Sabtu 30 Jul 2022 07:31 WIB

Investor Global Mengincar Instrumen Investasi di Pasar Modal

Industri pasar modal berpeluang menerima aliran dana global

Rep: Vicky Rachman (swa.co.id)/ Red: Vicky Rachman (swa.co.id)
Pasar modal
Pasar modal

Industri pasar modal berpeluang menerima aliran dana global lantaran perang Rusia-Ukraina memicu ketidakpastian global. Investor global mengincar beragam instrumen efek yang tersedia Bursa Efek Indonesia.

Saham-saham komoditas, semisal batubara, diincar oleh investor lantaran harganya cenderung meningkat. Tak hanya itu, instrumen investasi lainnya (obligasi, SUN) diincar pula oleh investor global. Momentum ini diharapkan memacu industri pasar modal. Demikian rangkuman diskusi Emiten Talk bertajuk  'Meneropong Ancaman Krisis Global dan Peluang Investasi di Semester II' di Jakarta pada 28 Juli 2022.

Johanes Soetikno, Global Fund Representative yang pernah menjabat sebagai CEO Valbury asia Securities mengatakan, Indonesia ini memang menarik dari segala sisi. “Menu investasi di Indonesia menarik minat investor untuk mengalirkan dananya di pasar modal Indonesia, momentum ini harus dikreasikan oleh pelaku pasar agar capital inflow kian gencar,” ujar Johanes pada diskusi itu, Kamis (28/7/2022) malam.

Berdasarkan diskusi dengan investor di Eropa, Johanes menyampaikan dana yang tersedia sangat jumbo nilainya.”Mereka mencari investasi di emerging market uang yang memberikan imbal balik terbaik," ucap Johanes. Pada kesempatan ini, Telisa Aulia Falianty, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, mengatakan terkait menu komprehensif yang harus disajikan oleh Indonesia. Salah satu kelebihan indonesia adalah bisa mengambil momentum tertentu untuk kembali bangkit dari terpaan pandemi. Dimana beberapa negara harus mengalami nasib yang kurang baik hingga krisis.

Dia menyebutkan peningkatan harga komoditas merupakan berkah untuk Indonesia. “Kemudian, mobilitas masyarakat global pulih yang mengakibatkan pemulihan aktivitas ekonomi, Fundamental ekonomi makro yang relatif masih kuat, sinergi dan antisipasi kebijakan oleh otoritas lumayan baik, Presidensi G20 dan asesmen lembaga global kepada Indonesia, Tren digitalisasi dan energi baru terbarukan serta konsumsi domestik adalah sejumlah faktor yang bisa menjaga pertumbuhan ekonomi nasional,” tuturnya.

Investor diimbau mecermati risiko yang antara lain kemungkinan resesi global Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, normalisasi oleh bank sentral di dunia risiko ketidakpastian geopolitik global yang masih berlangsung, berbagai varian baru covid dan berbagai penyakit menular lainnya. “Adanya ancaman ketahanan pangan dan energi dunia dan ancaman perubahan iklim,” ucapnya.

Liza C. Suryanata Head of Research PT NH Korindo Sekuritas Indonesia mengatakan, sektor yang masih menarik adalah pertambangan dan energi. “Ke depannya mungkin dari trend komoditi, dimana harga minyak masih tidak akan jauh berbeda dari harga saat ini, hal itu disebabkan oleh negara OPEC belum bisa menentukan kepastian dan adanya perang antara Rusia-Ukraina maka dari itu emiten-emiten di sektor tersebut masih sangat menarik,” ucap Liza.

Hans Kwee, praktisi pasar modal Indonesia  mengatakan suku bunga The Fed sudah diantisipasi oleh pelaku pasar sehingga kinerja Indeks Harga Saham Gabungan relatif masih menguat. “Pemodal lokal justru masuk ke pasar saham sehingga IHSG pada Kamis ditutup menguat 0,85% tatkala The Fed menaikkan suku bunga,” ujar Hans. Dia memproyeksikan level IHSG Kuartal III sulit tembus 7.000. “Pada kuartal IV, mungkin mulai naik di kisaran 6.800 hingga 7.000 poin," sebut Hans.

Swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement