Akhir-akhir ini inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi yang terjadi di bulan Agustus 2022 lalu tercatat di angka 4,69 persen.
Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 2015 silam. Diprediksi, kenaikan inflasi masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun seiring meningkatnya harga BBM. Oleh sebab itu, bagi para pemilik modal sangat disarankan untuk memilih sejumlah instrumen investasi dengan tepat.
Hal ini supaya nilai uang yang dimiliki tidak tergerus oleh inflasi yang semakin tidak terkendali. Lantas, instrumen investasi seperti apa yang tepat dijadikan pilihan? Yuk, simak ulasan berikut ini.
Baca Juga: Jenis Investasi yang Cocok untuk Pelajar SMA
Pilihan Investasi yang Tepat Selama Peningkatan Inflasi
Pilihan Investasi yang Tepat Selama Peningkatan Inflasi
Menurut para pakar, diversifikasi investasi merupakan pilihan yang tepat di kondisi perekonomian saat ini. Setidaknya ada tiga instrumen investasi yang dianggap sangat tepat untuk dijadikan pilihan, antara lain.
-
Reksa Dana
Alasannya, karena instrumen ini memiliki profil risiko yang terbilang rendah.
Reksa dana sendiri merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat yang ingin berinvestasi (investor). Nantinya, dana tersebut akan dialokasikan ke sejumlah portofolio investasi yang dinilai menguntungkan.
Di mana, portofolionya sebagian besar diinvestasikan pada efek jangka pendek. Sehingga, akibat negatif dari adanya fluktuasi yang terjadi di pasar modal bisa lebih diminimalisir.
-
Surat Berharga Negara (SBN)
Instrumen investasi selanjutnya yang tidak kalah menarik untuk dijadikan pilihan adalah SBN atau Surat Berharga Negara. Di mana, pemerintah yang menjadi penerbit surat utang tersebut yang kemudian digunakan untuk mendukung pendanaan anggaran negara.
Sederhananya, investor meminjamkan uangnya kepada pemerintah dan sebagai gantinya, investor akan memperoleh keuntungan berupa kupon atau bunga obligasi.
Sebagaimana diketahui, SBN yang dikeluarkan pemerintah dengan seri SBR001 telah dijual di bulan Juni 2022 dengan kupon yang ditawarkan hingga di angka 5,5 persen per tahun. Tentunya, imbal hasil ini cukup menarik karena selain hasilnya lebih besar, pajak untuk kuponnya juga terbilang lebih rendah.
Investor juga bisa melihat bagaimana penjualan SBSN dengan seri SR017 yang mulai ditawarkan dari Agustus hingga September 2022. Dilihat dari seri sebelumnya yakni SR016, di mana kuponnya ditawarkan hingga 4,95 persen, maka kupon SR017 diproyeksikan bisa lebih menarik. Sebab, didukung pula adanya potensi kenaikan dari suku bunga acuan Bank Indonesia.
-
Emas
Selain kedua instrumen investasi yang sudah dibahas di atas, emas juga bisa jadi pilihan yang tepat untuk menginvestasikan uang yang dimiliki. Menurut hasil riset yang dilakukan oleh BlackRock Investment, masyarakat disarankan untuk mengalokasikan 5 persen dari portofolio investasinya ke dalam emas. Hal ini agar mendukung kinerja portofolio investasi tersebut menjadi lebih optimal.
Emas merupakan logam mulia yang dianggap sebagai aset safe haven, yang artinya aman untuk disimpan. Sebab, secara fisik emas tidak mudah teroksidasi, tidak mengalami penyusutan, dan nilainya cenderung naik terlebih ketika situasi perekonomian sedang jatuh.
Misalnya saja saat pandemi beberapa waktu lalu, di mana nilai jual emas mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Ditambah lagi, ketegangan antara Amerika Serikat dan China beberapa waktu belakangan juga turut mendongkrak harga emas di level dunia.
Ini terjadi, karena kekhawatiran banyak pihak terhadap resesi dan gejolak ekonomi ketika kedua negara adikuasa tersebut berperang.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Rating dalam Investasi Obligasi dan Pengaruhnya bagi Investor
Tips Berinvestasi di Tengah Tingginya Inflasi
Investasi dengan cerdas akan membantu seseorang lebih mudah dalam mencapai tujuan finansialnya. Sehingga, penting untuk mempertimbangkan dengan matang jenis investasi yang akan dipilih nantinya.
Sederhananya, siapa sih yang ingin mengalami kegagalan? Untuk itu, investor perlu menerapkan beberapa strategi investasi yang tepat. Berikut beberapa di antaranya.
-
Tunggu dan Cermati
Investor yang memiliki profil risiko lebih agresif bisa menunggu dengan sabar dan mengamati lebih dulu. Termasuk mencermati bagaimana kinerja reksa dana saham maupun reksa dana indeks yang berbasis saham dengan kapitalisasi besar atau Big Caps ketika IHSG tengah mengalami penurunan.
-
Lakukan Akumulasi Bertahap
Untuk investor yang memiliki profil risiko cenderung moderat bisa tetap melakukan kegiatan akumulasi bertahap. Terutama pada reksa dana dengan jenis pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi.
-
Pertimbangkan Diversifikasi Investasi
Di tengah kondisi perekonomian yang masih belum bisa dikatakan stabil, diversifikasi investasi bisa jadi opsi yang tepat. Ini untuk semua investor dengan semua profil risiko. Pasalnya, fluktuasi di pasar saham maupun obligasi diprediksi masih sangat tinggi, terlebih jika melihat adanya gejolak risiko yang terjadi secara global.
Bekali Diri dengan Pengetahuan, Sebelum Memutuskan Investasi
Perlu diingat lagi, bahwa investasi bukan semata keuntungan saja tetapi juga mengandung banyak sekali risiko. Jadi, sebagai investor yang cerdas perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup tentang investasi yang dipilih.
Mulai dari peluang keuntungannya hingga segala bentuk risiko yang mungkin akan muncul dalam pasar keuangan. Sehingga, risiko yang mungkin akan terjadi bisa lebih diminimalisir. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Instrumen Investasi yang Cocok Untuk Mahasiswa