Ada banyak istilah penting dalam dunia blockchain yang wajib dipahami oleh penggunanya. Salah satu di antaranya adalah throughput, suatu istilah yang mengacu pada ukuran seberapa banyak transaksi atau tindakan yang bisa diselesaikan di kurun waktu tertentu. Dengan perannya tersebut, setiap jaringan blockchain tentu perlu memastikan sistemnya mempunyai tingkat throughput yang tinggi.
Lantas, bagaimana jika suatu blockchain mempunyai tingkat throughput yang rendah? Nah, jika ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu throughput, faktor pengaruh, solusi meningkatkan, hingga contoh penggunaannya, simak penjelasan berikut ini.
Baca juga: Mengulik Tentang Apa Itu Blockchain Scalability, Permasalahan, dan Solusi untuk Atasinya
Pengertian Throughput
Throughput
Seperti yang telah dijelaskan sedikit sebelumnya, throughput adalah suatu ukuran terkait berapa banyak tindakan atau transaksi yang bisa dilakukan oleh sebuah jaringan blockchain selama kurun waktu tertentu. Umumnya, ukuran ini dihitung dengan satuan TPS atau transaction per second alias transaksi per detik.
Di sisi lain, istilah ini juga mengacu pada suatu metrik yang amat penting karena menentukan skalabilitas dan kecepatan blockchain. Saat suatu blockchain mempunyai throughput yang rendah, artinya jaringan blockchain tersebut berisiko tak bisa menangani transaksi saat volumenya sedang tinggi.
Alhasil, akan terjadi yang namanya kemacetan transaksi, proses penanganan transaksi yang lambat, serta meningkatnya biaya melakukan transaksi. Sementara itu, jika suatu throughput di jaringan blockchain terbilang tinggi, artinya jaringan tersebut mampu menangani lebih banyak transaksi secara lebih efisien dan cepat. Hal tersebut membuat jaringan blockchain ideal dijadikan sebagai platform pembayaran serta aplikasi terdesentralisasi atau DApps.
Contoh blockchain yang mempunyai tingkat throughput tinggi adalah Solana. Jaringan tersebut mampu memproses hingga 65 ribu TPS pada transaksi sederhana, seperti pengiriman aset kripto antar walet. Selain itu, ada pula teknologi blockchain lapis 2 yang mempunyai tingkat throughput tinggi sampai 40 ribu TPS, semisal Arbitrum, Polygon, Optimism, dan Immutable X.
Faktor yang Pengaruhi Tingkat Throughput
Sebagai ukuran yang sangat penting bagi kinerja sebuah jaringan blockchain, ada sederet faktor yang mempengaruhi tingkat throughput. Berikut penjelasannya.
-
Ukuran Blok
Ukuran blok di sebuah jaringan blockchain membatasi jumlah transaksi atau tindakan yang dapat diproses di suatu waktu tertentu. Terkait hal tersebut, makin besar ukuran blok, artinya jumlah transaksi yang bisa diproses di suatu blok menjadi lebih banyak. Hal tersebut secara langsung turut mempengaruhi tingkat dari throughput pada sebuah jaringan blockchain yang bersangkutan.
-
Algoritma Konsensus yang Dipilih
Throughput juga dapat dipengaruhi oleh jenis algoritma konsensus yang dipilih dan digunakan pada sebuah jaringan blockchain. Beragam jenis algoritma konsensus mempunyai kecepatan lebih tinggi untuk memproses transaksi dibanding jenis yang lainnya. Hal tersebut tentu juga dapat meningkatkan tingkat throughput dari sebuah jaringan blockchain.
-
Jumlah Node
Faktor lainnya yang mampu memengaruhi ukuran transaksi tiap detik di sebuah jaringan blockchain adalah jumlah node. Node sendiri adalah tiap komputer yang beroperasi dan menjalankan klien di sebuah jaringan blockchain. Makin banyak jumlah node yang terkoneksi pada jaringan, sumber daya yang didapatkan dan tersedia pada blockchain guna memproses transaksi juga makin tinggi.
-
Kapasitas Jaringan
Faktor pengaruh lainnya adalah kapasitas jaringan yang mana jika jumlahnya tinggi, hal tersebut akan turut berpengaruh terhadap kemampuan blockchain dalam memproses transaksi. Sebaliknya, jika kapasitas blockchain terbilang terbatas, artinya TPS di jaringannya juga akan ikut terbatas.
-
Tingkat Kesulitan
Selain itu, tingkat kesulitan dalam memvalidasi dan memproses blok di jaringan blockchain juga turut mampu mempengaruhi tingkat throughput. Jadi, ketika proses validasi blok lebih sulit untuk dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya juga akan menjadi lebih lama. Dengan begitu, tingkat throughput pada jaringan blockchain tersebut juga ikut melambat.
-
Jenis Blockchain
Jenis blockchain juga bisa menjadi hal yang mempengaruhi tingkat throughput sebuah jaringan. Sebagai contoh, blockchain dengan basis Bitcoin mempunyai tingkat throughput lebih rendah dibanding dengan basis Ethereum. Penyebabnya adalah ukuran blok lebih kecil dan perbedaan jenis algoritma konsensus yang digunakan pada kedua jenis blockchain tersebut.
-
Skala Penggunaan
Faktor terakhir yang mampu mempengaruhi tingkat throughput pada sebuah jaringan blockchain adalah skala penggunaannya. Makin besar jumlah pengguna di suatu jaringan blockchain, artinya jumlah transaksi yang berlangsung dan harus diproses juga makin besar. Hal tersebut membuat TPS blockchain menjadi lebih rendah dan kecil.
Baca juga: Mengenal Arti Ledger pada Sistem Blockchain, Apa Jenis dan Manfaatnya?
Beragam Kendala Terkait Throughput Blockchain
Tergantung dari faktor pengaruhnya, blockchain juga bisa mengalami beragam kendala mengenai throughput, antara lain:
-
Kapasitas Jaringan
Kapasitas jaringan yang terbatas kerap menjadi masalah pada proses validasi transaksi pada jaringan. Karena itu, kendala ini perlu segera diatasi agar mampu meningkatkan TPS di sebuah jaringan.
-
Algoritma Konsensus
Penggunaan algoritma konsensus yang berbeda pada jaringan blockchain mempengaruhi pula waktu dan juga sumber daya yang dibutuhkan untuk memverifikasi transaksi. Komponen ini juga turut berpengaruh terhadap proses menambahkan blok yang baru dalam blockchain. Karena itu, jika memilih algoritma konsensus yang rumit dan sulit, waktu untuk memproses transaksi menjadi lebih lama dan lambat.
-
Masalah Skalabilitas
Skalabilitas juga kerap menjadi sumber permasalahan terkait rendahnya tingkat throughput di sebuah jaringan blockchain. Skalabilitas sendiri adalah kemampuan jaringan dalam memroses transaksi dengan ukuran kian besar. Masalah skalabilitas ini bisa diatasi dengan beragam cara, seperti membuat layer baru.
-
Biaya Transaksi
TPS di sebuah jaringan juga biasanya terkendala biaya transaksi yang jika nilainya terlalu tinggi, pengguna akan menjadi lebih enggan membuat transaksi. Alhasil, jumlah transaksi serta throughput pada blockchain juga menjadi lebih terbatas.
-
Ukuran Blok
Selain itu, jumlah transaksi yang dapat diproses bersamaan juga dapat dipengaruhi ukuran blok di blockchain. Jika ukurannya terlalu kecil, jumlah transaksi yang dapat diproses menjadi lebih terbatas. Tapi, jika ukuran blok terlalu besar, proses blok baru membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa dilakukan.
Cara Meningkatkan Throughput Blockchain
Untuk mengatasi beragam kendala di atas, ada beberapa solusi yang biasa dilakukan oleh jaringan blockchain sebagai berikut.
-
Sharding
Sharding adalah teknologi yang menjadikan blockchain dapat dibagi menjadi beberapa shard independen yang fungsional. Jadi, dengan cara ini, transaksi dapat diproses secara masing-masing dan signifikan mendorong kapasitas prosesnya.
-
Membuat Layer 2
Layer 2 Solution adalah metode yang mampu menjadikan transaksi dapat diproses pada jaringan di luar blockchain utama yang masih terhubung pada jaringan utama. Cara ini dapat meningkatkan kapasitas jaringan dan menurunkan biaya transaksi pada jaringan utama.
-
Mengoptimalkan Algoritma Konsensus
Optimalisasi algoritma konsensus bisa dilakukan dengan cara menggunakan PoS atau Proof of Stake di mana validator dipilih dengan acak sesuai jumlah token yang dimilikinya. Dengan algoritma ini, waktu dan sumber daya untuk memroses transaksi dapat dipangkas sehingga throughput meningkat. Cara lainnya adalah dengan terus mengembangkan algoritma konsensus yang ada untuk mengatasi masalah kapasitas dan kecepatan transaksi.
-
Menyesuaikan Ukuran Blok dan Ketersediaan Node
Blockchain juga bisa menyesuaikan ukuran bloknya sesuai kebutuhan beserta kapasitas jaringannya. Selain itu, dengan memastikan jumlah node selalu tersedia, masalah throughput juga bisa ditangani.
Contoh Penggunaan Throughput pada Blockchain
Ada banyak contoh penggunaan blockchain yang memiliki throughput tinggi, antara lain:
- Sistem Pembayaran: Blockchain yang memiliki throughput tinggi bisa digunakan sebagai platform pembayaran. Contohnya adalah Stellar dan Ripple yang keduanya memiliki teknologi konsensus lebih efisien yang bisa memproses transaksi secara cepat dan meminimalkan biayanya.
- Pasar Digital: Selain itu, contoh penggunaan lain adalah menjadi pasar digital, seperti OpenBazaar dan OpenSea yang diciptakan untuk menyediakan platform transparan dan aman bagi pengguna ketika bertransaksi produk digital.
Baca juga: Menjadi Dasar dari Teknologi Crypto, Lebih Dekat dengan Apa Itu Blockchain dan Cara Kerjanya
Keunggulan dan Kekurangan Throughput Tinggi pada Blockchain
Terkait keunggulan penggunaan blockchain yang memiliki throughput tinggi adalah:
- Meningkatkan skala penggunaannya.
- Menekan biaya transaksi.
- Mempercepat transaksi.
Sementara itu, untuk kekurangannya, antara lain:
- Perlu inovasi dan tantangan di sektor teknologi.
- Masalah skalabilitas.
- Potensi masalah regulasi terkait keamanan serta privasi pengguna.
Throughput Adalah Faktor Penting yang Tentukan Kualitas Jaringan Blockchain
Pada dasarnya, throughput merupakan ukuran yang mengacu terhadap kecepatan blockchain dalam memproses transaksi. Pemahaman terkait istilah ini sangat penting karena dapat memunculkan solusi untuk mengatasi batasan kinerja blockchain. Bahkan, hingga saat ini, pengembangan terkait teknologi yang mampu meningkatkan throughput dari jaringan blockchain masih dilakukan guna meningkatkan kualitasnya.
Baca juga: Perbedaan Token dan Coin dalam Dunia Cryptocurrency