Kamis 20 Apr 2023 15:00 WIB

Nilai Pasar Modal Cenderung Naik, Apa Sebenarnya yang Dimaksud dengan January Effect?

January Effect adalah suatu fenomena yang kerap terjadi pada pasar saham. Berikut pengertian, penyebab, hingga strategi untuk mengoptimalkannya.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Bagi investor yang telah cukup lama berkecimpung di dunia investasi, kebanyakan dari mereka tak mengelak jika memang ada beberapa momentum terbaik untuk menanam modal. Dengan mengetahui beragam momentum tersebut, investor lebih mampu untuk mengambil keputusan investasi yang menguntungkan. 

Berbicara soal momentum dalam dunia investasi, apakah kamu pernah mendengar yang namanya January Effect? Pada dasarnya, tidak sedikit investor yang menjadikan istilah tersebut sebagai topik perbincangan menarik karena dianggap sebagai anomali yang kerap diperhatikan investor maupun trader. 

Namun, selayaknya fenomena pasar modal lainnya, momentum January Effect saham ini tak tentu terjadi setiap tahun. Lantas, apa hal yang umumnya memengaruhi terjadinya momentum ini? Selengkapnya, berikut adalah penjelasan tentang pengertian January Effect saham, faktor pemicu, hingga strategi untuk memanfaatkannya.

Baca Juga: Mengenal Trading Halt, Fenomena yang Membekukan Sementara Aktivitas Transaksi Saham pada Bursa Efek

 

Apa Itu January Effect Saham?

January Effect Saham

January Effect Saham (Sumber: snips.stockbit.com)

Sederhananya, January Effect bisa dipahami sebagai suatu fenomena yang kerap terjadi pada pasar saham. Pada fenomena tersebut, umumnya nilai saham akan mengalami kenaikan di bulan Januari. Bukan suatu hal yang baru, istilah ini sebenarnya dikemukakan pertama kali oleh seorang bankir asal Amerika Serikat, Sidney Wachtel, di tahun 1942. 

Melalui hasil pengamatannya, Wachtel menguak kecenderungan jika semenjak tahun 1925, nilai saham pada bursa saham di Amerika Serikat akan mengalami kenaikan di bulan Januari. Hal tersebut terjadi khususnya pada saham yang tergolong small caps dan mempunyai kapitalisasi pasar yang kecil. Terkait kenaikan nilai saham yang terjadi pun umumnya menjelang pertengahan bulan sampai penghujung Januari.

Selain Wachtel, ada juga bukti penelitian lainnya yang dilakukan Rozeff serta Kinney, di mana mereka menemukan jika tingkat imbal hasil saham di bulan Januari bisa mencapai angka 5 kali lipat lebih tinggi dibanding bulan lainnya. Sama halnya dengan Wachtel, penemuan ini juga utamanya berlaku pada kelompok saham jenis small caps. Hasil dari penelitian ini didapatkan setelah melalui proses analisis data terkait pergerakan saham AS pada NYSE sejak tahun 1904 sampai tahun 1974. 

Lalu, apakah January Effect saham ini juga berlaku pada bursa dalam negeri? Untuk di Indonesia, melihat data selama 10 tahun terakhir pada IHSG, tercatat ada 7 kali peningkatan di bulan Januari. Sehingga, mengacu data secara historis, probabilitas atau kemungkinan kenaikan IHSG pada bulan Januari bisa mencapai 70 persen. 

Faktor Penyebab Timbulnya January Effect

Kendati fenomena January Effect tak selalu terjadi, tapi momentum ini telah terbukti terjadi secara berulang dengan persentase tinggi selama beberapa dekade belakangan. Di sisi lain, para ahli finansial pun hingga saat ini masih sering berdebat terkait apa penyebab pasti munculnya momentum tersebut pada pasar saham. 

Mengacu dari sejumlah teori, ada 4 faktor yang kerap dianggap sebagai penyebab dari munculnya January Effect, antara lain:

  1. Alokasi Modal pada Pasar Saham Pasca Liburan Akhir Tahun

    Faktor pertama yang sering kali dianggap sebagai pemicu terjadinya January Effect saham adalah kecenderungan investor menanam modal pasca berlibur akhir tahun. Ketika hari libur Natal & Tahun Baru, tidak sedikit investor yang memperoleh bonus atau tunjangan akhir tahun. 

    Selain itu, beberapa orang juga umumnya sudah menabung selama beberapa waktu agar bisa mengalokasikan dananya tersebut pada pasar modal guna mendapatkan keuntungan. Kondisi inilah yang kerap menyebabkan terjadinya peningkatan pembelian terhadap instrumen saham. Sehingga, secara tidak langsung, hal tersebut menyebabkan pula kenaikan harga saham di awal tahun. 

  2. Aktivitas Transaksi Saham guna Menekan Beban Pajak Penghasilan

    Di akhir tahun, tidak sedikit investor mulai menjual saham yang mengalami penurunan harga di tahun tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menurunkan beban pajak penghasilan yang harus dibayarkannya. Cara ini bisa memicu terjadinya penurunan harga saham di akhir tahun, dan menjadikannya lebih menggiurkan untuk dibeli di awal tahun selanjutnya. 

    Setelah menjual sahamnya di akhir tahun, kebanyakan investor juga akan kembali melakukan pembelian saat nilainya menurun. Jadi, pada saat hal tersebut terjadi, harga saham akan cenderung mengalami kenaikan, terutama di pertengahan hingga akhir bulan Januari.

  3. Perusahaan yang Membagikan Dividen di Bulan Januari

    Selain itu, sejumlah perusahaan juga biasanya akan mulai membagikan dividen pada para pemilik saham di bulan Januari. Melalui situasi tersebut, minat investor dalam membeli saham sebuah perusahaan sudah pasti akan meningkat. Dengan adanya peningkatan permintaan, nilai saham dari sejumlah perusahaan yang membagikan dividen akan cenderung mengalami kenaikan. 

  4. Preferensi Investor atau Bias Seasonal Saham 

    Terakhir, di bulan Januari, investor umumnya optimis terhadap prospek pertumbuhan perekonomian di tahun baru. Alhasil, tidak sedikit yang memutuskan untuk membeli saham yang dianggapnya mempunyai prospek perkembangan menjanjikan. Hal tersebut bisa mendorong permintaan akan instrumen saham dan meningkatkan harganya di bulan tersebut.

Baca Juga: Tentang Window Dressing Saham, Fenomena di Dunia Investasi yang Wajib Diantisipasi Setiap Investor

Strategi untuk Mengoptimalkan Momentum January Effect

Agar bisa memanfaatkan momentum January Effect secara maksimal, ada beberapa strategi yang perlu diterapkan oleh investor, antara lain:

  1. Membeli Saham di Akhir Desember ataupun Awal Januari

    Agar bisa mendapatkan peluang keuntungan yang optimal dari January Effect, ada baiknya untuk membeli saham di penghujung bulan Desember, ataupun saat awal Januari. Dengan membeli saham di kurun waktu tersebut, peluang untuk mendapatkan saham harga rendah yang kemungkinan akan meningkat di momentum ini menjadi lebih tinggi.

    Investor bisa memilih produk saham yang dianggapnya mempunyai prospek perkembangan baik. Sebagai contoh, kamu bisa memilih saham dari perusahaan yang umumnya membagikan dividen dengan nominal menggiurkan, maupun emiten yang tengah mengalami perkembangan penjualan cukup tinggi. Dijamin langkah ini akan mampu membantumu mendapatkan potensi imbal hasil dari fenomena January Effect saham. 

  2. Membeli Saham saat Harganya Tengah Turun

    Tips yang selanjutnya adalah membeli saham ketika harganya sedang menurun atau rendah. Seperti yang kita ketahui, membeli saham di harga rendah bisa memberikan capital gain pada investor ketika mampu menjualnya kembali di harga lebih tinggi. Nah, strategi ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan momentum January Effect. 

    Pasalnya, di kurun waktu tersebut, tepatnya bulan Desember sampai awal Januari, harga saham umumnya melandai. Tidak sedikit produk saham yang nilainya mengalami penurunan di akhir tahun karena sejumlah faktor. Beberapa di antaranya adalah aktivitas jual beli saham guna menurunkan beban pajak, ataupun penurunan permintaan. 

    Selaku investor, kamu bisa mengoptimalkan kondisi tersebut dan melakukan pembelian saham ketika harganya sedang menurun. Kemudian, di waktu mendatang, kamu bisa menjualnya kembali saat dinilai harganya sudah kembali naik, contohnya ketika awal tahun selanjutnya. 

  3. Melakukan Diversifikasi

    Strategi lainnya yang tak kalah penting untuk diterapkan guna memanfaatkan momentum January Effect adalah dengan tetap melakukan diversifikasi. Ya, mengalokasikan modal investasi ke sejumlah instrumen sekaligus dengan porsi tertentu menjadi hal yang tetap perlu dilakukan ketika menantikan terjadinya January Effect. 

    Sehingga, jika kondisi yang terjadi pada momentum tersebut tak sesuai perkiraan, misalnya malah banyak saham memiliki kinerja memburuk, investor tetap bisa melindungi portofolio investasinya. Potensi kerugian yang mungkin harus diterimanya pun akan menjadi lebih bisa ditoleransi dan tak terlalu signifikan berdampak pada kondisi keuangan. 

    Di samping itu, diversifikasi ini juga bisa dilakukan dengan membeli sejumlah jenis saham perusahaan dari industri maupun kapitalisasi pasar berbeda. Cara ini dapat dilakukan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai saham yang bisa terjadi di bulan Januari. 

  4. Menjaga Dana Darurat

    Tips yang terakhir, pastikan untuk memiliki dana darurat agar kondisi keuangan tetap kondusif. Dana cadangan ini juga bisa digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai saham yang terjadi akibat January Effect. Saat mempunyai dana cadangan, kamu bisa tetap bertahan menghadapi sentimen pasar saham selanjutnya dan menunggu waktu yang tepat untuk mencairkan modal investasi. 

Tetap Perhatikan Faktor Lain saat Menentukan Keputusan Investasi di Awal Tahun

Itulah penjelasan mengenai January Effect sebagai salah satu momentum yang biasa terjadi di dunia saham dan umumnya dimanfaatkan oleh investor guna memaksimalkan keuntungan. Akan tetapi, fenomena ini belum tentu terjadi setiap tahun dan sebaiknya investor tetap mempertimbangkan beragam faktor lain dalam mengambil keputusan investasinya. Dengan begitu, peluang keuntungan investasi di waktu mendatang bisa diprediksi dengan lebih akurat. 

Baca Juga: Ketahui Jam Bursa Saham dan Kapan Membeli dan Menjual Saham yang Tepat

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement