Jika berbicara soal investasi, kebanyakan dari kamu pasti melakukannya karena ingin mendapatkan keuntungan. Diibaratkan seperti sebuah ‘kendaraan’, investasi merupakan sarana yang digunakan untuk mengantarkan ke tujuan yang diinginkan.
Maka dari itu, langkah atau strategi dalam ‘berkendara’ ini harus sangat diperhatikan agar kamu bisa sampai ke tujuan finansial yang sudah direncanakan.
Lantas bagaimana jika investasi yang sudah dilakukan ternyata merugi? Penasaran bagaimana caranya agar modal yang diinvestasikan kembali dengan cepat? Berikut jawabannya.
Baca Juga: Kenalan dengan Konsep Diversifikasi, Jenis, dan Manfaatnya dalam Investasi
Lebih Cermat Memilih Investasi
Investasi
Diibaratkan sebagai 'kendaraan', ada banyak aturan yang harus dipatuhi. Salah satunya berhati-hati selama 'berkendara' supaya 'kendaraan' bisa membawa kamu sampai ke tujuan dengan selamat. Begitu pun saat berinvestasi, sikap hati-hati harus menjadi pertimbangan utama.
Tak masalah jika memang suka ambil risiko ketika berinvestasi. Akan tetapi jangan sampai melakukannya secara ‘ugal-ugalan’ hingga mengabaikan segala risiko yang mungkin terjadi.
Seperti yang disebutkan salah seorang investor terkemuka di dunia, Warren Buffett, bahwa ada dua aturan penting dalam berinvestasi.
- Jangan sampai kehilangan uang.
- Jangan lupa aturan pertama.
Ini artinya, bahwa jangan pernah sembrono ketika ingin berinvestasi. Jangan melakukan investasi apapun hanya dengan mindset demi mendapatkan untung saja. Tetapi berinvestasilah pada aset atau perusahaan yang benar-benar sudah diteliti dan diyakini secara menyeluruh.
Balik Modal Investasi Akibat Merugi, Tidak Murah!
Ungkapan Warren Buffet tentang investasi tentu bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, ketika investasi dilakukan secara serampangan dan tak peduli dengan segala risiko yang ada, ini justru berpotensi menimbulkan kerugian yang mendalam. Bahkan, modal yang diinvestasikan bisa lenyap tak tersisa.
Berikut ini gambaran capital gain alias keuntungan yang dibutuhkan agar modal kembali setelah investasi merugi.
Kerugian (%)
|
Keuntungan agar Balik Modal (%)
|
---|---|
10
|
11
|
20
|
25
|
30
|
45
|
40
|
67
|
50
|
100
|
60
|
150
|
70
|
233
|
80
|
400
|
90
|
900
|
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa ketika kerugian yang terjadi semakin besar, maka nilai keuntungan yang wajib diperoleh (capital gain) agar bisa balik modal juga makin besar.
Bayangkan saja misalnya kamu berinvestasi sebesar Rp50 juta lalu mengalami kerugian sekitar 10%, maka dana milikmu akan berkurang menjadi Rp45 juta. Jika ingin bisa balik modal, maka harus bisa mendapatkan keuntungan hingga 11% hanya dengan modal yang tersisa tadi.
Belum lagi jika dana Rp50 juta tadi ternyata rugi hingga 50% alias tinggal Rp25 juta saja. Nah, supaya bisa balik modal saja kamu harus bisa mendapatkan imbal hasil hingga 100% dari modal yang tersisa tadi.
Betapa besarnya capital gain yang harus dicapai agar bisa balik modal. Perlu diingat, perhitungan ini hanya mengkalkulasi biaya balik modal setelah mengalami kerugian. Bukan, keuntungan yang seharusnya diperoleh.
Ingat Hal Ini saat Berinvestasi di Aset yang Berisiko Tinggi
-
Tanamkan Mindset yang Tepat
Sebetulnya tidak ada yang salah dengan pilihanmu berinvestasi di aset berisiko tinggi, seperti saham. Namun yang perlu dipahami dan ditanamkan dalam mindset adalah jangan fokus hanya dengan target return atau imbal hasil yang tinggi hingga kemudian menganggap sepele faktor risiko.
Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kerugian dalam investasi. Untuk itu, tanamkan mindset atau cara berpikir yang tepat.
-
Tanyakan Kesiapan Diri saat Berinvestasi
Dalam investasi, risiko adalah sesuatu yang pasti. Sementara imbal hasil yang akan diperoleh baru berupa potensi yang berkaitan erat dengan ekspektasi. Oleh sebab itu, tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu dua pertanyaan berikut:
- Apakah kamu siap dan bisa menerima segala risiko dan menghadapinya, termasuk kerugian besar demi potensi high return?
- Apakah profil risiko yang dimiliki sudah sesuai dengan segala risiko dari jenis investasi tersebut?
-
Susun Strategi Mitigasi
Jika kamu sudah punya jawaban dari kedua pertanyaan di atas dan merasa yakin dengan jawabannya, selanjutnya susun strategi mitigasi. Ini dilakukan untuk mengurangi segala risiko yang mungkin terjadi dan menjaga nilai aset portofolio tetap stabil.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan diversifikasi investasi, yakni mengalokasikan dana ke sejumlah instrumen investasi yang berbeda.
Berinvestasilah dengan Bijak
Sebagaimana sedang berkendara di jalan, tak sedikit yang memilih untuk mengambil jalan “pintas” ketika berinvestasi. Alasannya agar bisa mendapat banyak keuntungan, tetapi sayangnya mereka tak memedulikan risikonya. Padahal agar bisa mencapai tujuan finansial, 'keselamatan' sudah seharusnya jadi prioritas.
Jadi ketika berinvestasi kamu tak boleh hanya fokus dengan keuntungannya saja tapi tetap perlu mempertimbangkan berbagai faktor risiko yang ada. Apalagi, setiap investor memiliki kemampuan berbeda-beda dalam menangani risiko. Karenanya, strategi mitigasi dalam berinvestasi menjadi sangat diperlukan.
Baca Juga: Makin Jago Raup Cuan, Ini Film tentang Investasi yang Wajib Ditonton