen. Pada kondisi tersebut, imbal hasil yang direalisasikan meningkat hingga 5 persen karena mendapat pembayaran kupon sebesar 3 persen. 

  2. Sertifikat Deposito

    Pada sertifikat deposito, investor yang berniat untuk mencairkannya sebelum tiba waktu jatuh temponya sering kali diharuskan untuk membayar denda. Sebagai contoh, kamu ingin menguangkan deposito masa tempo 2 tahun yang membayarkan 1 persen pasca 1 tahun dan mendapatkan bunga 1 juta. 

    Artinya, denda 6 bulan dari masa deposito tersebut sama dengan 500 ribu. Setelah membayarkan biaya tersebut, investor akan mendapatkan imbal hasil sebesar 500 ribu selama 1 tahun dengan realized yield sejumlah 0,5 persen. 

  3. Reksa Dana Pendapatan Tetap

    Terakhir, perhitungan realized yield atau imbal hasil terealisasi juga berlaku pada reksa dana pendapatan tetap, ETF, maupun produk investasi lain yang tak mempunyai waktu jatuh tempo. Sebagai contoh, seorang investor memiliki ETF yang membayarkan bunga sebesar 4 persen selama 2 tahun. Kemudian, ia menjual ETF tersebut untuk mendapatkan keuntungan sebesar 2 persen dan bunga 4 persen tiap tahunnya. 

    Kenaikan atas pokok pinjaman tersebar selama 2 tahun periode investasi atau periode holding dengan imbal hasil 1 persen per tahun. Alhasil, berdasarkan contoh tersebut, nilai imbal hasil terealisasikan atau realized yield menjadi 5 persen tiap tahunnya.

 

Pentingnya Mengetahui Realized Yield untuk Ketahui Imbal Hasil Investasi Sebenarnya

Pada dasarnya, realized yield merupakan informasi yang penting untuk diketahui oleh investor agar bisa mengetahui nilai imbal hasil yang sebenarnya didapatkannya. Dengan mengetahui hal ini, investor juga bisa mengevaluasi obligasi yang memiliki imbal hasil besar, termasuk risikonya untuk mengalami gagal bayar. Karenanya, usahakan untuk tak sekadar berpatok pada nilai pengembalian jatuh tempo saat memilih obligasi karena biasanya memiliki nilai yang tak akurat dan lebih rendah. 

Baca Juga: Jadi Bahan Pertimbangan Penting Pilih Reksa Dana, Yuk Cari Tahu Apa Itu Average Yield

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement