Sabtu 22 Oct 2022 11:00 WIB

Mengenal Apa Itu Risk Averse, Strategi Investasi Minim Risiko yang Mungkin Cocok Buatmu

Tahukah kamu bahwa ada berbagai metode investasi? Salah satunya adalah Risk Averse. Ketahui apa itu Risk Averse beserta contohnya berikut ini.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Dalam dunia investasi, setiap instrumen pasti memiliki tingkat risiko dan peluang keuntungan yang berbeda-beda. Pada sejumlah produk investasi, bukan tidak mungkin investor mampu mendapatkan potensi imbal hasil yang tinggi. Tapi, di waktu yang bersamaan, investor juga harus bersiap menghadapi risiko kerugian yang tak kalah tingginya ketika memilih produk investasi tersebut.

Hal ini wajar saja karena dalam dunia investasi terdapat prinsip high risk high return. Artinya, jika mengharapkan peluang imbal hasil yang tinggi, kamu juga harus siap juga menghadapi risiko kerugian yang tidak kalah tingginya saat berinvestasi. Tentunya, setiap investor memiliki kondisi psikologis dan profil risiko yang berbeda-beda dalam menghadapi risiko berinvestasi tersebut. 

Salah satu contohnya adalah kalangan investor yang biasa disebut sebagai risk averse alias investasi yang meminimalkan risiko. Sesuai namanya, jenis investasi ini lebih mengarah ke opsi investasi rendah risiko alias konservatif guna meminimalkan kerugian. Sehingga, bagi kamu yang ingin berinvestasi tapi masih takut menelan kerugian dan lebih mengharapkan imbal hasil yang stabil, strategi investasi ini layak untuk dipilih.

Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang pengertian risk averse investing, contoh, cara kerja, sampai strategi investasinya, simak penjelasan berikut ini.

Baca juga: Pengertian Risiko Investasi dan Cara Menguranginya

Pengertian Risk Averse Investing

risk averse

Bisa disebut juga sebagai investor konservatif, secara definisi risk averse adalah jenis investor yang cenderung menghindari risiko. Umumnya, investor jenis ini akan memilih opsi instrumen investasi yang rendah risiko guna meminimalkan peluang kerugiannya.

Investor jenis ini akan menghindari risiko dan merasa tak nyaman saat memilih instrumen investasi dengan tingkat risiko terlalu tinggi. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap risiko, dan lebih suka bermain aman saat berinvestasi dengan memilih instrumen yang sifatnya konservatif.

Bahkan, hal tersebut rela dilakukannya walaupun peluang imbal hasil yang didapatkan juga lebih rendah. Sebagai contoh, investor jenis ini lebih menyukai instrumen investasi seperti rekening tabungan, obligasi tertentu, dan sertifikat deposito.

Kebalikan dari investor risk averse adalah investor risk seeking, yaitu investor yang lebih suka memilih instrumen investasi berisiko tinggi dan mampu memberi potensi keuntungan sama besarnya. Beberapa contoh instrumen yang biasa dipilih oleh investor jenis ini adalah reksa dana saham, reksa dana campuran, dan saham.

Contoh Investasi Risk Averse

Memahami tentang jenis investasi risk averse pada dasarnya tidak terlalu sulit. Bahkan, jika kamu sedikit banyak telah mengerti tentang cara kerja investasi, istilah tersebut secara tidak langsung mungkin telah kamu pahami.

Sebagai contoh, kamu adalah orang yang baru saja mencoba dan terjun ke dunia investasi. Karena masih awam dengan produk keuangan tersebut dan mempunyai toleransi rendah akan risiko, kamu memutuskan untuk menyewa jasa penasihat finansial guna mempelajari terkait potensi investasi konservatif.

Lalu, penasihat keuangan tersebut memberi saran untuk memasukkan modal investasi ke rekening tabungan yang mampu memberi imbal hasil serta bunga obligasi pemerintah. Yang mana, kedua produk tersebut mampu memberikan tingkat penghasilan atau keuntungan tetap.

Melalui strategi ini, kamu mungkin tidak akan mendapatkan imbal hasil signifikan. Akan tetapi, risiko mengalami kerugian mampu dihindari dan potensi modal investasi kembali juga menjadi sangat tinggi.

Baca juga: Mengenal Profil Risiko Sebelum Main Saham

Cara Kerja Risk Averse Investing

Setelah memahami contoh di atas, kamu tentu telah mengerti tentang cara kerja risk averse investing ini secara umum. Pada dasarnya, istilah investasi rendah risiko ini bisa berlaku pada skenario apa pun, tapi muncul dengan teratur pada dunia investasi dan finansial.

Investor jenis risk averse merupakan investor yang menginginkan peluang investasi dengan tingkat risiko rendah guna menekan potensi kerugian. Agar bisa mengurangi risiko tersebut, investor jenis ini rela mendapatkan peluang keuntungan yang lebih rendah.

Jenis investasi ini tentu cocok dipilih investor yang menghindari risiko kerugian dan lebih mengutamakan keamanan agar modal investasinya bisa kembali. Karenanya, investor konservatif cenderung memilih instrumen berupa sertifikat deposito, obligasi pemerintah, dan rekening tabungan dengan hasil tinggi.

Di titik tertentu, tidak sedikit orang pada perjalanan investasinya mempunyai toleransi rendah terhadap risiko. Sebagai contoh, investor yang telah pensiun atau mendekati masa tersebut lebih memilih instrumen rendah risiko, atau bahkan tanpa risiko sama sekali. Di kondisi tersebut, mereka lebih mengutamakan untung atau pemasukan yang stabil guna membiayai kehidupannya di masa pensiun, serta tak bisa menunda pengembalian aset ketika nilainya menurun.

Di samping itu, investor dengan tujuan investasi jangka pendek, seperti menabung untuk DP rumah atau biaya pernikahan dalam kurun waktu di bawah 1 tahun juga idealnya memilih strategi investasi risk averse. Dengan begitu, nilai investasinya akan terus meningkat tanpa harus khawatir dengan risiko kerugian yang dapat menerpa sewaktu-waktu.

Strategi Investasi dengan Metode Risk Averse

Jika kamu berniat untuk berinvestasi dengan metode risk averse, terdapat beberapa opsi instrumen yang layak untuk dipilih. Berikut beberapa di antaranya.

  1. Rekening Tabungan atau Savings Accounts

    Rekening tabungan pada bank menjadi salah satu pilihan menyimpan uang dengan aman, tapi tetap mampu memberi suku bunga mendekati 1%. Bahkan, pada beberapa perusahaan perbankan, peluang imbal hasil tahunan yang dijanjikan bisa mencapai 2 persen. Keunggulan lainnya, nasabah bisa mengakses uang kapan pun, suku bunga terjamin tapi dengan nilai yang bisa berubah seiring berjalannya waktu.

  2. Rekening Pasar Uang

    Jenis rekening ini bisa dipahami sebagai kombinasi tabungan dan rekening giro, serta mampu memberi bunga dengan tingkat yang umumnya lebih tinggi ketimbang rekening tabungan. Rekening pasar uang umumnya mempunyai batasan terkait jumlah dana yang bisa ditarik setiap bulannya, serta terkadang syarat saldo minimumnya lebih tinggi dibanding tabungan biasa.

  3. Obligasi Korporasi

    Tidak jarang perusahaan juga meluncurkan produk obligasi guna mengumpulkan modal untuk mendanai sebuah proyek maupun pertumbuhan bisnis. Walaupun tak ada jaminan selayaknya obligasi pemerintah, jenis obligasi ini masih mempunyai risiko rendah asalkan memilih perusahaan dengan peringkat AAA dari lembaga pemeringkat. Saat menyandang peringkat tersebut, perusahaan mempunyai risiko kredit minimal serta sudah menunjukkan kelayakan kreditnya.

  4. Saham Dividen

    Meski semua produk saham pasti mempunyai risiko, jenis saham dividen mampu memberi keuntungan yang lebih aman. Jenis saham dividen merupakan perusahaan yang memberi dividen pada para pemilik saham tiap tahun. Karenanya, pemberian dividen tersebut mampu membantu investor dalam mengimbangi risiko kerugian maupun meningkatkan peluang keuntungan yang didapatkan.

  5. Sertifikat Deposito

    Sertifikat deposito merupakan produk keuangan dari bank yang juga cocok dipilih oleh investor risk averse. Cukup dengan menanam dana sejumlah tertentu dan membiarkannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, pihak bank akan mengembalikan modal tersebut beserta bunganya.

    Tergantung dari perjanjian, durasi penyimpanan pada produk ini bisa mencapai 10 tahun, dan cenderung aman karena memberi jaminan pengembalian modal. Biasanya, tingkat suku bunga yang diberikan juga lebih tinggi ketimbang tabungan biasa. Agar lebih aman, pilih perbankan yang termasuk sebagai anggota dari LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan.

Perbedaan Risk Averse, Risk Seeking, dan Risk Neutral

Selain risk averse, ada pula yang namanya risk seeking dan risk neutral. Keduanya tentu memiliki perbedaan yang juga penting untuk dipahami oleh setiap investor, antara lain:

  • Risk Seeking

    Lawan dari jenis risk averse, investor risk seeking cenderung mencari risiko dalam berinvestasi sebagai ganti dari tingginya peluang keuntungan yang bisa didapatkan. Umumnya, investor jenis ini akan memilih instrumen investasi dengan fluktuasi tinggi, seperti saham atau reksa dana saham. Jenis investasi ini cocok dipilih oleh investor dengan profil risiko agresif dan memiliki tujuan finansial jangka panjang. 

  • Risk Neutral

    Sementara risk neutral adalah investor netral yang tak mempertimbangkan tingkat risiko saat berinvestasi. Investor jenis ini hanya melihat instrumen mana yang memiliki peluang keuntungan paling besar tanpa terlalu menghiraukan risiko kerugiannya. 

Baca juga: 6 Investasi Risiko Rendah Buat Kamu yang Cari Aman

Apakah Investasi dengan Metode Risk Averse Cocok Buatmu?

Tentu masuk akal jika investor memiliki pola pikir menghindari risiko kerugian dalam memilih instrumen investasi. Namun, pada dasarnya, pemilihan metode investasi perlu disesuaikan dengan kondisi keuangan, tujuan, dan profil risiko investasi. Jadi, setelah mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, apakah metode investasi risk averse ini cocok untukmu?

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement