Senin 25 Jul 2022 11:00 WIB

Pengguna Harus Beretika di Ruang Digital

Diperlukan budaya bermedia digital sebagai landasan dalam berinteraksi di ruang maya agar tercipta keharmonisan. Baca di sini.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Teknologi Digital (Unsplash/Corinne Kutz)
Foto: Warta ekonomi
Teknologi Digital (Unsplash/Corinne Kutz)

Aktivitas di ruang digital makin tinggi setelah 2 tahun pandemi Covid-29 melanda dunia. Data We Are Social Januari 2022 menyebutkan, pengguna internet saat ini mencapai 204,7 juta, sekitar 73,7% total penduduk Indonesia.

"Arus informasi terjadi sangat cepat dan banyak. Sangat mungkin terjadinya pergesekan saat interaksi antarpengguna," kata Komite Edukasi dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Julita Hazeliana, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Sabtu (23/7/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.

Baca Juga: Interaksi di Dunia Maya Berpengaruh di Masa Depan karena Adanya Jejak Digital

Dia mengatakan, diperlukan budaya bermedia digital sebagai landasan dalam berinteraksi di ruang maya. Sebab, setiap pengguna di ranah digital meski hanya berhadapan dengan layar ponsel, sebenarnya lawan bicaranya adalah manusia lain juga.

Lebih jauh, ada beberapa latar belakang yang membuat pengguna media digital harus etis. Seperti perbedaan kultural, yang membuat setiap orang harus memahami perbedaan dan punya sikap toleransi. Di dunia digital saat ini relasi yang terbangun juga melintasi batas geografis dan budaya. Di dunia digital, individu kadang juga membutuhkan kolaborasi.

Adapun etika berinteraksi di dunia digital perlu memiliki landasan kesadaran, tanggung jawab, integritas dalam sikap jujur, dan kebajikan dalam nilai-nilai yang menberikan manfaat. Seperti halnya etika di kehidupan nyata, setiap pengguna juga harus memiliki etika ketika berinteraksi di ruang digital.

Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Baca Juga: Kejahatan di Dunia Maya Meningkat, Orang Tua Diminta Dampingi Anak Saat Mengakses Internet

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Komite Edukasi dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Julita Hazeliana; Dosen Stikosa AWS, E. Rizky Wulandari; seorang dosen, Andik Adi Suryanto. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement