Aburizal Bakrie telah lama dikenal sebagai salah satu pengusaha dari kerajaan bisnis Bakrie Group dan politisi Indonesia. Kilas balik ke tahun 2012 lalu, Ical—demikian sapaan akrabnya, pernah ditetapkan sebagai calon presiden parpol Golkar untuk pemilu presiden RI 2014.
Ia berkecimpung di gelanggang politik dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar ke-9 (2009-2014). Selain itu, ia sempat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2005-2009) dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI (2004-2005).
Adapun beberapa perusahaan Ical yang terdaftar sebagai emiten di antaranya adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), dan PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE).
Selama aktif berkiprah sebagai pengusaha, ia kerap mengurus berbagai organisasi pengusaha. Ia pun pernah menduduki posisi Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) selama dua periode, yakni tahun 1994-2004. Sedangkan di tahun 1992-2004, ia memimpin Kelompok Usaha Bakrie.
Baca Juga: Menelusuri Rekam Jejak Pengusaha Eddy Sariaatmadja, Pemilik SCTV yang Hartanya Triliunan Rupiah
Biodata Aburizal Bakrie
Aburizal Bakrie (Sumber: tirto.id)
Aburizal Bakrie lahir di Jakarta, 15 November 1946. Ia adalah putra sulung dari H. Achmad Bakrie dan Hj. Roosniah Nasution. Ayahnya berasal dari Lampung, sedangkan ibunda dari Sumatera Utara. Ia memiliki tiga orang adik, yaitu Roosmania Odi Bakrie, Indra Usmansyah Bakrie, dan Nirwan Dermawan Bakrie.
Bisnis Bakrie Group telah dirintis oleh sang ayah sejak tahun 1942 di Teluk Betung, Lampung. Ketika pertama berdiri, ayahnya merintis usaha rempah-rempah serta hasil perkebunan seperti karet, kopi, dan lada. Usaha inilah yang menjadi cikal bakal Bakrie Group.
Menikah dengan Hj. Tatty Murnitriati, Ical Bakrie mempunyai tiga orang anak yang kini terus berkiprah meneruskan bisnis keluarga mereka. Ketiga anaknya ialah Anindya Novyan Bakrie, Anindhita Anestya Bakrie, dan Anindra Ardiansyah Bakrie alias Ardi Bakrie—suami dari artis cantik Nia Ramadhani.
Sudah Berjiwa Pemimpin Sedari Muda
Aburizal Bakrie menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sana ia mengambil jurusan Teknik Elektro dan sukses lulus pada tahun 1973. Selama kuliah di Bandung, Ical mengembangkan jiwa kepemimpinannya lewat pengalaman berorganisasi.
Ia sempat menjadi anggota Dewan Mahasiswa, Ketua Senat Mahasiswa Elektro ITB, dan juga Ketua Dewan Mahasiswa ITB. Selain itu, Aburizal Bakrie pun diketahui sebagai salah satu pendiri Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Ketua HIPMI ketiga.
Selain itu, masih banyak lagi pengalaman organisasi dalam perjalanan karier politik dan bisnis Aburizal Bakrie. Kilas balik ke tahun 1976-1989, ia menjadi Ketua Umum Gabungan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia. Sementara pada tahun 1984-1988, ia menjadi Ketua dari Asosiasi Kerjasama Bisnis Indonesia-Australia, dan masih banyak lagi.
Kekayaan Aburizal Bakrie
Aburizal Bakrie pernah disebut sebagai orang paling kaya di Asia Tenggara. Seperti diketahui, Grup Bakrie mempunyai berbagai ladang uang di hampir semua sektor penting dalam perekonomian.
Ical dengan bakat bisnisnya yang cemerlang berperan sangat besar dalam mengembangkan, memajukan, serta memperluas sayap bisnis Bakrie Group. Beragam bisnis mereka mencakup berbagai sektor.
Di antaranya ialah energi, properti, pertambangan batu bara, minyak, infrastruktur, kesehatan, jasa keuangan, media, telekomunikasi dan operator seluler, perkebunan, media massa, juga teknologi.
Keragaman bisnis inilah yang membuat Grup Bakrie meraup banyak keuntungan. Pada tahun 2006, namanya mulai masuk dalam daftar orang terkaya keenam di Indonesia versi Forbes, dengan total kekayaan mencapai 1,2 miliar Dollar AS (Rp17,8 triliun).
Berdasarkan list yang dirilis Forbes 2007, Aburizal Bakrie adalah orang paling kaya di Indonesia. Saat itu total hartanya menembus 5,4 miliar Dollar AS (Rp81 triliun). Bahkan Majalah Globe Asia 2008 juga menyebut nama Aburizal Bakrie sebagai orang paling kaya di Asia Tenggara.
Kekayaannya saat itu berada di angka fantastis, yakni 9,2 miliar Dollar AS (Rp84,6 triliun). Aburizal Bakrie mengalahkan beberapa taipan terkaya dari berbagai negara, termasuk Robert Kuok (Malaysia), Teng Fong (Singapura), Chaleo Yoovidhya (Thailand), dan lainnya dalam lingkup Asia Tenggara.
Kekayaan Bakrie saat itu meroket lantaran saham salah satu anak usahanya terus menanjak dari Rp300 per lembar (2004) menjadi Rp5.900 per lembar (2007). Sayangnya, tak ada yang kekal di dunia ini. Kejayaan Aburizal Bakrie tak berlangsung langgeng.
Krisis moneter global yang melanda di tahun 2008 membuat Ical tak dapat bertahan di peringkatnya. Tahun itu, namanya turun ke peringkat sembilan dalam daftar bergengsi Forbes. Di tahun 2012, namanya tak lagi ada dalam deretan konglomerat terkaya Tanah Air.
Baca Juga: Mengenang Jakob Oetama, Jurnalis Pendiri Kompas dan Gramedia yang Ingin Mencerdaskan Bangsa
Saham Emiten Bakrie Group Tak Semantap Dulu
Saham emiten Bakrie Group memang sudah tak sekuat dulu. Beberapa faktor menyebabkan saham emiten mereka merosot dan redup. Salah satunya yaitu kejadian semburan lumpur di Sidoarjo yang terjadi pada tahun 2006 lalu.
Musibah lumpur Lapindo disebabkan oleh terjadinya ledakan di sumur pengeboran eksplorasi gas bumi yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Perusahaan ini diketahui sebagai salah satu anak usaha dari Bakrie Group.
Tak ayal, sekitar 19 desa terdampak (perkiraan luas areanya mencapai 1.143,3 hektare) dan 45.000 penduduknya terpaksa harus mengungsi secara permanen. Ada lebih dari 77 rumah ibadah dan 10.426 unit rumah yang terendam lumpur.
Selain memakan korban jiwa, insiden lumpur panas tersebut pun membuat rumah-rumah terbakar dan penghuninya mengalami luka bakar serius. Bencana tersebut menyebabkan terjadinya banyak kerusakan di kawasan sekitar yang terus berlarut-larut sampai sekarang.
Sejak peristiwa yang terjadi pada 16 tahun lalu itu, tepatnya di tanggal 29 Mei 2006, wilayah tersebut masih saja menyemburkan lumpur panas tanpa henti. Menurut Jefry Recky Pattiasina, Kepala Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS), beberapa ahli geologi menuturkan, semburan lumpur panas ini akan berlangsung sampai 40 tahun lamanya.
Apabila perkiraan berdasarkan data penelitian itu benar dan saat ini sudah lewat 15 tahun, maka masih ada 25 tahun lagi hingga semburan lumpur panas tersebut betul-betul berakhir.
Di samping itu, kasus penggunaan narkoba yang dialami anak serta menantunya, Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani, juga ikut menjadi faktor penyebab dari melunturnya kejayaan saham Bakrie Group.
Seorang High Achiever dengan Banyak Pencapaian Signifikan
Tak ada gading yang tak retak dan pamor seseorang tak bertahan selamanya. Meski begitu, pencapaian signifikan yang penting dan menyebabkan perubahan akan tercatat dalam sejarah. Demikian juga dalam perjalanan karier seorang Aburizal Bakrie.
Di bawah pimpinan Aburizal Bakrie, bisnis Bakrie Group berjaya dan mengalami ekspansi besar-besaran. Perluasan itu merambah hingga ke ranah pertambangan, telekomunikasi, kontraktor, industri baja, hingga media massa (meliputi televisi ANTV, Lativi, dll serta jejaring sosial Path).
Selain berjaya di dunia bisnis, Ical Bakrie juga menorehkan prestasi tinggi dengan pencapaiannya di karier politik. Di tahun 1991-1995, ia dua kali menjabat sebagai Presiden Forum Bisnis ASEAN.
Kemudian di tahun 1996-1998, Ical menjabat sebagai Presiden ASEAN Chamber of Commerce & Industry. Ia juga tercatat dua kali menjabat sebagai anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) pada tahun 1988-1993 dan 1993-1998.
Meraih Beragam Penghargaan Bergengsi
Aburizal Bakrie mengantongi beragam penghargaan atas gemilang prestasi dan kinerjanya. Ia mendapatkan penghargaan The Outstanding Young People of the World dari the Junior Chamber of Commerce 1986.
Memasuki 1995, Aburizal Bakrie mendapatkan penghargaan Businessman of the Year dari Harian Republika. Sedangkan pada tahun 1997, ia meraih penghargaan ASEAN Business Person of the Year dari the ASEAN Business Forum.
Di tahun 2011, ia meraih Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setahun setelahnya di tahun 2012, ia menerima Penghargaan Nugraha Karya dari KADIN karena dianggap sukses membesarkan nama KADIN selama kepemimpinannya.
Kemudian Pemerintah Provinsi Lampung pada tahun 2014 memberinya penghargaan Tokoh Lampung bidang Ekonomi.
Masih Eksis di Bisnis Pers dan Media Massa
Ical, Sapaan Akrab Aburizal Bakrie (Sumber: www.detik.com)
Nama keluarga Bakrie memang sudah tak ada dalam deretan crazy rich Indonesia. Dulunya Forbes menuturkan kekayaan keluarga Bakrie ditaksir menembus 5,4 miliar Dollar AS (setara Rp77 triliun).
Namun kini di masa pensiunnya, pengusaha Aburizal Bakrie dan Bakrie Group masih terlilit sejumlah utang di kisaran Rp22,6 miliar hingga Rp10,7 triliun yang harus dilunasi ke negara, termasuk urusan Lapindo yang belum selesai.
Kendati demikian, bisnis media massa mereka masih bertahan dan eksis sampai sekarang. Dua stasiun televisi milik Aburizal Bakrie masih eksis melalui PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) serta PT Intermedia Capital Tbk (MDIA).
Keduanya masih menyajikan tayangan berkualitas sesuai fungsi pers yang berkontribusi dalam mendidik, menginformasikan, menghibur, dan memengaruhi khalayak banyak dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Stasiun televisi yang beroperasi di bawah VIVA ialah tvOne. Sedangkan ANTV dinaungi oleh MDIA dan PT Cakrawala Andalas Televisi.
Baca Juga: 9 Tokoh yang Bisa Kamu Jadikan sebagai Sumber Inspirasi Kesuksesanmu