Senin 07 Aug 2023 12:16 WIB

Alfa dalam Investasi: Pengertian dan Cara Menghitungnya Menggunakan Metode Jensen Alpha

Kondisi dalam investasi berupa keuntungan portofolio yang melampaui keuntungan pasar dan dalah dihitung dengan menggunakan metode Jensen Alpha.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Makin sering bermain investasi, makin sering pula bertemu dengan istilah-istilah yang tidak ditemukan saat awal-awal memulai investasi. Sebagai pemula, mungkin akan menjadi makin bingung terhadap itu dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu, perlu adanya pemahaman terhadap istilah-istilah tersebut agar investasi menjadi lancar dan keuntungan besar dapat diraih.

Salah satu istilah yang dapat bermunculan dalam dunia investasi adalah Alfa. Istilah ini sering kali muncul bersamaan dengan Beta. Mengetahui adanya kedua istilah tersebut, mungkin bagi investor yang baru pertama kali terpapar istilah itu akan bingung. Untuk bisa memahami kedua istilah tersebut, perlu pemahaman secara terpisah. Oleh karena itu, yuk simak penjelasan tentang Alfa berikut ini.

Baca juga: Pasar Modal: Pengertian, Sejarah, hingga Manfaatnya

 

Pengertian Alfa

keuntungan alfa

Alpha Return

Alfa atau Alpha berasal dari bahasa Yunani yang berarti huruf pertama dalam huruf yunani dan nomor satu jika dilihat dari segi numeriknya. Dalam dunia investasi, alfa adalah istilah yang menggambarkan kemampuan strategi untuk mengalahkan pasar. Dikaitkan dengan arti alfa dalam bahasa Yunani, dalam investasi alfa mengacu pada strategi untuk mendapatkan return tertinggi karena kemampuannya untuk mengalahkan pasar. 

Dalam investasi, alfa difungsikan sebagai indikator mengetahui kinerja pasar dengan tujuan mendapatkan keuntungan lebih. Alfa akan membantu investor dalam menentukan dan membandingkan satu investasi dengan investasi lainnya.

Alfa dalam investasi mengukur jumlah return dalam bentuk keuntungan yang dibandingkan dengan indeks pasar. Untuk saham, angka alfa ditunjukkan sebagai angka tunggal yang menunjukkan posisi harga saham dibanding indeks yang dijadikan patokan. Persentase ini bisa berada di atas ataupun di bawah angka indeks.

Dalam pembentukan portofolio, alfa dapat membantu dalam pengungkapan perkembangan kinerja saham. Alfa ini bisa dijadikan sebagai tolok ukur bagi investor untuk outperform atau melampaui pasar. Tapi, angka yang ditunjukkan tidak dapat memprediksi bagaimana kondisi pasar saham berikutnya. 

Mengenal Metode Jensen Alpha di Dunia Investasi

alpha

Risiko dan Keuntungan dalam Alpha

Dalam investasi, terdapat istilah Jensen Alpha atau model penghitungan Jensen. Model penghitungan ini dinyatakan oleh Michael C. Jensen dengan menghitung keuntungan yang berlebih (excess return) dibandingkan dengan nilai risk free. Keuntungan berlebih ini diperoleh dari portofolio investasi dengan hasil yang melebihi harapan.

Metode Jensen Alpha adalah metode penghitungan dengan cara menyesuaikan kinerja dengan risiko yang merepresentasikan keuntungan rata-rata dari sebuah portofolio investasi. Metode perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui selisih antara return atau imbal hasil, dengan tingkat bunga risk free di sebuah portofolio investasi. Dengan metode ini, dapat terlihat kinerja sebuah portofolio berada di atas atau di bawah prediksi yang ditentukan oleh CAPM atau Capital Asset Pricing Model.

Dengan kata lain, metode perhitungan Jensen ini dilakukan melalui pengukuran jumlah imbal hasil atau return sebuah portofolio investasi dan dibandingkan dengan sebuah indeks pasar. Oleh karena itu, metode perhitungan ini memiliki hubungan erat dengan kemampuan investor untuk menentukan keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan baginya.

Rumus Hitung Jensen Alpha

risiko dalam alfa

Risiko dan Return dalam Alpha

Secara umum, rumus hitung Jensen Alpha mencakup 4 komponen utama. Keempat komponen tersebut adalah imbal hasil atau return portofolio, return pasar, tingkat suku bunga risk free atau bebas risiko, serta koefisien beta saham pada pasar. 

Dalam bentuk rumus, berikut adalah cara hitung Jensen Alpha.

Jensen Alpha= R(i) - (R(f) + β x (R(m) - R(f)))

R(i) = Imbal hasil portofolio

R(m) = Imbal hasil market (IHSG)

R(f) = risk-free rate/suku bunga bebas risiko

β = Koefisien beta saham terhadap market

Untuk bisa memahami rumus di atas, simak contoh perhitungan berikut ini.

Misalnya, kamu merupakan seorang investor dengan pengelolaan investasi menghasilkan keuntungan atau imbal hasil sebesar 20% per tahun, sedangkan keuntungan dari pasar (dalam hal ini IHSG) adalah 15%. Kemudian, diketahui bahwa koefisien β saham adalah 1,2 dengan suku bunga bebas risiko sebesar 5%. Maka, alfa yang dapat kamu peroleh adalah sebagai berikut. 

Jensen Alpha = R(i) - (R(f) + β x (R(m) - R(f)))

Jensen Alpha = 20% - (5% + 1.2 x (15% - 5%))

Jensen Alpha = 20% - (5% + 1.2 x 10%)

Jensen Alpha = 20% - (5% + 12%)

Jensen Alpha = 20% - 17%

Jensen Alpha = 3%

Interpretasi atau Cara Mengetahui Perhitungan Jensen Alpha

Penting dipahami bahwa tujuan dari melakukan metode perhitungan Jensen Alpha adalah untuk mengetahui terkait selisih excess atau kelebihan return pada portofolio investasi milik investor dengan indeks pasar. Setelah menggunakan rumus hitung Jensen Alpha, kamu bisa mengetahui nilai alfa dalam bentuk persentase, entah itu netral, positif, ataupun negatif. 

Tentunya, setiap bentuk persentase dari hasil perhitungan Jensen Alpha ini memiliki arti yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah metode interpretasi atau penafsiran nilai persentase yang didapat dari perhitungan rumus Jensen Alpha atas selisih dari imbal hasil portofolio investasi. 

  • Nilai nol alias zero alpha memiliki arti jika performa portofolio investasi tergolong netral. Terkait hal tersebut, artinya imbal hasil dari portofolio tersebut memiliki nilai yang sesuai dengan perhitungan atau prediksi dari CAPM. 
  • Sementara untuk nilai positif alias positive alpha, artinya performa portofolio investasi milik investor tergolong bagus atau dalam istilahnya disebut outperformance. Dalam kondisi ini, artinya imbal hasil atau return yang didapatkan oleh portofolio investasi melebihi ekspektasi atau prediksi dari CAPM.

Lalu, untuk nilai negatif alias negative alpha, artinya performa dari portofolio investasi milik investor masuk dalam kategori kurang bagus atau dalam istilahnya under performance. Portofolio investasi bisa mendapat nilai perhitungan Jensen Alpha yang negatif saat imbal hasil atau return yang didapatkan kurang dari ekspektasi atau prediksi CAPM.

Maka, berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Jensen Alpha yang kamu dapatkan adalah sebesar 3%. 

Namun, perlu kamu ingat bahwa CAPM dalam rumus ini telah diyakini merepresentasikan return yang wajar terhadap pengambilan investasi. Maka, jika performa investasi kamu melebihi CAPM, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai alfa. 

Jika dikaitkan kembali dengan contoh di atas, angka 3% menunjukkan bahwa performa investasi kamu berada dalam kondisi alfa positif. Hal ini ditunjukkan angka 3 yang positif. Sebaliknya, jika angka berupa negatif, kamu akan mengalami alfa negatif. Adapun kondisi zero alpha atau alfa zero yang menunjukkan adanya performa investasi yang netral.

Baca juga: Pasar Modal Syariah: Pengertian, dan Jenis-Jenisnya

Pertimbangan Utama terkait Jensen Alpha

Penggunaan metode perhitungan Jensen Alpha ini memang mampu membantu investor dalam mengetahui performa portofolio investasi yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan metode perhitungan ini mampu menilai kinerja portofolio investasi dan imbal hasil yang diberikannya saat dibandingkan dengan tingkat bunga free risk. Secara tidak langsung, hasil penilaian menggunakan metode Jensen Alpha ini mampu membantu investor dalam menentukan langkah atau strategi investasi yang sebaiknya diambil. 

Walaupun begitu, tidak sedikit pihak yang mengkritik tentang penggunaan metode perhitungan ini karena sejumlah hal. Salah satu hal yang sebaiknya dipertimbangkan ketika menggunakan perhitungan Jensen ini secara umum adalah percaya pada hipotesis efisiensi pasar alias Efficient Market Hypothesis atau EMH yang diciptakan oleh Eugene Fama. 

Di samping itu, kritik terkait penggunaan perhitungan Jensen ini beranggapan jika setiap portofolio milik manajer investasi melebihi imbal hasil yang didapat dari faktor keberuntungan atau peluang acak ketimbang kemampuannya dalam menanam modal dan mengambil keputusan. 

Karena pasar sudah memiliki harganya sendiri terkait seluruh informasi yang tersedia, bahkan dianggap efisien dan secara akurat dihargai, hal tersebut menghalangi manajer aktif mana pun untuk membawa hal baru untuk investor. Mendukung lebih lanjut teori ini juga berdasarkan fakta membuat tidak sedikit manajer investasi yang masih aktif tidak mampu untuk melampaui pasar. Hal ini termasuk pula manajer investasi yang gagal melebihi ekspektasi pihak yang menanamkan modal investasi di jenis reksa dana pasif indeks atau produk yang pengelolaannya hanya perlu meniru pilihan portofolio investasi dari sebuah indeks yang ada di pasar.

Lampaui Keuntungan Pasar dan Raih Alfa dalam Investasimu!

Sederhananya, alfa adalah tolok ukur yang digunakan para investor untuk mengetahui apakah nilai portofolio investasi mereka telah melampaui nilai keuntungan pasar (IHSG) atau tidak. Jika angka yang didapatkan positif, terdapat kemungkinan bahwa nilai portofolio investor tersebut melampaui pasar. Sebaliknya, jika angka yang didapat negatif, maka potensi melampaui keuntungan pasar mengecil. Tapi, perlu diingat bahwa angka yang diperoleh ini ini tidak memprediksi kondisi pasar di masa depan.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement