Membahas tentang dunia investasi memang seakan tak pernah ada habisnya. Selain mempelajari tentang strategi dan produk yang tersedia di pasar modal, sebagai investor kamu juga perlu memahami berbagai macam fenomena unik di dunia investasi. Salah satunya adalah backwardation.
Pada dasarnya, backwardation adalah kondisi di mana spot price atau harga saat ini dari sebuah aset dasar lebih tinggi dibanding harga yang berlaku di pasar futures. Selayaknya kondisi investasi lainnya, investor perlu mengambil langkah dan strategi yang tepat untuk menyiasati fenomena ini agar mampu memaksimalkan potensi dan menjauhi risikonya.
Untuk itu, pahami panduan tentang backwardation, termasuk penyebab, cara kerja, hingga contohnya yang diulas secara lengkap berikut ini.
Pengertian Backwardation
Secara sederhana, backwardation bisa dipahami sebagai kondisi di mana harga dari underlying asset lebih tinggi dibanding harga trading di pasar futures. Situasi ini bisa memberi kesempatan bagi trader untuk mendapatkan keuntungan dengan strategi dan langkah investas yang tepat. Contohnya dengan selling short di harga sekarang, dan membeli kembali di harga futures yang lebih rendah.
Definisi backwardation lainnya adalah saat spot price sebuah aset melebihi harga dari futures contract aset tersebut. Bagi yang belum tahu, spot price adalah istilah yang mengacu pada harga pasar saat ini dari sebuah aset atau instrumen investasi, seperti komoditas, sekuritas, dan mata uang.
Ketika melakukan transaksi pada sebuah aset, harga spot inilah yang dijadikan sebagai acuan, baik itu pada proses pembelian atau penjualannya di pasar modal. Spot price juga akan terus berfluktuasi mengikuti tingkat suplai dan permintaan di pasar. Jika harga spot lebih tinggi dibanding harga futures contract, di saat itulah fenomena backwardation sedang terjadi.
Kenapa Backwardation Bisa Terjadi?
Kondisi backwardation bisa terjadi sebagai dampak dari tingkat permintaan sebuah aset yang lebih tinggi dibanding kontrak yang jatuh tempo di bulan-bulan berikutnya via pasar futures. Seperti yang kita tahu, lekukan pada grafik harga futures memegang pengaruh penting karena kerap dijadikan sebagai indikasi sentimen para pemilik modal.
Harga yang diperkirakan dari sebuah aset dasar pasti selalu berubah seiring waktu. Perubahan harga tersebut bisa terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti fundamental, posisi trading, dan tingkat suplai & permintaan. Hal ini juga berlaku pada perubahan harga kontrak futures dari aset yang bersangkutan.
Ketika kontrak futures memasang harga yang lebih rendah dibanding harga spot saat ini, artinya ada perkiraan jika harga sekarang dari aset terlalu tinggi. Sehingga, muncul anggapan jika spot price selanjutnya akan menurun. Kondisi inilah yang menjadi pemicu terjadinya fenomena backwardation di dunia investasi.
Sebagai contoh, ketika kontrak futures memiliki harga lebih rendah dibanding harga spot, trader akan melakukan sell short pada aset tersebut di harga spot dan membeli futures contract untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini membuat harga yang diperkirakan pada spot price akan menurun seiring waktu hingga akhirnya melampaui harga futures.
Di samping itu, di konteks pasar futures komoditas, pemicu backwardation utamanya adalah kelangkaan suplai komoditas di pasar spot. Hal tersebut bisa terjadi karena praktik manipulasi suplai yang wajar terjadi di pasar komoditas tertentu dan mampu membuat harga spot tetap tinggi walaupun harga futures melemah.
Memahami Dasar dari Kontrak Futures
Kontrak futures adalah kontrak keuangan yang mengharuskan buyer untuk membeli aset dasar dan seller untuk menjual aset di tanggal yang telah ditentukan. Harga futures tersebut adalah harga dari kontrak futures aset yang jatuh tempo dan dilakukan di waktu mendatang.
Sebagai contoh, kontrak futures jatuh tempo di bulan Desember, di mana investor telah mengunci harga komoditas atau aset dasar di angka tertentu. Berdasarkan waktu jatuh tempo dan harga yang telah ditentukan tersebut, investor bisa melakukan transaksi atas aset sesuai dengan kesepakatan kontrak futures. Keuntungan bisa terjadi jika harga futures lebih rendah dibanding harga spot aset dasarnya, pun sebaliknya.
Keuntungan dan Kekurangan Backwardation
Kondisi backwardation tentu mampu memberi beragam manfaat, antara lain:
- Bagi trader jangka pendek, backwardation bisa memberi keuntungan melalui arbitrase.
- Fenomena ini juga bisa menjadi sinyal jika spot price akan kacau di masa mendatang.
Sementara untuk kekurangan backwardation adalah sebagai berikut.
- Investor berisiko merugi jika harga futures terus melemah.
- Perdagangan backwardation karena kelangkaan komoditas bisa memicu kerugian pada supplier baru yang meningkatkan aktivitas produksinya.
Beda Backwardation dan Contango
Berbanding terbalik dengan backwardation, contango adalah situasi di mana harga futures terus meningkat seiring dengan tanggal jatuh tempo berkelanjutan. Misalnya, harga futures di bulan November lebih tinggi dibanding bulan Oktober, pun harga futures di bulan Oktober lebih tinggi dibanding bulan Juli, begitu seterusnya.
Adanya lekukan yang terus meninggi ini bisa juga disebut forwardation dan wajar terjadi di kondisi pasar yang normal. Alasannya karena harga kontrak futures biasanya meningkat akibat terbebani biaya investasi, termasuk biaya transportasi dan biaya penyimpanan komoditas.
Saat harga futures lebih tinggi dibanding harga sekarang, ada ekspektasi jika harga spot akan meningkat untuk menyamai harga futures. Contohnya, trader akan menjual kontrak futures yang memiliki harga lebih tinggi untuk membeli aset di harga spot yang lebih rendah. Alhasil, tingkat permintaan dari komoditas membuat harga spot terus melonjak dan seiring waktu bertemu dengan harga futures.
Walaupun begitu, pahami jika pada pasar futures, fenomena backwardation dan contango bisa saling bergantian terjadi. Namun, ada kalanya salah satu kondisi tersebut berlangsung lebih lama dibanding lainnya tergantung dari situasi yang tengah terjadi pada pasar.
Contoh Fenomena Backwardation
Contoh dari backwardation sebenarnya cukup simpel. Anggap saja di sektor produksi minyak tengah terjadi masalah karena cuaca yang buruk. Hal tersebut membuat suplai minyak menurun drastis dan memicu trader berupaya secepatnya membeli komoditas tersebut ketika harga spot masih 1,5 juta per barel.
Namun, yang terjadi di lapangan, masalah cuaca ternyata bisa segera diatasi dan tak jadi mengganggu produksi minyak. Hal ini membuat harga kontrak futures tak terlalu banyak berubah dan berada di angka 900 ribu per barel. Sehingga, bursa minyak tersebut bisa dibilang tengah mengalami backwardation karena harga spot lebih tinggi dibanding harga futures.
Harus Tepat Disiasati, Tetap Cermat Antisipasi Kondisi Backwardation saat Investasi
Itulah penjelasan tentang fenomena backwardation yang bisa terjadi karena harga spot sebuah aset lebih tinggi dibanding harga futures. Terjadi karena berbagai hal, kondisi ini mampu memberikan keuntungan dan kerugian bagi para pemain pasar modal tergantung cara menanggapinya. Oleh karena itu, tetap cermat menentukan langkah terbaik dalam mengantisipasi fenomena tersebut agar mampu memanfaatkan peluangnya dan tak sampai merugi.