Rabu 12 Oct 2022 18:00 WIB

Tunjukkan Momentum Trading, Kenali Apa Itu Moving Average Convergence Divergence (MACD)

Sebagaimana investasi pada umumnya, perlu dilakukan analisis pasar dan analisis teknikal. Salah satu cara untuk analisis teknikal adalah dengan MACD.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Dalam melakukan investasi saham ataupun trading aset tertentu, kebanyakan dari kamu tentu telah memahami pentingnya melakukan analisis teknikal. Dengan melihat pergerakan trend harga aset pada grafik, trader mampu mendapatkan informasi untuk membantunya mengambil keputusan trading. Salah satu contoh indikator pada analisis teknikal yang penting untuk diketahui adalah moving average convergence divergence atau biasa disingkat MACD.

Secara umum, yang dimaksud dengan MACD adalah suatu indikator yang mampu menggambarkan hubungan antar 2 moving average pada sebuah trend harga aset ketika melakukan analisis teknikal. Dengan menggunakan indikator tersebut, investor atau trader mampu mendapatkan berbagai informasi penting terkait aktivitas trading demi meraih untung yang lebih optimal.

Lantas, apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan MACD ini? Juga, apa saja jenis dan kegunaannya dalam dunia trading, serta kekurangan yang perlu diperhatikan? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan tentang apa itu MACD, jenis, fungsi, kekurangan, hingga beragam elemen di dalamnya sebagai berikut.

Baca juga: Robot Trading: Pengertian, dan Daftar Aplikasi Robot Trading Forex yang Cocok untuk Pemula

Pengertian Moving Average Convergence Divergence atau MACD

macd

Moving Average Convergence Divergence

MACD atau Moving Average Convergence Divergence merupakan indikator yang sebenarnya sangat sederhana dan mudah untuk dipahami. Kendati demikian, penggunaan indikator tersebut mampu memberi banyak manfaat bagi trader agar lebih akurat membaca pergerakan trend harga aset dan mengambil keputusan trading.

Secara umum, MACD adalah sebuah indikator pada analisis teknikal, yang bisa digunakan untuk mendeteksi overbought atau jenuh beli, dan oversold atau jenuh jual. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melihat hubungan antar average jangka pendek dan panjang pada trend harga aset.

Memahami konsep MACD bisa saja membingungkan bagi sebagian orang, walaupun pada dasarnya tujuan dan maksud dari indikator tersebut terbilang simpel. Intinya, melalui indikator ini kamu bisa menghitung EMA atau Exponential Moving Average selama 12 hari serta 26 hari belakangan. EMA sendiri ialah jenis dari moving average di mana memiliki titik berat pada bobot serta signifikansi data yang terbaru.

Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa diketahui jika rumus MACD adalah sebagai berikut.

MACD = 12 Hari EMA – 26 Hari EMA

Jadi, mengacu dari rumus tersebut, nilai MACD akan menjadi positif apabila nilai 12 hari EMA lebih tinggi ketimbang nilai 26 hari EMA, pun sebaliknya. Lalu, hasil dari perhitungan tersebut bisa membentuk suatu garis yang dikenal dengan sebutan garis MACD. 

Umumnya, garis ini akan disandingkan bersama EMA yang dikalkulasikan selama 9 hari dan disebut “garis sinyal”. Menggunakan garis sinyal tersebut trader bisa mendapatkan petunjuk terkait keputusan untuk menjual atau membeli asetnya dengan menaruhnya pada bagian atas dari garis MACD.

Perbedaan dari MACD dengan garis sinyal sering kali dihitung serta dinyatakan bukan dengan bentuk garis. Melainkan, perbedaan tersebut dinyatakan dalam bentuk grafik yang disebut bar histogram. Konstruksi tersebut diciptakan Thomas Aspray di tahun 1986. Agar lebih memahaminya, berikut adalah contoh garis MACD dan garis sinyal pada grafik harga aset.

contoh garis macd

Contoh Garis MACD

3 Elemen pada Indikator MACD

Sebagai indikator, MACD mempunyai 3 bagian dan mencakup 2 garis serta 1 histogram. Berikut adalah penjelasan 3 elemen dari indikator tersebut.

  1. Signal Line

    Signal line atau garis sinyal umumnya diberi warna merah. Garis sinyal tersebut dihitung dari Exponential Moving Average atau EMA pada rentang 9 hari, dan periodenya dapat diubah.

  2. MACD Line

    MACD line atau garis MACD adalah garis yang dihitung berdasarkan pengurangan EMA dalam kurun waktu 12 hari dan 26 hari, alias EMA 12 dikurangi EMA 26. Periode tersebut bisa diubah sesuai dengan preferensi trader.

  3. MACD Histogram

    Grafik dari bar MCDH histogram dihitung berdasarkan pengurangan atas nilai dari garis MACD dan garis sinyal, alias garis MACD dikurangi dengan garis sinyal.

Baca juga: Trading Saham Halal atau Haram? Begini Hukumnya Menurut Islam dan Tips Trading Syariah

2 Jenis MACD pada Analisis Teknikal

Trader umumnya mengenal 2 jenis MACD pada analisis teknikal, yaitu crossover serta divergence. Berikut adalah penjelasannya.

  • Crossover

    Crossover merupakan cara melihat trend garis MACD dibanding garis sinyalnya. Harga aset bakal masuk pada zona bearish apabila garis MACD berada di bawah dari garis sinyal, dan menjadi indikator trader perlu segera melepas asetnya.

    Sedangkan sinyal bullish bakal terjadi saat garis MACD berada di atas dari garis sinyal atau signal line. Hal tersebut bisa menjadi petunjuk bagi trader agar segera membeli aset yang bersangkutan.

    Sejumlah trader akan beraksi seketika garis MACD bergerak cepat mendekati signal line, baik itu ke arah bawah atau atas. Tapi, sebagian lainnya memilih untuk mengambil keputusan trading pasca garis tersebut memotong signal line guna terhindar dari risiko jebakan. Kendati demikian, hasil dari crossover cenderung lebih terpercaya apabila mengulang trend yang sebelumnya pernah terjadi.  

    Berikut adalah contoh crossover bullish.

contoh crossover bullish

Crossover Bullish

  • Divergence

    Di sisi lain, divergence merupakan kondisi garis MACD melintang di titik terendah dan tertinggi yang berseberangan dari titik terendah dan tertinggi dari harga aset. Kondisi bullish bakal tercipta saat 2 posisi terendah pada MACD line berkorespondensi dengan 2 garis paling bawah pada harga aset. Contohnya adalah sebagai berikut.

contoh divergence

Divergence

Fungsi MACD saat Analisis Trend Harga Aset

Secara umum, terdapat 3 fungsi utama dari indikator ini saat menganalisis trend harga aset, antara lain:

  • Mengidentifikasi trend harga saham.
  • Mengidentifikasi pembalikan dari arah trend, serta mendeteksi momentum.
  • Mengetahui jenuh jual dan jenuh beli.

Di samping itu, indikator MACD juga merupakan alat yang kerap digunakan pada analisis teknikal. Alasannya, karena indikator tersebut memberi trader kemampuan dalam mengidentifikasi arah trend jangka pendek dengan cepat serta mudah.

Dengan sinyal transaksi yang diketahui dengan jelas, hal tersebut membantu trader dalam meminimalkan subjektivitas persilangan dan perdagangan yang terjadi di garis sinyal. Alhasil, trader mampu lebih mudah memastikan jika mereka masuk di momentum yang pas dan akurat.

Meski atribut dari MACD jelas, tapi analis atau trader tetap perlu berhati-hati. Hal ini disebabkan indikator tersebut tak terikat pada sebuah range, dan membuat apa yang diyakini sangat negatif atau positif pada sebuah indikator mungkin tak berlaku sama pada indikator lain. Walaupun begitu, dengan pengalaman dan waktu yang cukup, siapa pun yang ingin melakukan analisis data grafik dengan lebih akurat menggunakan MACD.

Baca juga: Pengangguran Tapi Ingin Trading Saham, Apa Bisa?

Pentingnya Pahami MACD dan RSI

Pada analisis teknikal, umumnya trader selalu membaca indikasi MACD bersama RSI atau Relative Strength Index guna mengambil strategi keluar atau masuk pasar. RSI sendiri adalah indikator yang menunjukkan fluktuasi harga suatu aset, dan mampu memberi sinyal terkait aset berada di area overbought atau oversold pada posisi harga saat ini. RSI dihitung berdasarkan pembagian rerata penurunan dan kenaikan harga di satu kurun waktu tertentu, dan umumnya mempunyai periode 14 hari dan rentang nilai nol sampai 100.

Jadi, dari segi kalkulasi, RSI dan MACD tentu berbeda karena MACD melihat korelasi 2 EMA, sedangkan RSI mengetahui kondisi komplet suatu pasar. Tapi, tak jarang jika keduanya menghasilkan indikator pasar berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Indikasi RSI dapat berada di angka yang tinggi, maupun kondisi market overbought, sementara MACD menunjukkan momen beli, pun sebaliknya.

Kekurangan Analisis MACD

Sama halnya dengan analisis teknikal lain, pemanfaatan indikator ini juga memiliki kekurangan. Pada penggunaan MACD, kekurangan utama yang perlu diperhatikan adalah indikator tersebut selalu menunjukkan sinyal trend harga dengan harga berbalik, padahal ternyata perkiraan tersebut tidak terjadi.

Dengan kata lain, indikator tersebut kerap memprediksi kondisi false positive. Kondisi ini kerap terjadi saat harga suatu aset bergerak pada fase konsolidasi, maupun mencari pergerakan dari harga baru.

Baca juga: Cara Membuat Trading Plan Saham yang Mudah

Optimalkan Aktivitas Trading dengan Penggunaan Indikator yang Tepat

Di kalangan para trader yang kerap menggunakan metode analisis teknikal, MACD merupakan indikator populer dan cukup sederhana. Walaupun begitu, perannya terbilang cukup penting dan berguna bagi para trader agar bisa mengoptimalkan aktivitas trading. Walaupun begitu, tetap pahami kekurangan dari indikator tersebut dan sesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan agar dapat memanfaatkan MACD dengan maksimal.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement