Di dunia ekonomi dan keuangan, setiap barang, aset, atau produk tertentu pasti mempunyai aspek kualitas yang menunjukkan nilainya. Tergantung dari aspek kualitas tersebut, sebuah aset atau barang dapat ditukarkan dengan aset lainnya dengan nilai sepadan. Hal tersebut biasanya dikenal dengan istilah fungibility atau fungible.
Kehadiran konsep fungibility ini tentu banyak membawa hal positif terhadap aktivitas transaksi dan jual beli di masyarakat. Sebab, ada anggapan jika beberapa aset memiliki nilai yang sepadan dan layak untuk saling ditukarkan.
Untuk memahami lebih lanjut tentang konsep fungibility di dunia finansial, termasuk peran dan contohnya yang biasa ditemui di masyarakat, simak penjelasan lengkap berikut ini.
Pengertian Fungibility
Seperti yang telah dijelaskan sedikit sebelumnya, fungibility merupakan salah satu aspek dari kualitas sebuah aset atau barang yang dapat ditukar dengan aset lainnya karena nilainya dianggap sepadan. Aspek kualitas tersebut muncul dari hasil konsensus masyarakat, atau faktor lainnya. Alhasil, sebuah barang bisa diterima secara umum di aktivitas transaksi atau pertukaran karena dianggap sebanding.
Kehadiran konsep aset fungible ini membuat aktivitas perdagangan dan pertukaran menjadi jauh lebih simpel karena adanya anggapan kesetaraan nilai antar aset. Contoh paling sederhana dari fungibility aset adalah uang yang selama ini kita gunakan untuk bertransaksi dan membeli barang yang diinginkan.
Anggap saja suatu hari kamu meminjam uang pada teman sejumlah 100 ribu. Lalu, temanmu tersebut memberi 1 lembar uang pecahan 100 ribu. Kemudian, ketika ingin melunasinya, kamu memberikan 5 lembar uang pecahan 20 ribu untuk melunasinya yang nilainya sama dengan 1 lembar uang 100 ribu.
Tentunya, sifat fungibility aset tidak hanya berlaku pada uang saja. Beragam jenis aset lain bisa dianggap memiliki nilai sepadan dan fungible tergantung dari anggapan masyarakat pada kawasan yang bersangkutan. Intinya, fungibility muncul ketika 2 benda atau lebih dianggap identik terkait spesifikasi atau kualitasnya dan bisa saling digantikan satu sama lain.
Beda Aset Fungible dan Non-Fungible
Aset fungible adalah jenis aset yang memiliki kemiripan atau kesetaraan nilai sehingga bisa saling digantikan atau ditukarkan. Sementara untuk aset non fungible memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya tidak bisa secara langsung digantikan dengan yang lain.
Mudah saja, ada banyak contoh aset yang bersifat non fungible. Salah satunya adalah mobil, di mana ketika kamu meminjam sebuah mobil pada seseorang, kamu tidak boleh mengembalikannya dengan mobil yang berbeda. Meskipun model, merek, dan kondisinya sama persis, tapi tetap tidak etis untuk mengembalikan mobil pinjaman dengan mobil berbeda.
Contoh lain dari aset non fungible adalah permata, di mana setiap produk tersebut pasti memiliki potongan, ukuran, warna, dan kualitas yang berbeda sehingga tidak bisa saling dipertukarkan. Pun rumah juga memiliki banyak perbedaan yang membuatnya bersifat non fungible.
Hal yang Perlu Dipahami tentang Fungibility
Antara fungibility dengan non fungibility atas suatu aset mungkin sulit untuk dibedakan dengan jelas. Sebagai contoh, secara umum emas dianggap sebagai aset fungible atau sepadan karena 1 ons emas setara dengan 1 ons emas lainnya.
Tapi, ketika aset tersebut diberikan nomor seri atau tanda penunjuk lainnya, emas tidak lagi bersifat sepadan. Hal ini dikarenakan nomor seri yang ditambahkan pada batang emas, produk koleksi, dan barang lain membuatnya bisa dibedakan satu sama lain dan tak lagi bisa dianggap sepadan.
Di samping itu, kehadiran aset sepadan bisa dibilang penting karena mampu melancarkan arus perdagangan dan transaksi karena dianggap memiliki nilai atau value yang setara. Kehadiran jenis aset ini bisa menjadi tanda kondisi ekonomi yang sehat. Sementara penurunan nilai di suatu kawasan atau negara bisa diakibatkan karena peningkatan aset sepadan di wilayah lain.
Terkait Subjektivitas Fungibilty Aset
Perlu digarisbawahi jika fungibility merupakan nilai yang kadang kala bersifat subjektif. Maksudnya, tanggapan terhadap sebuah aset sepadan atau tidak tergantung dari pandangan masyarakat atau seseorang terhadap benda tersebut.
Misalnya, kamu mempunyai telur 1 butir yang tentu saja umumnya bisa ditukarkan dengan 1 butir telur dari orang lain. Tapi, hal serupa mungkin tidak berlaku ketika kamu ingin menukar tiket pesawatmu yang telah dipesan pada barisan depan dekat jendela dengan tiket pesawat barisan belakang bagian tengah.
Meski harganya sama saja, namun keduanya bisa saja dianggap tak sepadan karena kamu lebih suka duduk di kursi dekat jendela dan bagian depan. Itulah mengapa fungibility suatu aset sering kali tergantung dari subjektivitas suatu pihak.
Contoh Fungibility pada Uang
Uang merupakan contoh aset sepadan yang menyederhanakan proses transaksi yang dulunya dilakukan dengan cara barter atau bertukar barang. Salah satu alasan munculnya konsep uang sebagai aset fungible adalah kesadaran masyarakat jika tak semua barang memiliki fungibility dan bisa ditukarkan secara sepadan.
Aset atau benda yang tak sepadan tidak berarti nilainya nihil. Sering kali malah ada banyak aset yang nilainya sangat tinggi, misalnya kendaraan dan rumah. Tapi, kedua jenis aset tersebut memiliki karakteristik yang tak mampu memenuhi sifat fungibility dan membuatnya tak bisa dijadikan sebagai alat tukar untuk mendapatkan barang lain yang sepadan.
Contoh Fungibility pada Aset Crypto
Tak hanya pada uang, fungibility juga bisa ditemui pada aset digital seperti mata uang crypto atau cryptocurrency. Tak mengherankan, awal mula diciptakan aset digital ini adalah untuk menjadi alat tukar yang memiliki nilai tertentu.
Di pendekatan khusus, jika mempunyai crypto, kamu bisa menggunakannya sebagai alat untuk bertransaksi pada pasar crypto. Tak hanya itu, setiap aset tersebut juga mempunyai fungsi khusus di jaringan blockchain yang beroperasi. Hal ini membuat aset tersebut memiliki nilai khusus dan bisa dianggap sepadan dengan jenis aset lain, bahkan uang fiat sekalipun.
Walaupun begitu, pahami jika fluktuasi yang ekstrem membuat aset crypto lebih sulit untuk bisa dijadikan alat tukar dengan nilai tertentu. Misalnya, sebuah aset crypto di hari ini memiliki nilai 1 juta. Namun, dalam waktu 24 jam berikutnya, nilai aset kripto tersebut mengalami perubahan signifikan hingga menjadi setara 500 ribu saja.
Dalam kondisi tersebut, bertransaksi dengan menggunakan aset ini lebih sulit untuk bisa menentukan nilai yang sebenarnya. Akan tetapi, dengan mekanisme dan kesepakatan tertentu, transaksi menggunakan aset digital ini bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Bahkan, beberapa aset crypto telah resmi diakui menjadi alat tukar di negara tertentu.
Fungibility Adalah Konsep Penting yang Memudahkan Transaksi dan Pertukaran
Pada dasarnya, fungibility merupakan konsep yang menunjukkan jika suatu aset tertentu memiliki nilai yang sepadan agar bisa ditukar atau digunakan untuk membeli aset lain. Misalnya uang, aset tersebut telah luas digunakan sebagai alat tukar di hampir semua negara di dunia saat ini. Karenanya, kehadiran konsep ini sangat penting sebab mampu memudahkan proses transaksi dan pertukaran yang dilakukan oleh masyarakat umum di era modern ini.