Sabtu 30 Jul 2022 07:13 WIB

Dampak Inflasi Global, Pendapatan Meta Merosot untuk Pertama Kalinya

Meta memperkirakan pertumbuhan pendapatan sebesar 6% pada kuartal ketiga

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Logo Metaverse. (Unsplash/Muhammad Asyfaul)
Logo Metaverse. (Unsplash/Muhammad Asyfaul)

Perusahaan induk Facebook dan Instagram, Meta Platform Inc (META.O) melaporkan penurunan pendapatan tahunan pertamanya untuk kuartal kedua tahun ini. Pendapatan Meta merosot 1% menjadi US$28,8 miliar dari sebelumnya US$29,1 miliar tahun lalu.

Mengutip Reuters, Jumat (29/7/2022), menurut Renitiv, angka tersebut meleset dari proyeksi Wall Street yang sebesar US$28,9 miliar.

Meta mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan pertumbuhan pendapatan sebesar 6% pada kuartal ketiga yang didasarkan pada nilai tukar saat ini.

Baca Juga: Perusahaan Investasi Eks-Pendiri Facebook Kumpulkan US$250 Juta untuk Investasi di Startup AS dan Asia

Sementara itu, pengguna aktif bulanan di jejaring sosial unggulan Facebook sedikit di bawah ekspektasi analis sebesar 2,93 miliar pada kuartal kedua, meningkat 1% dari tahun ke tahun, sedangkan pengguna aktif harian dengan mudah mengalahkan perkiraan sebesar 1,97 miliar.

Selain mengalami banyak tekanan ekonomi, Meta juga harus menghadapi persaingan dengan TikTok, aplikasi video pendek. Untuk bersaing dengan TikTok, Meta menciptakan Reels yang merupakan produk video pendek yang sekarang mendapatkan pendapatan tahunan lebih dari US$1 miliar.

Meta juga melaporkan penurunan pendapatan non-iklan, dari US$497 juta pada tahun lalu menjadi US$218 juta yang mencakup biaya pembayaran dan penjualan perangkat seperti headset realitas virtual quest.

Unit Reality Labs-nya yang bertanggung jawab untuk mengembangkan teknologi berorientasi metaverse seperti headset VR juga melaporkan penurunan pendapatan dari US$695 juta pada kuartal pertama menjadi sebesar US$452 juta. Meta juga mengungkapkan bahwa unit Reality Labs juga telah merugi sebesar US$10,2M pada 2021.

"Margin laba operasi kuartal kedua turun dari 43% menjadi 29% karena biaya meningkat tajam dan pendapatan menurun," bunyi laporan tersebut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement