Selasa 26 Jul 2022 06:42 WIB

Awas Polarisasi di Media Sosial, Apa Strateginya?

Awas Polarisasi di Media Sosial, Apa Strateginya?

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Awas Polarisasi di Media Sosial, Apa Strateginya? - Suara Muhammadiyah
Awas Polarisasi di Media Sosial, Apa Strateginya? - Suara Muhammadiyah

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Belakangan ini media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan Tik Tok tidak sekedar menjadi wadah entertainment bagi sebagian besar masyarakat, namun juga dapat menjadi media perekat atau bahkan sebaliknya, memecah belah polarisasi antar masyarakat. Melihat hal ini Muhammadiyah perlu membangun strategi agar dakwah pencerahan yang menitikberatkan pada perdamaian dan merawat persatuan dapat disebarkan secara maksimal.

Ismail Fahmi, Pegiat Media Sosial dan sekaligus penggagas drone emprit mendorong Muhammadiyah untuk aktif mencari topik dan isu yang relevan dengan tagline dakwah berkemajuan Muhammadiyah. Dengan cara melihat peta media sosial dan memetakan potensi kader Muhammadiyah yang ada.

Strategi berikutnya ia meminta para wartawan yang tergabung dalam Media Afiliasi Muhammadiyah untuk menampilkan berita yang berimbang agar terjadi diskusi yang produktif dan mencerahkan masyarakat.

Menurutnya strategi ini bukan tanpa alasan seiring dengan merebaknya teori konspirasi yang masih banyak dipercaya oleh umat Islam sendiri. “Sampah yang terus disebarkan dan dipercayai kebenarannya oleh umat Islam inilah yang menghambat dakwah berkemajuan Muhammadiyah dan membuat kita tidak produktif,” ujarnya.

Pria yang juga merupakan kader Muhammadiyah itu menambahkan, ide dan gagasan keberagamaan Muhammadiyah juga harus bisa memenangkan narasi di media sosial, khususnya terkait dengan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas. Hal inilah yang menurutnya dapat menjadi pemutus polarisasi di masyarakat melalui konten-konten Muhammadiyah yang mencerdaskan kehidupan semesta.

“Menurut data terbaru percakapan dan narasi di media sosial, Muhammadiyah dan NU sebenarnya telah menjadi jembatan yang menyatukan antara kubu pro pemerintah dan kubu oposisi pasca polarisasi di Pemilu 2019. Pola ini tentu perlu dijaga dan dipertahankan dari kedua ormas Islam terbesar tersebut,” ujarnya dalam agenda Jambore Media Afiliasi Muhammadiyah yang berlangsung di UMS (23/7).

Capaian ini diapresiasi Fahmi dengan menyampaikan bahwa banyak sekali gagasan Muhammadiyah yang dapat disampaikan dalam bentuk tagar di media sosial. “Jika potensi tersebut dapat dimaksimalkan tentu akan menjadi orkestrasi yang luar biasa,” tegasnya memberikan dorongan dan motivasi kepada para peserta yang hadir.

Di akhir paparannya ia mengatakan, setidaknya ada empat hal yang dapat dilakukan demi menunjang dakwah Muhammadiyah di media sosial. Pertama, berpedoman pada visi Muhammadiyah. Kedua, evaluasi readability media. Ketiga, repositioning dan perbaikan konten media. Dan yang terakhir, agregator konten dan situs lokal. (diko)

 

 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement