Selasa 09 May 2023 12:00 WIB

Mengenal Hawkish dan Dovish, 2 Pandangan Bertolak Belakang yang Tentukan Pengambilan Kebijakan Moneter

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan sikap hawkish and dovish ini? Nah, untuk memahaminya lebih lanjut, simak penjelasan lengkapnya sebagai berikut.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Kebanyakan orang tentu sedikit banyak telah memahami jika umumnya kondisi ekonomi sebuah negara tidak diatur maupun dipengaruhi pemerintah, melainkan bank sentral. Sehingga, untuk di Indonesia, pengaturan perekonomian berada di tangan Bank Indonesia selaku bank sentral dalam negeri. 

Dalam menjaga kondisi ekonomi negara, bank sentral diharuskan untuk mengambil kebijakan moneter yang tepat. Barulah dengan begitu dampak positif terhadap kondisi ekonomi bisa tercapai dan lebih mampu menjamin kesejahteraan masyarakat secara umum. 

Tentunya, agar bisa mengambil kebijakan moneter yang terbaik, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan oleh bank sentral. Salah satunya adalah memberlakukan suatu sikap yang disebut dengan istilah hawkish and dovish. Secara umum, maksud dari hawkish dan dovish adalah 2 sikap yang saling bertolak belakang dan dilontarkan 2 kelompok pejabat moneter bank sentral ketika bertemu langsung. 

Lantas, apa yang sebenarnya dimaksud dengan sikap hawkish and dovish ini? Nah, untuk memahaminya lebih lanjut, simak penjelasan lengkapnya sebagai berikut.

Sekilas tentang Istilah Hawkish dan Dovish 

hawkish and dovish

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hawkish dan dovish adalah 2 sikap yang saling bertolak belakang dan dilontarkan oleh 2 kelompok pejabat moneter ketika pertemuan antara petinggi dari bank sentral terjadi. Kedua sikap tersebut memiliki pandangan yang berbeda mengenai penyusunan kebijakan moneter yang membahas tentang pertumbuhan ekonomi serta inflasi di waktu mendatang. 

Intinya, petinggi dari bank sentral yang memiliki sikap hawkish beranggapan jika pengetatan atas kebijakan moneter harus dilakukan guna menentukan kondisi ekonomi negara. Di sisi lain, sikap dovish dimiliki oleh mereka yang beranggapan sebaliknya. 

Baik sikap hawkish atau dovish keduanya akan selalu muncul saat pemangku kebijakan moneter berembuk pada setiap aktivitas pengambilan keputusan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kedua istilah tersebut muncul, serta saat ini telah menjadi istilah umum yang luas dikenal oleh investor maupun analis ekonomi saat memantau sikap dari bank sentral. 

Baca Juga: Inflasi: Pengertian, Penyebab, Rumus Menghitung, dan Dampaknya ke Ekonomi RI

Pengertian Sikap Hawkish

Pada dasarnya, petinggi moneter yang memiliki pandangan hawkish bisa dikenal dengan sebutan pengendali inflasi. Pejabat moneter dengan sikap ini berpendapat jika tingkat suku bunga tinggi perlu dilakukan. Terlebih, saat pertumbuhan ekonomi sebuah negara sedang melesat dengan cukup signifikan. 

Lalu, apa alasan petinggi moneter mengambil kebijakan hawkish ini? Berdasarkan teori ekonomi, dampak pertumbuhan ekonomi secara masif ialah tingkat inflasi tinggi. Apabila tak dikendalikan, inflasi sudah pasti bisa menjadikan pertumbuhan perekonomian yang telah diusahakan terasa percuma dikarenakan nilai dari harta benda milik masyarakat semakin tak bermakna. 

Sementara dari sudut pandang moneter, inflasi muncul imbas dari jumlah peredaran alat pembayaran yang banyak. Kondisi tersebut bakal memicu kenaikan harga produk serta jasa yang dapat mengganggu daya beli konsumen. Alhasil, kondisi ini perlu dikendalikan melalui cara mengerek tingkat suku bunga acuan. 

Saat suku bunga acuan bertambah, masyarakat bakal mengerem pengeluaran belanjanya. Pasalnya, suku bunga acuan yang tinggi mampu mendorong masyarakat untuk menabung serta berinvestasi. Sehingga, risiko inflasi pun bisa diredam dan dikendalikan dengan lebih baik. 

Sikap ini pasti muncul pada setiap pembukaan kebijakan moneter. Pandangan tersebut pun bisa dimaklumi karena pejabat moneter dengan sikap hawkish selalu menentukan pendapat berdasarkan dari pengendalian inflasi. 

Para petinggi dengan sikap hawkish meyakini jika suku bunga yang tinggi merupakan cerminan pengendalian inflasi berdasarkan sisi moneter. Jadi, tidak mengherankan jika hawkish seringkali menginginkan tingkat suku bunga tetap tinggi agar inflasi terjaga.  

 

Pengertian Sikap Dovish

Bertolak belakang dengan petinggi moneter dengan pandangan hawkish, sikap dovish mengacu pada pendapat jika suku bunga acuan seharusnya dipasang rendah. Pandangan tersebut didasarkan dari keinginan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. 

Mereka yang memiliki sikap dovish ini percaya jika ekonomi suatu negara harus terjaga dan bisa dinikmati secara menyeluruh oleh semua kalangan masyarakat. Tak mengherankan jika pendapat ini berpatok pada banyaknya jumlah lapangan kerja baru yang bisa terbentuk, kemudahan bisnis, dan pemerataan kesempatan yang setara bagi semua orang.

Lalu, dari segi moneter, hal tersebut hanya dapat dicapai melalui keputusan memberlakukan tingkat suku bunga acuan yang rendah. Pasalnya, suku bunga yang rendah bisa menstimulasi investasi serta konsumsi yang merupakan 2 dari 4 komponen utama agar ekonomi bertumbuh. 

Apabila tingkat bunga bank terlampau tinggi, masyarakat akan mendapatkan layanan kredit dengan biaya yang mahal. Hal tersebut membuat dana himpunan dari masyarakat dengan bentuk tabungan tak akan memberi efek pengganda alias multiplier effect bagi kondisi ekonominya secara luas. 

Petinggi moneter yang bersikap dovish menyadari jika bunga rendah bisa memicu terjadinya inflasi. Tapi, mereka juga percaya jika pengaruh inflasi tak lebih penting dibanding pertumbuhan ekonomi. 

Di samping itu, keputusan dovish ini biasanya merupakan keputusan populis di mana kerap membuatnya menang saat pemilihan umum. Oleh karenanya, tidak sedikit pemangku kebijakan merupakan seorang dovish yang netral. 

Terkait Perseteruan Ideologis Hawkish and Dovish

kebijakan ekonomi

Tidak sedikit pihak yang menantikan perseteruan ideologis FOMC, bahkan sampai risalah rapat per menitnya. Baik hawkish and dovish merupakan 2 pandangan valid yang didasarkan pada pandangan khusus terkait proses pengambilan kebijakan moneter. 

Sejatinya, istilah ini tak terbatas pada anggota FOMC maupun petinggi kebijakan moneter belaka. Siapa saja yang percaya jika kebijakan bunga yang tinggi, pengurangan stimulus keuangan, dan pengetatan moneter merupakan langkah terbaik dalam memangkas inflasi bisa dikategorikan sebagai hawkish. 

Hal tersebut berlaku pula pada pandangan dovish. Bahkan, politisi dan jurnalis juga terkadang turut melobi agar bunga ditahan pada tingkat yang rendah serta stimulus dilancarkan bisa disebut pula sebagai seorang dovish. 

Baca Juga: Mengenal Stagflasi, Dampaknya, Rangkaian Isu Ekonomi yang Memicunya Hingga Bagaimana Cara Menyikapinya

Perubahan Sikap Hawkish dan Dovish

Antara hawkish dan juga dovish, keduanya pada dasarnya merupakan penyeimbang di mana sama-sama mengharapkan kebaikan bersama. Ketika kebijakan dovish yang nantinya diambil dan mulai menyebabkan aggregate demand yang meningkatkan inflasi secara tak sehat, pihak hawkish nantinya bakal mengambil langkah yang tegas. 

Berdasarkan catatan sejarah pula terkadang seseorang yang awalnya dikenal memiliki pandangan dovish mampu beralih menjadi hawkish pada konteks yang berbeda, pun sebaliknya. Hal tersebut juga bisa terjadi jika memang tengah terjadi suatu kondisi tertentu. 

Hal ini pernah terjadi pada mantan petinggi The Fed, yaitu Janet Yellen. Walaupun awalnya lebih dikenal sebagai seorang dovish, Yellen pernah melakukan inisiasi perubahan alur kebijakan dari The Fed di mana sudah lama menahan suku bunga nyaris 0 persen. Yellen menilai telah tiba saatnya begi The Fed guna meningkatkan suku bunga acuan agar memberi respons tinggi terhadap inflasi di Amerika Serikat. 

Tentunya, selain Yellen, ada banyak contoh lainnya dari petinggi bank sentral yang awalnya memiliki pandangan Hawkish yang beralih menjadi dovish, ataupun sebaliknya.  Hal tersebut secara perlahan membuat petinggi moneter atau pemimpin bank sentral umumnya memiliki pandangan yang cenderung netral. 

Idealnya, seseorang bisa menjadi seorang dovish atau hawkish sesuai dengan kondisi atau konteks yang berlangsung di suatu waktu tertentu. Sehingga, pengambilan keputusan terkait kebijakan moneter bisa menjadi optimal dan mampu memberi manfaat ekonomi yang terbaik demi kebaikan masyarakat secara umum. 

Sambutan Pasar Atas Kabar Kebijakan Moneter dari Bank Sentral

Ketika memperhatikan berita di sebuah media, Anda barangkali pernah membaca tentang pengumuman yang berbunyi “Gubernur Bank Indonesia keluar sedikit dovish hari ini pasca serangan data perekonomian yang kuat.”. Pada dasarnya, istilah dovish dan hawkish dipahami sebagai sinyal yang kemudian akan diproses oleh pasar mengenai kebijakan moneter yang sifatnya kontraktif ataupun mengetatkan alias hawkish, maupun ekspansif ataupun mengakomodasi alias dovish. 

Sehingga, terkait sikap antara kedua jenis pengambilan kebijakan moneter tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut. 

Hawkish

Dovish

Tingkat Bunga Meningkat

Tingkat Bunga Menurun

Sikap Kebijakan Moneter Kontraktif

Sikap Kebijakan Moneter Ekspansif

Bertujuan untuk menjaga atau menurunkan inflasi

Menstimulasi kondisi ekonomi

Pahami Pandangan Hawkish dan Dovish Terkait Pengambilan Kebijakan Moneter

Intinya, hawkish dan dovish adalah pandangan yang saling bertolak belakang yang mempengaruhi kebijakan moneter yang nantinya akan diambil oleh bank sentral sebuah negara. Baik pandangan hawkish and dovish ini perlu diperdebatkan agar bisa mencapai hasil mufakat yang dianggap terbaik. Barulah dengan begitu keputusan kebijakan moneter yang diambil nanti bisa berdampak optimal bagi kondisi ekonomi negara.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Pertumbuhan Ekonomi dan Bagaimana Cara Mengukurnya

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement