Jumat 22 Jul 2022 06:15 WIB

Digitalisasi dan Optimalisasi Budaya

Salah satu dampak negatif dari digitalisasi adalah mudahnya kebudayaan dalam negeri tergeser oleh budaya dari luar. Baca di sini.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Teknologi Digital (Unsplash/Corinne Kutz)
Foto: Warta ekonomi
Teknologi Digital (Unsplash/Corinne Kutz)

Digitalisasi dan bahkan optimalisasi budaya menjadi hal yang tidak bisa dibendung. Sebab dari budaya muncul aspek-aspek ekonomi dan kapital yang penting sekali di masyarakat.

"Terkait dengan kondisi digitalisasi terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi seperti mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan," kata Sekjen ASPIKOM dan Pegiat Media Literasi UMM, Muhammad Himawan Sutanto, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada Selasa (19/7/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.

Baca Juga: Derasnya Arus Informasi Butuh Landasan Budaya Digital

Menghilangnya budaya Indonesia karena digitalisasi menjadi panggung untuk budaya asing sangat terasa saat ini. Hampir banyak yang kini justru lebih senang menonton drama Korea dibanding kebudayaan negeri sendiri. Padahal, kekayaan dan keragaman Indonesia tak kalah menarik. Minimnya pemahaman akan hak digital juga menjadi tangangan.

Belum lagi kebebasan berekspresi yang kebablasan bisa mengacu pada komentar atau unggahan yang kurang menghargai pengguna internet lainnya. Serta hilangnya batas-batas berekspresi dan pelanggaran akan hak cipta karya intelektual di dunia digital.

Namun, berbicara mengenai dampak positif digitalisasi, maka akan mengarah potensi ekonomi digital. Di mana kini marketplace yang diibaratkan seperti sebuah pasar dapat mendatangkan banyak kesempatan dan peluang meningkatkan taraf hidup orang banyak. Era ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi.

"Mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya," katanya lagi.

Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Baca Juga: Walau Internet Bebas, Selalu Jaga Sopan Santun Apalagi di Media Sosial

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Founder & CEO Coffee Meets Stock, Theo Derick, dan Sekjen ASPIKOM dan Pegiat Media Literasi UMM, Muhammad Himawan Sutanto, serta Relawan TIK Tulungagung, Khotibul Umam. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement