Lamongan - Bagi Anda yang sedang pusing memikirkan tugas akhir perkuliahan, Lamongan bisa jadi tempat rekomendasi untuk dikaji. Beberapa temuan peninggalan sejarah dan unsur sosiologi bisa dikembangkan ke arah akademis.
Meski banyak tempat yang bisa dikulik, 4 hal ini dijamin tidak menjemukan untuk di jadikan bahan skripsi, tesis hingga disertasi.
1. Desa Balun (Desa Pancasila)
Desa Balun terletak tak jauh dari kota Lamongan, berada di Kecamatan Turi. Desa tersebut dikenal sebagai Desa Pancasila dengan 3 penganut agama yang berbeda.
Anda bisa mengambil aspek sosiologi bagaimana masyarakat di sana memegang teguh keberagaman dan toleransi. Tak cukup di situ, kultur masyarakat yang mendasari keberagaman bisa dikaji lebih lanjut.
Menurut Kepala Desa Balun Kusaeri, agama di desanya bersifat privasi yang tidak dapat dicampur adukan dengan sosial kemasyarakatan. Keyakinan adalah kebebasan absolut setiap individu.
"Jadi lebih gotong-royong, menjaga kerukunan, kalau ada yang pindah agama ya hal wajar. Biasanya dilandasi karena pernikahan," ujarnya kepada jatimnow.com.
2. Kitab Anjah
Kitab ini merupakan koleksi museum Sunan Drajat di Paciran Lamongan, teks asli yang berbahasa arah pegon sudah berhasil diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kitab tersebut berisikan kisah 25 nabi dalam Agam Islam.
Mengurai kitab tersebut, berhubungan erat dengan dakwah Islam yang berada di Pantai Utara kawasan Lamongan, Gresik, dan Tuban. Bagi disiplin ilmu filsafat, sastra, hingga kajian bahasa bisa mengambil objek kitab tersebut.
Diterangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan Rubika, kitab ini menyimpan banyak makna. Tak terkecuali kisah nabi yang menambah doktrin Islamiyah bagi pembacanya.
"Ini salah satu bentuk pelestarian warisan budaya bendawi, sekaligus memberikan referensi pengetahuan dasar tentang isi dan nilai penting naskah koleksi Museum Sunan Drajat, bagi peneliti lanjutan yang akan mengkaji dalam perspektif berbeda," ujarnya.
3. Kitab Serat Yusup
Selain Amjah, Lamongan juga punya Manuskrip Serat Yusup yang telah berhasil dialihbahasakan dan didigitalisasi menjadi E-book.
Sekilas kitab ini mengisahkan kisah Nabi Yusuf AS yang masyhur. memiliki ukuran yang sama antara cover dan teks. Yakni, panjangnya 30 cm dan lebarnya 4 cm, menggunakan aksara hanacaraka dan Bahasa Jawa Kuno.
Dijelaskan Peneliti Serat Yusup Laksmi Eko Safitri S.Hum, ada sejumlah perbedaan yang menonjol antara Serat Yusuf di Lamongan dan di daerah lain (Yogyakarta).
"Karakteristik tulisan sangat berbeda, kalau di Lamongan ini uniknya tertuang di lembaran lontar. Juga gaya bahasa dan seting-setingnya warna dan coraknya sangat pesisir sekali," ungkap Peneliti UGM Yogyakarta itu.
4. Candi Patakan (Puing-puing kerajaan Airlangga)
Candi Patakan yang berada di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng, Lamongan, disebut sebagai tempat berdirinya kerajaan di masa kejayaan Airlangga
Arkeolog Dwi Cahyono menyebutkan, dulunya kawasan Lamongan teridentifikasi sebagai ibu kota Kerajaan Airlangga. Hal itu didukung dari banyaknya temuan prasasti.
"Kajian geohistori semacam ini bisa dimanfaatkan sebagai referensi untuk pembangunan saat ini yang mengambil teladan masa lalu," imbuhnya.Foto 4 : Tugu Desa Balun