MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Tekad Muhammadiyah membenahi pesantren bukan isapan jempol semata. Langkahnya sistematis dan bersifat jangka panjang.
Bermula dari Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar tahun 2015, yang memutuskan pembentukan Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M). Saat baru didirikan, jumlah pesantren Muhammadiyah hanya 127 buah, yang tersebar di 15 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM).
“Alhamdulillah, hari ini pesantren Muhammadiyah telah berjumlah 426 buah. Sekarang tinggal 7 PWM yang belum punya pesantren,” ungkap Dr Masykuri, Ketua LP2M PP Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Masykuri saat menyampaikan sambutan dalam acara Peluncuran Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah (PUPM) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh Makassar, Rabu, 10 Agustus 2022.
Ia melanjutkan, hadirnya PUPM merupakan respon terhadap sejumlah tantangan yang dihadapi pesantren Muhammadiyah.
“Masih adanya tata Kelola pesantren yang belum baik, lulusan yang dilahirkan belum sesuai ideologi. Ke depan lulusan pesantren Muhammadiyah, harus memiliki daya saing, seperti penguasaan Bahasa Arab dan Inggris. Itulah antara lain Azbabun Nuzul PUPM ini,” ungkap Ketua LP2M PP Muhammadiyah ini.
PP Muhammadiyah telah meluncurkan PUPM sejak November 2021. “Alhamdulillah, saya bersyukur Unismuh menjadi perguruan tinggi Muhammadiyah pertama di Indonesia yang meluncurkan program ini,” tambah Masykuri.
Nakhoda LP2M PP Muhammadiyah ini menguraikan tiga tujuan PUPM. Pertama, katanya, PUPM bertujuan menyiapkan ustaz dengan basis ideologi Kemuhammadiyahan yang kuat.
“PUPM juga bertujuan melahirkan ustaz yang memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi pedagogik,” jelas Masykuri.
Hal yang tak kalah penting, katanya, PUPM bertujuan menghasilkan ustaz yang memiliki komitmen dan tanggung jawab memajukan pesantren Muhammadiyah.
Secara spesifik, Masykuri menguraikan profil lulusan PUPM. Pertama, Tafaqquh fi ad-diin, yakni membaca dan memahami kitab at-turats, dan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris aktif.
Kedua, dari aspek kependidikan dan kepesantrenan, alumni PUPM diharapkan memahami kurikulum dan pembelajaran di pesantren Muhammadiyah, serta memahami manajemen pesantren.
“Profil PUPM ketiga, yakni berideologi Muhammadiyah, dengan memahami Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, serta Ketarjihan,” jelas Masykuri.
Ia menambahkan bahwa program ini bersifat jangka panjang. “Jika di Sulsel ada 31 pesantren, minimal kita butuh 310 orang ustaz Pembina. Padahal dalam empat tahun, PUPM di Unismuh hanya bisa menghasilkan 40 orang. Namun semuanya harus kita mulai dan terencanakan sejak sekarang,” pungkasnya.
Ditemui di sela-sela peluncuran PUPM, Wakil Rektor IV Unismuh Makassar Drs KH Mawardi Pewangi MPdI menjelaskan bahwa Unismuh merupakan perguruan tinggi Muhammadiyah pertama yang merespon program LP2M PP Muhammadiyah tersebut.
“Untuk tahap pertama Unismuh Makassar mempersiapkan 40 orang, dan sekaligus diberikan beasiswa selama kuliah di Unsimuh Makassar, dengan persyaratan bahwa wajib kembali mengabdi di pesantren di Muhammadiyah,” ungkap Wakil Ketua PWM Sulsel ini.
Mawardi melanjutkan, di Unismuh saat ini ada Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), ke depan bakal dilengkapi dengan PUPM. “Alumni PUTM bakal dipersiapkan menjadi Kiai Pesantren, sedangkan PUPM untuk jadi guru dan mudir pesantren,” tambah Mawardi.
Program Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, kata Mawardi, menargetkan 360 orang ustadz/ah yang akan belajar di 9 Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia.
“Unismuh Makassar termasuk salah satu yang memperoleh kuota tersebut, sehingga sebanyak 40 orang mahasiswa PUPM nantinya akan ditanggung perkuliahannya oleh kampus,” terangnya.
Rektor Unismuh yang juga Ketua PWM Sulsel Prof Ambo Asse serta Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Nurhadi PhD juga hadir memberikan sambutan dalam acara ini.
Selain peluncuran PUPM, digelar pula penandatangan Memorandum of Agreement (MoA) antara Rektor Unismuh dengan 21 Mudir Pesantren Muhammadiyah se-Sulsel.