Kamu tentu menyadari bahwa jenis minyak yang biasa digunakan pada produk minyak goreng merupakan olahan dari kelapa sawit yang sejatinya lahannya sangat melimpah di Indonesia. Jika dibandingkan dengan jenis minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit atau bisa juga disebut sebagai crude palm oil (CPO) merupakan yang paling sering digunakan masyarakat di seluruh dunia.
Bahkan, berdasarkan data yang ada, jumlah konsumsi dari jenis minyak alami ini mencapai sekitar 40% dari semua penggunaan minyak alami. Penggunaan dari jenis minyak tersebut bisa dibilang sangat beragam. Mulai dari bahan pangan, bahan kimia, pakan ternak, industri kosmetik dan sebagainya membutuhkan pemanfaatan dari crude palm oil ini.
Lalu, seperti apa sih sebenarnya minyak kelapa sawit mentah ini? Di samping itu, seperti apa komponen penyusun, kandungan senyawa, hingga kegunaan dari crude palm oil pada berbagai industri tertentu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak ulasan tentang apa itu CPO yang telah Cermati rangkum berikut ini.
Baca juga: 11 Beragam Manfaat Virgin Coconut Oil Bagi Kesehatan, Salah Satunya Ampuh Menangkal Virus
Crude Palm Oil
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, crude palm oil atau CPO adalah minyak kelapa mentah. Komoditas atau produk tersebut didapatkan dari hasil proses pengempaan atau ekstraksi mesocarp alias daging buah kelapa sawit yang umumnya menggunakan spesies bernama Elaeis guineensis serta belum menjalani proses pemurnian.
Minyak CPO ini berbeda dengan jenis minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil. Walaupun begitu, kedua jenis minyak nabati tersebut sama-sama didapatkan dari olahan buah daging kelapa sawit. Di samping itu, crude palm oil juga tidak bisa disamakan dengan minyak kelapa Cocos nuifcera atau yang dihasilkan melalui inti dari buah kelapa.
Perbedaan tersebut terletak di kandungan yang dimiliki jenis minyak masing-masing. Pada dasarnya, CPO memiliki warna kemerahan akibat tingginya kandungan dari beta karoten di dalamnya.
Bagi yang belum tahu, beta karoten adalah senyawa awalan dari vitamin A dan juga memiliki pigmen dengan warna dominan merah atau jingga pada buah ataupun sayuran. Sedangkan pada inti dari minyak kelapa sawit, tak tersedia secara alami kandungan tersebut sehingga komposisi warnanya juga berbeda. Di samping itu, jika melihat perbedaan dari kandungan lemak jenuhnya dalam persentase, pada CPO adalah sekitar 41%, minyak inti kelapa sekitar 81%, dan minyak kelapa sekitar 86%.
Secara umum, maksud dari sifat kimia dan fisika dari minyak kelapa sawit ini terkait dengan warna, rasa, bau, kelarutan, titik nyala, titik api, titik didih, polymorphism, serta titik cair. Selain itu, ada pula bilangan penyabunan dan juga bilangan lod.
Untuk daftar kandungan senyawa yang umum pada jenis minyak ini adalah sebagai berikut.
Hal tersebut pun mendorong makin banyaknya penelitian terkait inovasi atau manfaat yang bisa didapatkan melalui pengolahan minyak sawit yang mentah ini. Tujuannya tidak lain agar mampu meningkatkan nilai CPO serta mempertahankan keberadaan industri kelapa sawit yang tersedia saat ini.
Terkait pemanfaatan atau penggunaannya sendiri, CPO bisa diolah pada sejumlah industri krusial, antara lain:
Inovasi penggunaan jenis minyak nabati ini sebagai bahan bakar terlihat makin nyata di tahun 2020. Di tahun tersebut, Pertamina berhasil menciptakan bahan bakar dengan 100% bahannya merupakan minyak nabati atau bisa disebut dengan D-100. Terkait implementasinya sendiri hingga saat ini telah mencapai 30% dari biodiesel yang dipakai.
Melalui inovasi ini, Indonesia akan lebih mampu menekan tingkat ketergantungannya terhadap minyak mentah yang selama ini harus diimpor. Jadi, sebagai negara produsen minyak sawit paling besar di dunia, hal ini tentu menjadi kabar gembira yang harus bisa terus dioptimalkan manfaatnya.
Meski kebanyakan fungsinya adalah kebutuhan dapur, entah itu dalam skala rumahan maupun bisnis, minyak goreng dapat dimanfaatkan pula untuk hal lain. Sebagai contoh, tidak jarang minyak goreng digunakan sebagai penghilang noda cat pada tangan, pelumas peralatan rumah tangga, alat masak, sampai pelindung furnitur.
Margarin juga tetap dapat dimanfaatkan sebagai produk olahan lain. Beberapa contoh pembuatan coklat, selai kacang, es krim, krimer, sampai biskuit maupun sejumlah jenis kue kering dan juga roti.
Tidak hanya itu, harga dari CPO juga terbilang lebih terjangkau dibandingkan beragam bahan lain yang mampu memberi manfaat serupa. Karena alasan inilah jenis minyak ini lebih sering dipilih untuk digunakan pada produk kecantikan.
Walaupun belum terdapat data kuantitatif terkait jumlah produk kecantikan yang menggunakan produk tersebut, publik bisa mengamati penggunaan bahan tersebut pada industri kecantikan. Alhasil, makin banyak pihak yang yakin bahwa industri kosmetik dari kelapa sawit ini tidak akan pernah kehilangan pasarnya.
Selain itu, ada pula diesel hijau sawit yang memiliki angka setana sejumlah 53,18 serta tengah dikembangkan pabrik percobaan. Jenis minyak ini juga sedang dikembangkan sebagai surfactant MES guna meningkatkan produktivitas dari minyak pada sumur tua dan pengembangan foaming agent CPO sebagai aplikasi pada bahan pemadam. Terakhir, jenis minyak ini juga tengah dikembangkan pada proses sintesis Emulsifier MDAG atau Mono-Diasiligliserol untuk bahan pangan tambahan.
Baca juga: 7 Manfaat Argan Oil untuk Kesehatan dan Kecantikan
Ada beberapa faktor yang memengaruhi harga CPO ini, salah satunya adalah kelangkaan pasokan. Hal tersebut juga turut meningkatkan harga jual dari produk turunan dari jenis minyak tersebut, termasuk minyak goreng. Tentunya, kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi di dalam negeri saja, tapi juga internasional.