Senin 18 Jul 2022 06:22 WIB

Pahami Etika Berkomunikasi di Ruang Digital

Penerapan etika digital secara konsisten dapat menciptakan aset baru, yakni kredibilitas digital. Selengkapnya baca di sini.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Teknologi Digital (Unsplash/ freestocks)
Teknologi Digital (Unsplash/ freestocks)

Penerapan etika digital secara konsisten dapat menciptakan aset baru, yakni kredibilitas digital, sehingga individu cakap digital harus memahami apa saja etika bermedia digital.

Ketika masuk ruang digital, khususnya media sosial, setiap individu akan berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki kultur/budaya, standar berpikir, dan latar belakang (suku, geografis, agama) berbeda. Etika digital menjadi benang merah yang menghubungkan setiap individu di dunia digital.

Baca Juga: Cakap Digital Bisa Bikin Perilaku Netizen

"Sehingga kita bisa membangun relasi yang sehat, saling menumbuhkan, yang ujungnya menciptakan kredibelitas digital satu sama lain dan membuka ruang berkolaborasi," ujar CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (6/7), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.

Media sosial merupakan tempat interaksi, sementara koten dan bahasa menjadi simbol ekspresi di media sosial sehingga setiap individu yang cakap digital harus memerhatikan cara berkomunikasi.

Setiap orang tidak cukup menggunakan bahasa komunikasi/kata-kata sopan. Media sosial itu tools sehingga bahasa/kata-kata yang digunakan harus sesuai tujuannya, seperti edukasi, persuasi, promosi, pencitraan diri, atau hanya ekspresi diri.

"Beda tujuan, beda gaya bahasa yang digunakan. Apapun tujuannya tetap harus sopan dan positif. Tingkat konsentrasi pengguna media sosial itu rendah, jadi bahasa dibuat simpel, langsung ke pembahasan, dan mudah dipahami," kata Theo.

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.

Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.

Baca Juga: Potensi Marketplace di Era Digital

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick. Kemudian Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia dan Tim Komunikasi Publik KPCPEN, Bahruddin, S.Sos, serta Pembina RTIK Komisariat Universitas PGRI Ronggolawe dan Dosen, Andik Adi Suryanto, M.Kom.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Literasi Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement