Senin 25 Jul 2022 16:00 WIB

Dukung dan Banjiri Ekosistem Digital dengan Konten Berbudaya

Konten mengenai kebudayaan kini masih jarang, padahal sebagai bangsa Indonesia seharusnya bangga dengan keragaman yang dimiliki.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Reog Ponorogo. (Wikimedia Commons/Sudibyo Saputro)
Foto: Warta ekonomi
Reog Ponorogo. (Wikimedia Commons/Sudibyo Saputro)

Jati diri dalam ruang budaya digital tak berbeda dengan budaya nondigital di dunia nyata. Digitalisasi budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya dan bisa menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas. Namun, justru ada pula sebagian orang yang memanfaatkan digital untuk suatu hal negatif.

"Banyak orang yang bikin media sosial akunnya bukan pakai nama asli. Bahkan, foto profilnya bukan dia, pakai anonim. Kadang disalahgunakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk dia melakukan tindak kejahatan digital," kata Dosen Stikosa AWS, E. Rizky Wulandari, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Jumat (22/7/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.

Baca Juga: Cegah Hoaks dan Cyber Bullying dengan Cakap Digital

Lebih jauh dia mengatakan, saat ini konten yang hadir di media sosial cukup beragam, sifatnya edukatif, informatif, untuk promosi jualan hingga bersifat hiburan. Sementara, menurut Rizky, konten mengenai kebudayaan masih jarang, padahal sebagai bangsa Indonesia seharusnya bangga dengan keragaman yang dimiliki. Setiap orang bisa membanjiri ekosistem di ruang digital dengan konten berbudaya.

Namun, beberapa YouTubee ada pula yang mengemas konten kebudayaan. Seperti akun D_Kadoor yang membuat konten cerewer berbahasa Jawa, kemudian Bayu Skak juga sempat viral dengan logat medoknya saat nge-Vlog. Ada juga akun Fiksi Aunorofik yang mengemas konten dengan bahasa Sunda. Belum lama ini Dian Sastrowardoyo sebagai selebritis juga menyuarakan kebudayaan Indonesia dengan unggahan dukungan agar kebaya jadi warisan budaya tak benda UNESCO. Hal-hal tersebut bisa menjadi inspirasi bagaimana dunia digital bisa digunakan sebagai sarana promosi budaya Indonesia yang kaya.

Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Founder & CEO Coffee Meets Stock, Theo Derick, dan Dosen Stikosa AWS, E. Rizky Wulandari, serta mengundang seorang Key Opinion Leader (KOL) Public Figure, Fanny Febriana. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement