Kota Batu - Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu masih normal, meski Julianto Eka Putra (JEP), sang pemilik kini jadi pesakitan dalam kasus pelecehan seksual.
Dari pantauan di lokasi, sejumlah anak terlihat membersihkan taman dan menyirami bunga. Begitu juga kamar hotel yang berada di dalam sekolah ini, dikabarkan masih dihuni oleh beberapa pengunjung.
Bahkan, SMA SPI kini menerima 40 peserta didik baru tahun ajaran 2022-2023.
Kepala SMA SPI, Risna Amalia Ulfa menegaskan, KBM tidak terganggu oleh proses persidangan maupun ramainya perbincangan warganet. Secara administrasi, kegiatan sekolah berlangsung normal.
"Pada intinya untuk setiap kegiatan, apapun yang terjadi, pendidikan di SMA SPI tidak terpengaruh apapun. Tujuan utama kami adalah menempuh pendidikan sehingga itu yang kami fokuskan. Apapun yang terjadi di luar, kami upayakan semuanya berjalan normal di sini," ujar Risna, Kamis (14/7/2022).
Apalagi, lanjut Risna, para pelajar bisa mengetahui informasi mengenai kasus pelecehan dengan mudah melalui internet. Meski begitu, aktivitas berjalan normal. Namun tidak bisa dipungkiri para pelajar mengalami tekanan psikologis.
"Masifnya pemberitaan tentu berpengaruh secara psikis kepada anak-anak. Tapi mereka juga menyampaikan kepada kami tidak pernah mengalami, intinya mereka di sini baik-baik saja. Akhirnya kami berkomitmen melanjutkan pendidikan," tuturnya.
Saat ini para pendidik melakukan pendekatan secara personal kepada pelajar agar mereka tidak merasakan tekanan yang mendalam. Para pelajar harus tetap diberi semangat. Apalagi pelajar baru akan tiba pada 11 Juli 2022.
"Sampai saat ini kami masih menerima anak-anak dengan kriteria utama, yaitu yatim-piatu serta berasal dari seluruh Indonesia dan agama. Kami akan mulai ajaran baru pada 18 Juli 2022 secara luring," papar dia.
Terpisah, aktivis Perlindungan Anak dan Perempuan Kota Batu, Fuad Dwiyono mengutarakan jika peristiwa yang terjadi di SPI harus menjadi pelajaran berharga di kemudian hari.
Dia mendorong agar sekolah membuka diri terhadap publik dan menghilangkan eksklusivisme. Terpenting yaitu sekolah tetap berjalan.
"Tetapi perlu ada banyak evaluasi. Salah satunya bagaimana agar sekolah ini terbuka proses pembelajarannya. Kedua, transparan terkait peristiwa yang terjadi agar proses belajar mengajar bisa terus berlangsung," tambah Fuad.