Dr. (H.C.) Ir. Ciputra (lahir Tjie Tjin Hoan) ialah salah satu tokoh entrepreneur properti, insinyur, dan filantropis Tanah Air. Taipan kelas kakap ini lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931 dengan harta yang mencapai triliunan rupiah. Pergerakannya sebagai pengusaha tak lepas dari karyanya dalam Ciputra Group, Metropolitan Group, dan Jaya Group.
Meski bisnis utamanya ialah pengembang properti skala besar, namun keluarga Ciputra telah lanjut berekspansi ke berbagai sektor lainnya. Di antaranya, pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, gedung perkantoran, fasilitas rekreasi, kesehatan, pendidikan, asuransi, pusat kesenian, agrikultur, serta broker properti.
Universitas Ciputra, Ciputra Hospital, Ciputra SMG Eye Clinic, Ciputra World, dan Ciputra Artpreneur merupakan hasil nyata dari kerja keras serta ketekunannya. Merujuk Forbes, kekayaan Ciputra dan keluarga berada di angka Rp18,3 triliun (setara 1,3 miliar Dollar AS) di tahun 2018. Saat itu, Ciputra berada di urutan ke-27 konglomerat paling kaya Tanah Air.
Pada usia 88 tahun, konglomerat kenamaan Ciputra sudah tutup usia di Singapura, 27 November 2019. Seluruh usahanya lantas diteruskan oleh segenap keluarga. Hingga kini, nama keluarga Ciputra masih termasuk dalam deretan orang terkaya Indonesia—tepatnya di peringkat 33 dengan kisaran harta 1,25 miliar Dollar AS menurut Forbes 2022.
Baca Juga: Menelisik Perjalanan Karier Forrest Li, Pemilik Shopee, Garena, dan SeaMoney yang Makin Tajir
Sulitnya Hidup Ciputra di Masa Kecil
Ir. Ciputra (Sumber: timesindonesia.co.id)
Sebelum akhirnya menjadi salah satu orang terkaya dan paling sukses se-Nusantara, Ciputra pernah mengalami masa kecil yang sulit. Waktu itu kehidupan tidaklah mudah lantaran penjajah masih ada—Indonesia belum merdeka.
Sejak belia, Ciputra sudah digembleng agar terbiasa melakukan beragam pekerjaan, mulai dari berkebun hingga belajar menjadi kepala rumah tangga. Namun hal itulah yang membuatnya belajar tegar, tabah, dan mandiri.
Ciputra adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ia sempat tinggal bersama kakek dan tantenya agar bisa menuntut ilmu di sekolah dasar Belanda, di Gorontalo. Ketertarikannya terhadap ranah arsitektur sudah tampak dari intuisinya sewaktu merenovasi sebuah gudang.
Ketika berumur 12 tahun, bapaknya yang bernama Tjie Siem Poe dituduh sebagai mata-mata. Bapaknya lalu ditangkap oleh Jepang hingga meninggal dalam tahanan. Sejak itu, Ciputra tak pernah bisa bertemu lagi dengan sang bapak.
Ciputra lantas melanjutkan sekolah di SMP dan SMA Frater Don Bosco di Manado. Setelah menyelesaikan sekolah, ia pun mengadu nasib ke Pulau Jawa.
Mengenyam Bangku Kuliah hingga Bekerja dari Garasi
Agar lebih maju, Ciputra lantas meninggalkan desanya. Ia merantau menuju Jawa, mengambil kuliah Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat. Di sana, ia juga bergabung dengan Organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Saat itu, Ciputra berpikir bahwa hanya melalui pendidikanlah dirinya bisa bangkit dari keterpurukan dan kemiskinan. Setelah menunaikan kerja praktik, Ciputra lalu mendirikan biro konsultan arsitektur bangunan bersama rekannya, Ismail Sofyan dan Budi Brasali.
Biro konsultan arsitektur itu berkarya dengan nama PT Daya Cipta. Saat itu kurang lebih tahun 1957, dan kantor mereka pun hanya sebuah garasi yang sederhana. Kendati demikian, mereka banyak mendapat proyek pekerjaan.
Hijrah ke Jakarta dan Mulai Usaha Modal Rp10 Juta
Setelah lulus kuliah dan jadi Insinyur, Ciputra bersama rekan-rekannya memilih hijrah ke Jakarta di tahun 1960. Tak hanya puas bekerja sebagai insinyur arsitek, Ciputra tertarik untuk eksplorasi lebih lanjut dan menjadi seorang developer.
Baginya, menjadi developer dapat membuatnya lebih proaktif menjemput bola dan menciptakan pekerjaan. Sementara itu, cara kontraktor dan arsitek tidaklah demikian.
Jeli melihat peluang rezeki, menurutnya ibukota merupakan ladang yang lebih luas untuk menghasilkan cuan. Belakangan, insting bisnisnya itu terbukti benar. Kisahnya ini tercatat dalam buku karya Benny Lo, Properti Moderat, Modal Dengkul dan Urat terbitan tahun 2010.
Di Jakarta, kiprah Ciputra semakin moncer. Beralih ke tahun 1961, ia lantas mendirikan Grup Jaya bermodalkan uang Rp10 juta. Usaha yang dirintis Ciputra pun kian berkibar.
Melalui PT Ciputra Development, Ciputra sukses membawa perusahaannya ke panggung bisnis yang lebih besar dan mengglobal, bahkan nilai asetnya pun meroket hingga tembus Rp30 triliun.
Baca Juga: Cerita Shinta Nurfauzia Membangun Kesuksesan Lemonilo
Menggagas dan Menangani Beragam Proyek Besar
Keluarga Ciputra (Sumber: www.ciputra.com)
Forbes mengungkap, Ciputra mendirikan Ciputra Group lebih dari tiga dasawarsa lalu, tepatnya pada tahun 1981. Adapun proyek pertama yang ia kembangkan melalui Ciputra Group ialah CitraGarden City Jakarta pada tahun 1981.
Sementara itu, yang menjadi induk perusahaan ialah PT Ciputra Development Tbk, dengan dua anak perusahaan PT Ciputra Property Tbk dan PT Ciputra Surya Tbk. Perusahaannya itu lantas tak hanya beranak pinak, tapi juga melakukan pengembangan di lebih dari 33 kota yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bagaimana dengan hasil karyanya di dalam negeri? Kawasan Pasar Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Kota Satelit Bintaro Jaya, hunian elit Pondok Indah beserta rumah sakit dan pusat belanjanya, hingga kawasan prestisius Puri Indah ialah hasil karya tangan dinginnya.
Lewat Metropolitan Group, Ciputra sempat membangun kompleks perkantoran seperti World Trade Center. Menggandeng sejumlah pengusaha terkemuka seperti Grup Salim dan Grup Sinarmas, Ciputra melahirkan proyek kota mandiri yang pertama di Indonesia, Bumi Serpong Damai di Tangerang Selatan. Kawasan itu menjadi hunian terpadu dengan luas sekitar 6.000 hektar.
Tak hanya itu, bisnisnya pun membengkak dan terus bertumbuh dengan skala internasional. Operasi perusahaan semakin dikembangkan dengan menangani beragam mahakarya internasional. Di antaranya terletak di India, Vietnam (Ciputra Hanoi International City), China (Grand Shenyang International City), dan Kamboja (Grand Phnom Penh International City).
Meraih Rekor MURI dan Penghargaan Prestisius Lainnya
Sepak terjang Ciputra membuatnya meraih dua rekor dari MURI (Museum Rekor Indonesia). Pertama, ia mencetak rekor sebagai wirausahawan dengan penghargaan terbanyak di berbagai bidang. Rekor keduanya ialah menjadi penyelenggara pelatihan kewirausahaan kepada dosen terbanyak.
Prestasi Pak Ci, demikian sapaan akrabnya—juga membuatnya menerima penghargaan dari Presiden Republik Indonesia. Di antaranya yaitu Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan dalam Pengembangan KUD & Pengusaha Kecil serta Tanda Kehormatan Satyalencana Kebaktian Sosial.
Selebihnya, sekitar 80 penghargaan nasional dan internasional telah disabet oleh Ir. Ciputra di sepanjang kariernya. Salah satunya, ia sukses menyabet Life Achievement Award versi Enterprise Asia, Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia, serta Lifetime Achievement Award dari Majalah Globe Asia di tahun 2007.
Beranjak ke tahun 2008, Ciputra menyabet The 2nd Most Admired CEO in Indonesia versi Swa Leadership Award. Di tahun yang sama, ia juga mengantongi World Entrepreneur of the Year versi Global Ernst and Young Montecarlo.
Ciputra menerima penghargaan khusus dari Chairman MediaCorp, Teo Ming Kian yang merupakan Induk Perusahaan Channel NewsAsia. Pada tahun 2013, ia meraih Lifetime Achievement Luminary Award dari Channel NewsAsia Singapura.
Cetak Generasi Muda Berjiwa Wirausaha
Misi Ciputra ialah mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui pola pikir entrepreneur serta kiprahnya sebagai pengusaha. Ia bercita-cita melahirkan lebih banyak pengusaha muda melalui sektor pendidikan.
Ciputra berpendapat bahwa mindset wirausaha diperlukan untuk membangun perekonomian bangsa. Dengan melatih dan mengembangkan jiwa wirausaha pada masyarakat—khususnya generasi muda, diharapkan Indonesia akan semakin maju. Pasalnya, semakin tinggi angka pengusaha besar di sebuah negara, akan semakin besar pula peluang negara tersebut untuk lebih sejahtera di kemudian hari.
Harapannya, kelak lebih banyak anak muda Tanah Air bisa menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri, dengan filosofi mengubah ‘sampah dan rongsokan’ menjadi emas. Itulah alasannya Ciputra mendirikan Universitas Ciputra di Surabaya, dengan semboyan “Creating World Class Entrepreneur”.
Kiat Sukses Ala Pak Ciputra
Sepeninggalnya, perusahaan yang didirikan Ciputra lantas diteruskan oleh keturunannya. Meneruskan usaha yang diestafetkan sang ayah membuat nama kedua putrinya, Rina dan Junita, masuk dalam daftar wanita terkaya di Indonesia versi Forbes 2022. Pak Ci sendiri ialah ayah dari Rina Ciputra Sastrawinata, Junita Ciputra, Cakra Ciputra, dan Candra Ciputra.
Kesuksesan Ciputra dalam berbisnis tak lepas dari etos kerja serta prinsip hidupnya. Suami dari Dian Sumeler ini merangkumkan empat rahasia suksesnya, yakni selalu jujur, sederhana, tak pernah mengeluh, dan bekerja keras. Hingga kini, perusahaan terus dijalankan oleh keluarga Ciputra berdasarkan tiga pilar filosofis Pak Ci, yakni IPE: Integritas, Profesionalisme, dan Entrepreneurship.
Selain itu, ia juga kerap menerapkan kerangka pikir 5D dalam usahanya, yakni Dream, Desire, Drive, Discipline, Determination. Saat hendak mewujudkan impian dan keinginan, diperlukan semangat, disiplin, kerja keras, dan ketekunan untuk mewujudkannya.
Perjalanan hidup dan kiprah bisnis Ciputra tertuang dalam buku Ciputra—From Zero to Hero (2015) dan Resep Bisnis Ciputra: Mengubah Kotoran dan Rongsokan Menjadi Emas (2021). Ditulis oleh Maskur Anhari, kedua buku biografi tersebut mengandung kisah dan rahasia Ciputra hingga bisa sukses menjadi raja real estate Asia Tenggara.
Baca Juga: 13 Kisah Inspiratif Pengusaha Sukses Indonesia