Ginjal bocor merupakan satu dari sekian banyak masalah kesehatan, dimana penanganannya tidak boleh ditunda. Sebab, ginjal merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi yang cukup penting. Ketika organ tersebut bermasalah, dapat memicu dampak yang berbahaya bagi tubuh. Mulai dari terganggunya proses penyaringan kotoran yang berakhir pada komplikasi serius apabila tidak segera ditangani dengan tepat.
Nah, salah satu masalah yang kerap menyerang ginjal dikenal dengan sebutan ginjal bocor atau nephrotic syndrome. Dimana, kondisi ini merupakan gangguan ginjal yang jadi penyebab tubuh harus mengeluarkan protein secara berlebihan dalam urin. Kondisi tersebut umumnya terjadi akibat terjadinya kerusakan di area pembuluh darah kecil dalam ginjal. Padahal, pembuluh darah tersebut berperan dalam menyaring kelebihan kadar air dan limbah yang ada pada darah.
Baca Juga: Penyakit Gagal Ginjal: Penyebab, Gejala, hingga Cara Mencegahnya
Jenis Pengobatan Tepat untuk Mengatasi Masalah Ginjal Bocor
Penyakit Ginjal
Kondisi ginjal bocor tak bisa sembarang ditangani, perlu pemeriksaan menyeluruh untuk menemukan akar masalahnya. Umumnya, dokter akan memberikan resep obat untuk membantu mencegah komplikasi dan mengurangi gejala. Adapun pilihan obat yang dimaksud sebagai berikut:
-
Obat diuretic
Mengkonsumsi obat diuretic pada penderita ginjal bocor dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya risiko pembengkakan tubuh akibat adanya kebocoran pada ginjal.
-
Obat penekan imunitas
Fungsi dari obat satu ini untuk menekan respon abnormal imunitas tubuh dan membantu mengurangi peradangan. Misalnya seperti obat-obatan kortikosteroid.
-
Obat Penurun Tekanan Darah
Sesuai dengan namanya, obat ini berfungsi untuk mengendalikan protein urine sekaligus tekanan darah yang ada pada glomerulus. Obat yang dimaksud berupa Angiotensin II Receptor Blockers (ARB) dan sejumlah obat yang termasuk dalam golongan ACE inhibitor.
-
Program diet khusus
Tidak hanya cukup menggunakan obat saja, penderita ginjal bocor sangat dianjurkan menerapkan pola diet tertentu dan gaya hidup yang lebih sehat. Contoh paling sederhana adalah menghindari makanan berlemak, mengurangi konsumsi makanan dengan kadar protein tinggi, dan melakukan diet garam.
Ginjal Bocor dan Gejalanya
Tidak selamanya ginjal yang bocor menimbulkan gejala. Bahkan seringkali, penderita baru menyadari terjadi kebocoran ginjal ketika pemeriksaan kesehatan dilakukan. Seperti pemeriksaan darah, fungsi ginjal, hingga urine. Kendati demikian, ada beberapa tanda atau gejala yang bisa jadi acuan seseorang mengidap kebocoran pada ginjal, diantaranya seperti:
- Beberapa bagian tubuh mengalami pembengkakan, seperti wajah, perut, tangan, dan kaki.
- Buang air kecil lebih sering
- Urine berbuih atau berbusa
- Mual hingga muntah
- Gampang merasa lelah
- Insomnia atau kesulitan tidur
- Sesak napas
- Kulit terasa kering dan gatal
- Sulit berkonsentrasi.
Faktor Penyebab Kebocoran Ginjal
Penyakit Ginjal
Faktanya, kondisi kebocoran pada ginjal bukan terjadi begitu saja. Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab utama kondisi tersebut, seperti di bawah ini:
-
Infeksi ginjal
Ginjal bocor juga bisa disebabkan infeksi akibat bakteri, seperti E.coli yang terdapat pada saluran kemih tetapi berpindah masuk ke ginjal. Beberapa gejala yang kerap muncul di antaranya sakit di area perut, punggung, pinggang hingga sakit ketika berkemih.
-
Lupus nephritis
Penyebab kebocoran ginjal berikutnya adalah lupus nephritis. Sesuai namanya, peradangan ini terjadi akibat penyakit lupus atau gangguan autoimun. Umumnya, gangguan semacam ini terjadi saat sistem imunitas yang seharusnya melindungi justru menyerang organ dan sel penting tubuh.
Alhasil, kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya peradangan ginjal sehingga fungsinya terganggu secara signifikan. Namun sebenarnya, gejala lupus nephritis ini bisa dikatakan mirip seperti masalah ginjal pada umumnya. Baik itu pembengkakan anggota tubuh hingga urine berbusa dan berwarna gelap.
-
Nephropathy diabetic
Kondisi satu ini biasanya ditandai dengan terjadinya penebalan ginjal sehingga fungsi glomerulus menurun. Inilah yang kemudian menyebabkan urine mengandung protein albumin secara berlebih. Kendati demikian, fase awal dari kondisi ini bisa saja tak menunjukkan gejala apapun.
Akan tetapi, gejala akan muncul saat kerusakan ginjal semakin buruk. Beberapa gejala yang biasanya muncul seperti nafsu makan menghilang, sakit kepala, tubuh merasa lelah, dan kaki membengkak.
-
Pre-eclampsia
Salah satu bentuk komplikasi pada kehamilan ini biasanya ditandai dengan terjadinya tekanan darah dan juga kadar protein yang terlalu tinggi dalam urine. Ketika seorang wanita hamil tengah mengalami pre-eclampsia, maka perut bagian atas akan terasa sangat nyeri disertai penglihatan kabur, dan sakit kepala.
-
Nephrotic syndrome
Penyebab terakhir dari ginjal bocor adalah nephrotic syndrome yang bisa membuat tubuh kehilangan protein melalui urine dalam jumlah teramat besar. Walau jarang terjadi, kondisi ini ternyata bisa menyerang semua orang, termasuk anak hingga dewasa sekalipun.
Diketahui, nephrotic syndrome terjadi akibat adanya kerusakan glomerulus ginjal. Nah, kerusakan tersebut disebabkan adanya penyumbatan pada pembuluh darah, peradangan, ataupun kondisi medis lain.
Beberapa gejala nephrotic syndrome yang sering muncul adalah kadar protein tinggi dalam urine, tubuh terasa lemas, rentan terhadap infeksi, pembengkakan di seluruh tubuh, dan urine berbusa.
Baca Juga: Hentikan! 10 Kebiasaan Ini Merusak Ginjal, Lho!
Jangan Pernah Melakukan Diagnosis Mandiri
Meski di atas disebutkan beberapa gejala dari ginjal bocor, ketahuilah bahwa kondisi ini sebenarnya lebih sering tidak bergejala sama sekali. Bahkan, sebagian besar kasus kebocoran ginjal tak sengaja terdeteksi saat dokter melakukan pemeriksaan kesehatan ataupun tes urine.
Oleh sebab itu, untuk mendeteksi terjadinya ginjal bocor, sebaiknya lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan sinyal positif kebocoran ginjal, maka dokter akan memberi arahan penanganan berdasarkan penyebabnya. Jangan panik dan tetap semangat untuk sembuh, ya!
Baca Juga: Gagal Ginjal Kronis: Penyebab, Gejala, hingga Cara Mengobatinya